Third Coupon Redeemed

2.2K 276 42
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Kafka merasakan Ata memeluk pinggangnya. Sesuatu yang hangat dan lembut menempel di dahinya. Ia harus menghitung sampai sepuluh, barulah sesuatu itu lepas darinya. Mengesankan sekali. Meski sudah bangun beberapa menit lalu, Kafka memilih tetap memejamkan mata. Ia menunda menghadapi kenyataan untuk beranjak dan pergi ke pusat kebugaran di gedung ini—sesuai janjinya semalam.

Masih pekat dalam ingatannya tentang semalam. Waktu terbaik yang pernah diberikan Ata padanya, setelah berbulan-bulan terjebak dalam rutinitas yang terkadang menjemukan. Saat mereka bersama-sama menyusuri trotoar pinggiran Jakarta yang padat, Kafka menyadari bahwa itu adalah saat yang sudah sangat ia rindukan sejak lama. Saat ia dan Ata mengunjungi warung-warung makan pilihan perempuan itu, menjajal menu-menu populer, membuat rencana untuk datang lagi di lain waktu.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka melakukan hal-hal itu. Kafka sibuk sekali. Ata pun sibuk, meski dalam kadar yang berada di bawahnya. Saat mereka punya waktu luang, Kafka harus memenuhi sederet undangan, janji, dan pertemuan impulsif yang menyita waktu. Saat mereka punya waktu luang, Ata menemani Kafka melakukan relaksasi yang nyaris seperti rutinitas baginya. Hanya baginya. Ia mengajak Ata bermain tenis, memintanya mencoba mengayunkan stik golf, memintanya duduk di kursi penumpang mobil selagi ia mengelilingi sirkuit, mengajaknya ke ruang-ruang pesta yang mewah. Semua itu adalah rutinitas Kafka, bukan Ata.

Saat Ata memberi setumpuk kupon padanya, terpikir oleh Kafka untuk melakukan sebagian kegiatan dengan cara Ata. Yang sederhana, murah, dan mudah diakses. Semalam adalah yang pertama kali.

Hari ini, Kafka pun melakukannya dengan cara Ata.

Semalam, mereka kembali ke kantor Kafka beberapa menit sebelum jam dua belas. Terpikir olehnya untuk menghabiskan waktu hingga lewat tengah malam. Ata setuju, sehingga mereka pergi ke pasar tradisional yang buka dua puluh empat jam.

Ata membeli banyak sekali bahan makanan. Sayur-sayuran, daging sapi, ayam potong, ikan-ikan segar, buah-buahan, hingga rempah-rempah. Karena Ata sudah membayar makan malam mereka, Kafka meminta agar perempuan itu berbelanja dengan uangnya. Senang sekali rasanya ketika Ata menyetujui gagasan itu.

Karena Ata sudah berbelanja, Kafka menggunakan kupon homecooked meal untuk hari ini. Dengan permintaan yang menurut tunangannya sangat sederhana: chicken wrap dan salad sayur. Ia menolak ketika Ata menawarinya menu-menu lain. Ia tidak mau Ata kelelahan karena memaksakan diri memasak menu-menu sulit di pagi hari.

"Sayang ...."

Lembut sekali suaranya. Salahkah apabila Kafka memejamkan mata sampai setengah jam ke depan?

"Ayo bangun ...."

Kafka merasakan Ata mengecup dahinya lagi. Melanggar janjinya sendiri, Kafka merengkuh pinggang Ata tanpa membuka mata. Perempuan itu terkesiap lirih, kemudian menggumamkan, "Ternyata kamu udah bangun."

Fiance #2 (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang