4th Page (2)

2.4K 312 29
                                    

Hai, ini lanjutan Page sebelumnya, ya. Prompt page ini bisa dilihat di 4th Page (1). Happy reading!

***

Sepuluh menit kemudian, Ata selesai membersihkan diri dan mengistirahatkan punggung yang pegal pada sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepuluh menit kemudian, Ata selesai membersihkan diri dan mengistirahatkan punggung yang pegal pada sofa. Tak lama kemudian, Kafka datang dengan segelas susu cokelat dingin. Penawarnya saat sedang merasa sangat lelah.

"Laper, nggak? Aku punya roti sama selai ... macem-macem. Kamu bisa milih sendiri di kulkas. Baru dikirimin Mama sama Kak Jessy siang tadi." Kafka mengelus pipi Ata begitu duduk di sampingnya.

"Nggak, aku udah makan." Ata meletakkan gelas yang sudah kosong pada meja, kemudian duduk menghadap Kafka. Lutut mereka bersentuhan, dan Kafka mengusapnya dengan cara yang selalu membuat Ata tenang. "Jadi, kamu mau bicara apa?"

"Hari ini, Javier laporan ke aku ...."

Ata mengerjap. "Laporan apa?"

" ... kalau Princess-ku dapat perlakuan yang nggak pantas."

Oh Tuhan, jangan ....

Debar jantung Ata menjadi dua kali lipat lebih kencang. Ata tak mampu mengatakan apa pun untuk beberapa saat. Suaranya lenyap, terserap oleh rasa gugup yang menyeruak di dadanya.

Kafka tak menunggu Ata mengatakan apa pun untuk mengambil ponselnya di sudut meja. Satu menit kemudian, Ata mendengar suara seorang perempuan yang teramat dikenalinya. Selama beberapa saat yang terasa lama sekali, tak ada suara apa pun di antara mereka selain suara dua orang perempuan bersahut-sahutan dalam rekaman tersebut. Diakhiri suara benda jatuh dan nada geram Javier.

"Siapa yang bicara sama Erisa?" tanya Kafka setelah suara dalam rekaman lenyap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang bicara sama Erisa?" tanya Kafka setelah suara dalam rekaman lenyap. "Dan apa yang dia lakuin ke kamu akhir-akhir ini?"

Ata menggeleng sembari menyeka air mata yang turun di pipi. Namun, usaha itu sia-sia, karena air matanya mengalir deras dan sukar dihentikan. Kafka diam sebentar, tetapi tak sekalipun mengalihkan pandangan darinya. Ata ragu bisa menghindari pembicaraan ini.

Sungguh, Ata tak berniat menyembunyikan persoalan ini dari Kafka. Ia pasti membahasnya dengan laki-laki itu. Namun, bukan sekarang. Bukan saat ia sedang sangat lelah dan sukar berpikir jernih. Bukan saat Kafka pun baru pulang dari kantornya dan mereka butuh istirahat.

Fiance #2 (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang