5th Page

2.7K 307 34
                                    

Hai, guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, guys. Untuk informasi aja, mungkin ada yang bingung. Penggunaan 'they/their/sejenisnya' di prompt sebagai kata ganti 'he' atau 'she', karena prompt generator-nya nggak mendeteksi nama perempuan dan laki-laki. Bakal aku sesuaikan di narasi atau dialog dalam cerita, jadi semoga kalimat di prompt-nya nggak jadi hal yang menganggu, ya. Happy reading and happy weekend!

***

"Sayang, kamu jadinya mau makan apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, kamu jadinya mau makan apa?"

Dalam satu jam terakhir, Ata sudah tak bisa menghitung kali keberapa mendengar pertanyaan itu dari Kafka. Senin malam, saat mengiakan untuk dijemput Kafka sekaligus menginap di apartemen laki-laki itu, seharusnya Ata tahu bahwa tunangannya akan mencecar perihal yang sama. Perihal makan. Sesuatu yang sejak Sabtu lalu menjadi hal yang enggan dilakukannya.

Akhir pekan lalu, Ata jatuh sakit. Kepalanya berat dan suhu tubuhnya meningkat dengan cepat. Akumulasi dari lelah dan tertekan selama sepekan terakhir—sesuatu yang tak dikatakan pada Kafka karena tak mau membuat laki-laki itu makin cemas. Sebagai gantinya, Ata mau menghabiskan waktu sepanjang Sabtu dan Minggu untuk tidur di apartemen Kafka. Ia hanya akan beranjak dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi dan makan. Walau untuk makan, Kafka harus membujuknya seperti membujuk balita. Sakit membuatnya tak nafsu makan.

"Aku ... masih mikir." Ata memilih jawaban aman sembari menggulir layar ponsel yang tak juga beranjak dari aplikasi Twitter. "Kamu bukannya udah makan? Mau beli makan lagi?"

"Kamu yang harus beli makan."

Ata melirik Kafka. Tunangannya duduk di depan komputer, tempatnya main online game dengan Jeric. Kali ini, Kafka duduk di sana bukan untuk beberapa sesi online game, melainkan untuk melanjutkan pekerjaannya. Tak peduli belasan kali Ata meyakinkan Kafka bahwa ia sudah merasa lebih sehat daripada hari Minggu kemarin dan tak perlu ditunggu terus-menerus. Kafka bisa lembur di kantornya supaya mendapatkan konsentrasi penuh, tetapi laki-laki itu berkeras untuk menemani Ata dan berkata bahwa ia bisa bekerja di apartemennya. Kini, bukannya bekerja, ia malah terus membujuk Ata makan.

Sejujurnya, Ata tak suka Kafka mengesampingkan pekerjaan dan tanggung jawab di kantor demi dirinya. Ata lebih suka Kafka yang penuh tanggung jawab dan ambisi, daripada kendur begini, karena itu membuatnya merasa bersalah. Membuatnya merasa Kafka mengorbankan sesuatu yang tidak sepadan. Kafka akan mengomel jika tahu dirinya berpikir seperti ini, maka ia memilih diam dan berusaha berdamai dengan diri sendiri.

Fiance #2 (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang