*
Little Princess: Aku udah di apartemen. I'm waiting for you. Come back home soon, Darling.
Membaca pesan itu, senyum Kafka langsung tersungging. Saat memeriksa arlojinya, waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Hari ini, pekerjaannya nyaris tiga kali lipat lebih banyak daripada kemarin. Tidak ada waktu istirahat, bahkan saat jam istirahat makan siang. Kafka memberi Ata waktu sepuluh menit untuk mengomelinya selagi ia menghabiskan makan siang yang dikirim oleh perempuan itu. seporsi nasi, sapo tahu, dan bistik sapi. Ata terus-menerus mengatakan supaya Kafka menghabiskan semua makanan yang dikirimnya. Mengingat Ata selalu mengajarkan padanya untuk menghabiskan makanan karena itu dibeli dengan uang hasil kerja, Kafka urung menutup kotak-kotak makan itu siang tadi sebelum semua isinya tandas tak tersisa.
Hingga saat ini, perutnya masih terasa penuh, ditambah dengan sekeranjang roti beragam isi yang dikirim ke kantornya oleh Satrio. Untuk perbaikan gizi, katanya dalam kartu ucapan yang disisipkan dalam paket itu. Apabila ada yang bisa membuat Kafka luluh dan menurut, selain Ata serta mamanya, maka itu Satrio. Laki-laki itu hanya perlu meneleponnya dan menyuruh ia menjadi anak yang baik dengan menghabiskan makanannya, maka Kafka tidak akan berpikir dua kali untuk mengiakan.
"Baru turun, Kaf?"
Menoleh ke asal suara, ia mendapati Ardi keluar dari lift. Setelah memastikan pesan balasannya untuk Ata terkirim, Kafka menjejalkan ponsel ke dalam kantong celana dan mengedarkan pandangan, mencari-cari mobil mana yang hari ini dipakai Ardi. Saat menemukan Aston Martin yang mengilap tak jauh dari Audi-nya, Kafka spontan mengumpat.
"Hei, I just ask you—" Ardi keheranan saat menghampirinya.
"Ya, aku baru turun, balas chat dari Ata, lalu lihat mobil cakep di dekat mobilku." Perasaan iri menyerbu Kafka, membuatnya kesulitan menahan diri untuk tak memberengut pada Ardi. "Baru datang, Om?"
"Minggu lalu, baru sempat dipakai."
Ardi menyeringai, langsung mengerti mengapa Kafka memberengutinya. Semua orang tahu, Kafka keranjingan dengan merek mobil satu itu. Bulan lalu, papanya membicarakan perihal kesiapan menjadi donatur untuk menutup sebagian anggaran apabila Kafka benar-benar ingin memiliki satu unit Aston Martin. Namun, Kafka tidak mengiakan. Ia bimbang.
Seringnya, Kafka bergurau bisa membeli segalanya, hanya jika tunangannya tidak ngeri melihat ia melakukan itu. Dalam beberapa waktu, gurauan itu bisa menjadi sangat serius. Sampai saat ini, hanya satu alasan yang membuat Kafka belum memutuskan apakah seharusnya ia memiliki satu unit mobil lagi, atau mencukupkannya dengan memiliki dua. Ata tidak suka apabila Kafka melakukannya. Beberapa kali, Ata mengatakannya sebagai candaan, tetapi hal itu bisa menjadi bumerang saat hubungan mereka kacau. Kafka ingat sekali, Ata pernah tidak mau menumpang Ferrari-nya dengan sederet alasan yang sempat membuat ia ingin melenyapkan mobil itu.
"Jemput aku besok pagi, ya, Om? I'll drive for you. Duh—"
Tawa Ardi berderai. "Papamu belum ngasih izin? I'll accompany you to—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance #2 (on hold)
FanfictionSetelah enam tahun berpacaran, hingga berganti status menjadi tunangan Kafka, Ata masih merasa hidup di negeri dongeng yang tak punya jalan keluar. Setelah enam tahun berpacaran, hingga berganti status menjadi tunangan Ata, Kafka masih merasa bermim...