PART 12

9K 765 11
                                    

Met malem minggu, all~

Nih, aku kasih update-an 😆

Happy reading ya!

***

PART 12

PAK BOSS PRAM | keluar sekarang, atau besok kamu bakal tau akibatnya

Melisa yang membaca pesan WhatsApp dari Pram melalui notifikasi di layar handphone-nya, tampak segera turun dari atas ranjang dan langsung bergegas untuk memakai sandalnya yang berada di dekat pintu kamar.

Bisa gawat kalau dirinya sampai dipecat.

Melisa akui kalau dua minggu yang lalu ia sempat berpikir untuk resign dari kantor dan pulang saja ke kampung halaman gara-gara terlalu stres akibat memikirkan kejadian di hotel waktu itu, tapi kan ia tidak benar-benar serius. Ia masih ingin bekerja dan meraup uang dari sana. Apa lagi sekarang ia juga sudah memiliki utang sebanyak 81 juta.

Kalau ia dipecat, ibunya pasti akan langsung menjual rumah mereka. Dan Melisa tidak ingin hal itu terjadi. Sehingga ia pun terpaksa menemui Pram yang sedang berada di depan indekosnya saat ini. Karena pria itu benar-benar datang untuk menjemput dirinya, padahal ia baru saja pulang dan belum sempat mandi, apa lagi berganti pakaian.

“Apa ini, Mel? Kamu belum mandi?” tanya Pram kepada Melisa yang sudah berada di hadapannya saat ini. Karena perempuan itu masih memakai kemeja kerja serta celana bahannya—persis seperti saat di kantor tadi.

“Ya... iya, saya emang belum mandi, Pak.” Lalu, Melisa pun bertanya dengan sedikit nada tidak enak. “Emangnya ... kenapa, Pak?”

“Bukannya saya udah bilang kalau saya bakal jemput kamu jam enam sore?“ Pram kembali bertanya, tapi kali ini dengan sedikit nada kesal di dalam nada suaranya. Dan Pram sama sekali tidak membutuhkan jawaban, karena jawaban dari pertanyaannya itu sudah sangat jelas. Ia memang sudah mengatakan kepada Melisa kalau dirinya akan menjemput perempuan itu jam 6, di kos-an.

“Kamu pasti sengaja kan enggak mau siap-siap buat nolak ajakan saya?” tuduh Pram dengan tatapan tajamnya yang terarah kepada Melisa.

Melisa yang ditatap seperti itu, tentu saja jadi sedikit merasa takut. Tetapi, ia tetap memutar otaknya untuk mencari alasan yang masih masuk di akal. Ia lantas segera memberikan sanggahan. “Enggak kok, Pak. Saya aja baru nyampe di kos-an.”

Pram lantas menyipitkan matanya, dan terlihat tidak percaya pada ucapannya Melisa barusan.

“Jangan bohong kamu, saya tahu kalau tadi kamu pulang tepat waktu.”

“Tapi kan, Pak. Saya pulangnya naik ojol. Dapetnya lama, terus ikut kejebak macet juga.” Lalu, Melisa pun segera menambahkan sebelum Pram kembali membalas ucapannya barusan. “Ini... bahkan rambut saya jadi tambah lepek gara-gara helm abang ojolnya, terus gara-gara asep kendaraan. Mana tadi juga sempet gerimis di jalan.”

Pram langsung mendengkus samar. “Gerimis apanya? Hari ini cuaca cerah. Enggak ada gerimis-gerimisnya.”

Rasanya Melisa ingin sekali bersikap nyinyir di depan bosnya. Tetapi, ia sadar kalau hal itu tidak sopan. Jadi, dengan mengerahkan seluruh kesabaran yang masih dimilikinya, ia pun mulai menjelaskan. “Mungkin Bapak tadi enggak sadar, tapi tadi tuh beneran gerimis kok, Pak. Kalau Bapak enggak percaya, Bapak tanya aja sama orang-orang. Tadi tuh beneran sempet gerimis, tapi cuma sebentar.“

Tanpa menanggapi penjelasannya Melisa, kini Pram pun sudah mulai menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktunya tidak banyak, jadi ia harus bergegas sekarang juga.

“Ya udah, kalau gitu kamu masuk ke dalam mobil saya sekarang. Kita langsung berangkat.”

“Eh?” Melisa mengerjap kebingungan saat Pram menarik tangannya untuk segera masuk ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka. “Tapi, Pak....”

“Enggak ada tapi-tapian, Mel. Waktu saya udah semakin mepet.”

“Emang kita mau ke mana sih, Pak?” tanya Melisa yang berusaha untuk tidak segera masuk ke dalam mobil, tapi Pram malah mendorongnya pelan hingga ia pun tidak mempunyai pilihan lain.

“Pak, ini kita mau ke mana?” Melisa kembali bertanya begitu Pram sudah duduk di sampingnya dan mulai memakai seat belt yang tersedia.

“Udah deh, enggak usah banyak tanya,” balas Pram yang segera menyalakan mesin mobilnya. Lalu ia pun menoleh sekilas ke arah Melisa. “Pake seat belt kamu sekarang.”

“Tapi Bapak jawab dulu ini kita mau pergi ke mana?”

Pram sempat menolehkan kepalanya lagi ke arah Melisa, lalu gadis itu pun berujar, “Ya udah deh, terserah Bapak.”

Setelah itu, pandangan matanya Pram pun sudah kembali terfokus ke arah jalanan yang ada di depan.

Melisa lantas mendengkus samar, dan mulai memakai seat belt-nya dalam diam. Ia bahkan tidak sempat mengunci pintu kamar kos-nya dan hanya menutupnya saja. Karena ia tadi berpikir kalau Pram pasti hanya akan mengajaknya berbicara sebentar sebelum menyuruhnya untuk segera bersiap-siap. Terlebih lagi penampilannya juga masih terlihat cukup berantakan.

Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Karena Pram langsung menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil seperti sekarang. Untungnya ia tadi sempat membawa serta ponsel di tangannya. Sehingga ia pun masih bisa mengabari seseorang kalau seandainya nanti terjadi sesuatu kepada dirinya.

***

“Kok kita malah ke sini sih, Pak? Emang mau ngapain sih?” Melisa benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebingungannya saat ini.

“Udah deh. Gak usah banyak tanya, mending kamu turun sekarang.“ Pram lantas membuka seat belt di tubuhnya, dan langsung keluar dari mobil saat itu juga. 

Mau tak mau, Melisa pun kini melakukan hal yang sama. Ia ikut turun dari mobil dan mendekati Pram yang memberinya kode untuk tetap mengikuti langkah kaki pria itu sekarang.

Saat sudah berada di dalam, tepatnya di dekat pintu masuk yang terbuat dari kaca, keduanya pun langsung disambut dengan sangat ramah. Dan Pram mulai sibuk berbicara dengan wanita yang menyambut mereka barusan. Sedangkan Melisa malah sibuk mengamati—atau lebih tepatnya lagi mengagumi—keadaan di sekitar.

Setelah itu, ada seorang wanita lagi yang datang mendekat. Saat itulah Melisa mulai memusatkan perhatiannya kepada sosok Pram, karena pria itu baru saja menyebutkan namanya.

“Ini Melisa. Inget ya, Din. Jangan lama-lama.”

Lalu wanita cantik bernama ‘Din’ itu pun langsung menganggukkan kepalanya sembari memberikan jawaban. “Iya, kamu tenang aja.”

“Ayo, Mel. Ikut saya,“ ajak wanita itu kepada Melisa. Selanjutnya, ia pun mulai berjalan duluan. Sedangkan Melisa masih berada di tempat, dan menatap bingung ke arah Pram—seolah sedang meminta penjelasan.

“Udah. Kamu ikut aja sana.” Pram segera mendorong pelan punggungnya Melisa.

“Tapi, Pak—”

“Nurut, Mel. Atau gaji kamu mau saya potong?”

“Bapak mah ngancemnya gitu ....”
Mau tak mau, Melisa pun segera menyusul wanita tadi dan tidak memberikan bantahan apa pun lagi. Karena ia tidak ingin kalau gajinya nanti sampai dipotong oleh Pram, lantaran ia sedang membutuhkan uang untuk mencicil utangnya tiap bulan.

*****

Coba tebak, kira2 mereka berdua lagi ada di mana?

Sabtu, 28 Januari 2023

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang