PART 40

10.3K 684 10
                                    

WARNING! 18+

Harap bijak dalam memilih bacaan.

.
.
.

PART 40

“Mau ke mana, Ma?” tanya Pram kepada ibunya saat wanita itu akan beranjak dari atas kursi yang sejak tadi sedang diduduki olehnya. Padahal nasi kuning milik wanita itu baru saja disantap beberapa suap.

“Mama ada urusan sebentar.” Setelah itu, Tia pun segera menoleh ke arah Hilman. “Papa tunggu di sini dulu aja ya? Jangan ke mana-mana.“

Hilman yang mendengarnya, tampak langsung tertawa. Tetapi, akhirnya pria itu tetap mengangguk juga.

Lalu, mereka pun kembali melanjutkan acara makan yang sempat tertunda. Karena sejak tadi mereka memang sudah sangat sibuk untuk menyapa serta mengobrol dengan banyak orang.

Pram yang sudah berhasil menghabiskan nasi di atas piringnya, kini mulai tertarik untuk mencicipi sepotong bika ambon yang memang sejak tadi sudah terhidang di atas meja bersama beberapa aneka makanan ringan yang lainnya. Tadi, sebelum mengisi perutnya dengan makanan berat, ia sudah sempat mencicipi pukis keju serta lapis legit yang terhidang di atas meja yang memang dikhususkan untuk ditempati oleh mereka sekeluarga.

Tak lama setelah itu, Tia yang sudah kembali ke meja mereka, tampak mulai berdeham keras sembari berujar, “Coba lihat ... Mama bawa siapa.”

Hal itu lantas membuat Pram jadi menaikkan pandangan, lalu menatap ke arah Melisa yang memakai dress berwarna hitam yang terlihat sangat pas di tubuhnya.

Namun, Pram langsung mengernyitkan dahinya. Karena baju gadis itu terlihat sangat terbuka. Bagian bahunya ke mana-mana. Bahkan Pram yakin jika gadis itu menunduk, maka orang yang ada di hadapannya bisa melihat jelas belahan dada gadis itu.

“Siapa yang nyuruh kamu pake baju begitu?”

Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibirnya Pram setelah ia mengamati Melisa yang sedang menyalimi tangannya Hilman sembari menahan bagian depan dress-nya menggunakan sebelah telapak tangan.

Melisa yang merasa terkejut, tampak segera mengerjap pelan. Apa ia salah dengar? Atau memang otaknya yang terlalu lamban untuk mencerna pertanyaan dari pria itu barusan?

“Maaf, Pak. Gimana ya maksudnya?“ tanya Melisa dengan nada sopan.

Pram malah menggeleng pelan. “Enggak. Lupain aja.”

Tia yang sebenarnya mengerti apa maksud dari pertanyaannya Pram tadi, hanya mampu tersenyum tipis, lalu berujar, “Oh iya, Melisa mau ngucapin selamet lho buat kamu.”

Melisa yang baru teringat akan tujuannya, kini langsung mengulurkan sebelah telapak tangannya yang untung saja segera dibalas oleh Pram. Padahal ia tadi sudah sempat ketar-ketir kalau pria itu tidak akan menerima uluran tangannya saat ini.

“Selamat ya, Pak. Semoga Bapak bisa menjadi CEO yang baik dan amanah.”

“Ya, makasih.“ Keduanya mulai melepaskan jabatan tangan masing-masing. “Udah tahu, ‘kan? Kalau mulai hari senin nanti posisi saya akan digantikan oleh Mario.”

“Iya, Pak. Saya udah tahu kok.”

Entah kenapa, pria itu malah mendengkus.

“Berarti kamu udah follow IG-nya juga dong?”

“Kok jadi IG sih, Pak?“ tanya Melisa yang berusaha keras untuk menahan nada kesal di dalam nada suaranya. Karena tiba-tiba saja Pram malah membahas tentang IG-nya Mario—calon manager keuangan mereka yang baru.

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang