PART 08

10.6K 833 5
                                    

Sengaja double up!

Happy reading, guys~

***

PART 08

Sore harinya, Melisa langsung bertemu dengan Hanifah setelah membuat janji temu dengan gadis itu melalui pesan singkat yang ia kirimkan lewat ponsel ibunya. Dan mau tidak mau sekarang nama Melisa-lah yang akan menjadi jaminan atas seluruh utang-utangnya Keira. Karena sosok Keira pun sudah pergi kabur entah ke mana.

Untungnya Melisa mampu melobi Hanifah dengan cukup mudah. Karena Hanifah pun tahu kalau ucapannya Melisa jauh lebih bisa dipercaya ketimbang segala bualan yang sering diucapkan oleh Keira kepada dirinya. Hingga ia pun muak dengan semua ucapan temannya itu.

Selain itu, Hanifah juga tahu kalau Melisa memiliki pekerjaan yang tetap di Jakarta. Tidak seperti Keira yang pengangguran dan hanya mampu menjual nama ibunya—Syahila. Sehingga utang-utang itu pun bisa dicicil oleh Melisa mulai dari sekarang. Karena saat bertemu tadi, Melisa sudah sempat mentransfer uang sebesar 3 juta sekian ke nomor rekeningnya Hanifah, dan beberapa hari sebelumnya ibunya juga sudah sempat menyerahkan uang sebesar 600 ribu kepada Hanifah.

Lalu diam-diam Melisa mulai membuka aplikasi catatan di ponselnya untuk mencatat sisa utang milik Keira yang sekarang sudah resmi menjadi utang miliknya.

Wow! Melisa berdecak kagum dari dalam hatinya. Tanpa hidup mewah dan banyak gaya, tahu-tahu sekarang ia sudah punya utang sebesar 81 juta rupiah.

“Ibu enggak keberatan kalau kita harus jual rumah,” ucap Syahila setelah Hanifah pergi dari rumah mereka. Lantaran tadi Hanifah sendirilah yang ingin datang ke mari untuk merundingkan tentang uang puluhan jutanya yang hampir melayang akibat ulah temannya yang tidak mampu membayar utang.

“Tapi aku yang keberatan, Bu. Aku enggak mau rumah kita dijual. Aku juga masih sayang banget sama rumah ini, dan enggak rela kalau rumah ini nanti ditempatin sama orang lain.”

“Tapi, mau sampai kapan kamu cicil utangnya Keira? Apa kamu yakin kalau Hanifah bakalan sabar nungguin uang dari kamu? Gimana kalau nanti dia berubah pikiran dan lapor polisi? Nanti kamu yang kenapa-napa. Apa lagi Hani juga punya bodyguard yang bisa aja datengin kamu secara tiba-tiba di Jakarta.”

Melisa sempat terdiam sebentar. Ia tahu kalau segala kemungkinan yang diucapkan oleh ibunya barusan bisa terjadi kapan saja. Apa lagi Hanifah juga sudah mengantongi nomor ponselnya, alamat indekosnya, serta alamat lengkap kantor tempat ia bekerja. Bahkan nomor rekeningnya juga.

“Hani enggak mungkin kayak gitu, Bu. Omongannya tadi pasti bisa dipegang.” Walaupun sesungguhnya Melisa agak merasa ragu, tapi ia tetap tersenyum dan merangkul bahu sang ibu. Lalu menagih janji wanita itu yang katanya tadi ingin membuatkan kue sus.

***

Hari Minggu, sekitar pukul setengah tujuh malam, Melisa akhirnya sampai di indekos milik Dahlia. Dan di salah satu tangannya terdapat sebuah tote bag berwarna merah berisi oleh-oleh berupa camilan yang sengaja ia beli untuk diberikan kepada Dahlia serta dibagikan kepada beberapa penghuni indekos mereka. Karena saat mereka pulang ke rumah, mereka juga sering membawakan oleh-oleh untuk dirinya. Apa lagi Dahlia, ibu kos satu itu sering sekali membagi-bagikan makanan kepada mereka semua.

Dahlia pernah bilang—dengan nada bercanda—ketimbang susah-susah mengumpulkan anak jalanan untuk diberi makan, lebih baik dia memberikan makanan kepada anak-anak di indekosnya yang sebagian adalah kaum duafa—selain perhitungan, mereka juga adalah kaum mendang-mending yang sering memakan mie instan ketimbang memakan nasi.

Meski begitu, Dahlia tetap memberikan makanan untuk beberapa anak jalanan yang kadang lewat di depan indekos mereka. Karena sosok Dahlia yang kepo dan agak julid itu sesungguhnya adalah sosok ibu kos yang baik dan sama sekali tidak pelit. Asal anak-anak kosnya mau menaati peraturan serta tidak ‘mengotori’ kamar kosnya dengan perbuatan mesum.

Dan Melisa merasa beruntung bisa tinggal di sini, karena bisa dibilang kalau saat ini ia adalah penghuni kos terlama di tempat ini. Karena ia sudah menyewa kamar kos di sini sejak ia masih kuliah di semester 2. Sedangkan beberapa teman kuliah serta teman kos yang seangkatan dengannya dulu ada yang sudah pulang kampung, serta pindah ke tempat baru yang jauh lebih dekat dengan kantor, atau ada juga yang sudah naik level. Contohnya Gita. Kini Gita sudah tinggal di apartemen milik kakaknya sejak kakaknya menikah dan punya rumah sendiri di Jakarta.

Well, Melisa dan Gita memang sudah saling mengenal sejak zaman kuliah dan sama-sama tinggal di indekosnya Dahlia. Dulu mereka berdua tidak terlalu dekat. Circle pertemanannya pun berbeda. Tetapi, secara kebetulan keduanya malah bekerja di tempat yang sama. Meski Gita sudah lebih dulu bekerja di sana. Sampai akhirnya mereka berdua pun menjadi jauh lebih dekat, lalu bersahabat baik hingga sekarang. Bahkan persahabatan itu pun turut dilengkapi oleh Nelly, yang berasal dari divisi lain.

***

Saat ini Melisa sedang memakan camilan berupa stik kentang yang tadi sempat diberikan oleh Dahlia kepada dirinya ketika ia baru sampai di indekos mereka. Sebelah tangannya sibuk berselancar di social media. Lalu ia pun berhenti di postingan terbarunya Pram yang dikirimkan sekitar 2 jam sebelumnya.

Ada dua slide foto di sana. Slide pertama hanya berupa foto menu makanan serta minuman. Sedangkan di slide berikutnya terlihat foto Pram bersama beberapa anggota keluarganya.

Ternyata pria itu sempat menghadiri acara makan siang keluarga. Bahkan ada sosok Ayuna beserta suaminya juga di sana. Dan sekarang Melisa jadi teringat akan satu hal. Sebelum kejadian di hotel saat itu, ia memang sempat men-screenshots foto wajahnya Pram dari akun social media milik pria itu.

Namun, sekarang ia akan langsung menghapus screenshot-an foto itu. Karena ia merasa sial akibat menyimpan foto milik pria itu.

Dan setelah mengecek seluruh isi album screenshot-an yang ada di ponselnya saat itu, Melisa pun menemukan 3 buah foto Pram yang pernah ia screenshot.

Melisa hampir tidak percaya ini. Ia menyimpan screenshot-an wajahnya Pram di dalam ponselnya sebanyak 3 buah.

Well, ternyata ada 5. Bukan 3. Karena di album WhatsApp pun juga ada. Yang terunduh dari grup WA berisi ia dan kedua sahabat karibnya. Pasti itu adalah ulahnya Nelly serta Gita. Karena kedua orang itu cukup sering mengirimkan foto Pram ke dalam grup chat mereka bertiga. Lantaran baik Nelly maupun Gita, keduanya sama-sama mengagumi sosok Pram yang tampan dan kaya di usia muda—walaupun kekayaan pria itu lebih banyak berasal dari orang tuanya yang memang sudah kaya raya sejak lama. Tetapi, di samping itu, Nelly dan Gita juga tetap sering menggosipkan Pram bersama kakak tirinya—Ayuna.

Dulunya Melisa pasti akan langsung menghapus fotonya Pram yang terunduh dari grup chat mereka bertiga, tapi beberapa minggu belakangan ia jadi sering lupa untuk melakukannya. Bahkan diam-diam ia pun mulai ikut mengagumi sosok bosnya itu dengan cara men-screenshot fotonya juga. Bedanya screenshot-an itu hanya tersimpan di dalam ponselnya saja, tidak seperti Nelly ataupun Gita yang digunakan untuk bahan gosip ataupun bercandaan mereka berdua.

Entah untuk apa sebenarnya ia menyimpan screenshot-an wajahnya Pram. Tetapi, harus Melisa akui kalau ke-3 buah foto yang sempat di-screenshot-nya itu terlihat sangat bagus untuk dilihat.

“Cakep-cakep kok mau sih Pak jadi selingkuhan,” gumam Melisa yang benar-benar menyayangkan statusnya Pram. Ia lantas menaruh ponselnya ke atas tempat tidur begitu selesai menghapus seluruh foto milik pria itu.

Selanjutnya, Melisa pun mulai membereskan wadah bekas stik kentangnya yang sudah kosong. Sekalian ia juga ingin mencuci muka dan buang air kecil sebelum pergi tidur. Karena besok pagi ia harus kembali bekerja, dan mungkin mulai mencari pekerjaan sampingan supaya ia juga bisa memiliki uang tambahan.

*****

Guys, kalo seandainya ada bagian yang gak rancu, tolong dikomen aja ya 🙏 biar nanti aku perbaiki.

Minggu, 22 Januari 2023

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang