PART 02

20K 1.4K 8
                                    

Haiiii, Melisa & Pram balik lagi nih!

Happy reading~~~

***

PART 02

Hari ini Melisa tidak masuk kerja dan hanya berdiam diri di dalam kamar kosnya. Karena ia masih sedikit merasa trauma, serta takut kalau Ayuna akan datang ke kantor untuk melabrak dirinya. Ia pasti akan mendapat malu jika seandainya hal itu benar-benar terjadi di dalam hidupnya.

Melisa tampak terduduk lemas di sudut ruangan. Bagai seonggok manusia yang sama sekali tidak memiliki tenaga. Padahal di sebelahnya terdapat sebuah meja, dan di atas meja itu terdapat beberapa macam makanan. Ada 3 cup mie instan, snack yang masih belum terbuka, serta stoples kecil permen jelly kesukaannya.

Namun, sejak ia terbangun dari tidurnya, Melisa sama sekali tidak berniat untuk segera mengisi perutnya. Dan yang dilakukan oleh wanita itu hanyalah meneguk sedikit air dari dalam gelas, lalu mengirimkan pesan singkat kepada Nelly—teman kerjanya—untuk memberitahukan kalau hari ini dirinya tidak bisa masuk kerja.

Demam yang disertai dengan flu dan sakit kepala adalah alasannya. Karena hanya penyakit itulah yang paling sering terjadi di saat Indonesia sedang memasuki musim penghujan. Dan untungnya Nelly mengiakan, meskipun wanita itu sempat mencibirnya dengan mengatakan kalau dirinya hanya mencari-cari alasan.

Berhubung Melisa sedang malas berinteraksi dengan semua orang, bahkan melalui pesan singkat, jadi ia pun tidak memberikan tanggapan apa-apa. Kemudian memilih untuk terduduk di sudut ruangan. Tak lupa, Melisa juga turut menekuk kedua kakinya.

Karena mulai merasa pegal, akhirnya Melisa pun kembali naik ke atas ranjang.

Well, ia sedang dalam mood untuk terus bermalas-malasan.

Namun, seseorang malah terdengar sedang sibuk mengetuk pintu kamar kosnya dari arah luar.

Awalnya Melisa sengaja berpura-pura tidak mendengar. Tetapi, saat ketukan itu sudah berubah menjadi sebuah gedoran, ia pun terpaksa bangkit dari ranjang dan segera menyeret kedua kakinya untuk membuka pintu kamar.

“Ya ampun, Mel! Tante kira kamu udah dead di dalem.”

Dahlia tampak memelotot sembari membuat gerakan menggorok lehernya dengan sebelah telapak tangan. Sedangkan Melisa hanya berdiri dan menghela napas pelan.

“Bikin orang khawatir aja,” omel Dahlia dengan wajah julidnya. “Kan banyak tuh di berita-berita, penghuni kos meninggal di dalem kamar kosnya. Tante takut lho kalau sampe kamu kenapa-napa. Tumben banget dari kemarin sore kamu enggak keluar-keluar dari kamar.

“Kenapa? Kamu sakit? Kalau butuh uang buat berobat, kamu tinggal bilang aja. Tante siap kok patungan sama anak-anak kos lain buat bantuin kamu, dari pada kamu nanti kenapa-napa. Terus kita semua yang repot.”

“Makasih lho, Tan. Tapi aku baik-baik aja. Ini cuma lagi pengen males-malesan aja di dalem kamar.”

“Ih kenapa? Kamu dipecat?” Dahlia tampak kembali bertanya.

“Enggak kok, Tan,” jawab Melisa yang masih kurang bertenaga.

“Terusss?”

“Ya... cuma pengen males-malesan aja. Bosen kalau kerja mulu, Tan.”

“Lho? Bukannya kemarin itu baru hari minggu ya?” tanya Dahlia dengan wajah bingungnya. Tetapi, sedetik kemudian, raut wajahnya pun segera berubah. “Eh iya, kemarin kamu habis dari mana? Kata Naura, kamu enggak pulang. Padahal kemarin pagi saya bagi-bagi bubur ayam.”

Melisa lantas meringis pelan. Kemarin pagi kan ia masih berada di hotel bersama Pram, bahkan ia juga sempat dilabrak oleh Ayuna.

Dan Melisa benar-benar merasa bingung sekarang. Karena tidak mungkin juga kan kalau ia berterus terang?

“Oh, itu ... kemarin—”

Untungnya seorang penjual susu kedelai keliling tampak memanggil-manggil Dahlia. Sehingga Melisa pun bisa terselamatkan dari interogasi dadakan yang wanita itu lakukan. Melisa bahkan langsung mengembuskan napas lega saat pemilik kosnya itu sudah pamit berlalu dan menyuruh dirinya untuk melakukan kegiatan. Katanya, bermalas-malasan itu tidak baik untuk kesehatan. Apa lagi dirinya juga masih muda. Dan Melisa hanya menganggukkan kepala sambil mengiakan. Tetapi, begitu ia kembali masuk ke dalam sekaligus mengunci kembali pintu kamar, ia pun tetap tidak melakukan sebuah kegiatan, selain kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

Well, ia memang sedang tidak bersemangat dan benar-benar serius ingin bermalas-malasan. Kalau bisa sampai seharian. Mungkin karena pikirannya yang terlalu penuh akibat kejadian kemarin, serta segala ketakutannya tentang Ayuna yang sebenarnya belum tentu akan benar-benar terjadi.

Namun, hal itu tetap saja menguras energi. Makanya Melisa jadi bertingkah seperti ini.

Selain itu, cuacanya juga sedang mendukung. Sehingga Melisa pun kembali mengantuk. Namun, sebelum wanita itu sempat tertidur, nada dering ponselnya sudah lebih dulu meraung-raung.

Melisa jadi menyesal karena dirinya lupa mengatur ponselnya ke mode silent. Harusnya tadi ia mengutak-atik ponselnya terlebih dahulu.

Melisa lantas bergerak untuk meraih benda pipih satu itu, kemudian berdecak kesal saat membaca nama si penelepon.

PAK BOSS PRAM

Dan Melisa pun sengaja mendiamkan panggilan itu. Karena ia tahu kalau Pram pasti hanya ingin membahas tentang kenapa hari ini dirinya memutuskan untuk tidak masuk.

Lalu, tak lama setelah itu, Melisa pun segera mematikan ponselnya sebelum Pram kembali mencoba untuk menelepon.

***

Karena merasa lapar, akhirnya Melisa memutuskan untuk segera menyeduh satu cup mie instan. Untung saja persediaan mie-nya itu masih ada. Coba kalau tidak, ia harus mengisi perutnya dengan apa di saat handphone-nya sengaja dimatikan dan ia masih merasa malas untuk beranjak pergi keluar?

Melisa tampak memakan mie instannya itu dengan perlahan.

Tadi, sebelum memakan mie instan, sebenarnya Melisa sudah sempat menyantap beberapa potong wafer berukuran sedang. Dan sisa wafer itu sudah diikatnya menggunakan karet gelang.

Hanya saja, memakan wafer masih terasa kurang. Sehingga Melisa pun terpaksa harus kembali menyantap mie instan. Padahal baru dua hari yang lalu ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak terlalu sering memakan mie. Karena ia merasa kalau lemak di tubuhnya semakin meningkat oleh makanan tidak sehat yang selama ini terlalu sering ia konsumsi.

Namun, mau bagaimana lagi? Di sini ia tinggal sendiri. Tidak memiliki seorang ibu yang bisa mengurusnya setiap hari.

Melisa jadi berpikir, mungkin kalau ia sudah resmi resign nanti, ada baiknya ia pulang kampung saja dan tidak usah mencari pekerjaan lain di kota ini.

Selain tidak lagi bertemu dengan Pram serta Ayuna, menu makanannya pun bisa jauh lebih bervariasi dan sehat.

“Ide bagus, Mel,” gumam Melisa yang kini terlihat semakin bersemangat untuk segera menghabiskan mie instannya yang masih tersisa sekitar dua suapan lagi. Dan rencananya, setelah ini, ia juga jadi ingin langsung bergegas untuk mandi. Karena ia ingin sedikit memanjakan diri, seperti membeli minuman ataupun camilan masa kini, atau sekadar cuci mata di sekitaran danau yang terletak tak jauh dari sini.

*****

Kamis, 15 Desember 2022

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang