PART 25

8.4K 726 11
                                    

Berhubung kemarin itu Melisa sudah sempat ditransfer sejumlah uang oleh Pram sebagai bentuk terima kasih dari pria itu karena ia sudah mau diajak makan siang oleh Tia, jadi hari ini Melisa pun mulai berpikir untuk membelikan sebuah makanan yang layak untuk diberikan kepada wanita itu saat nanti ia mengembalikan tupperware milik Tia.

Well, Melisa sudah berencana untuk mengembalikan semua tupperware itu melalui ojek saja. Supaya ia tidak perlu mampir ke kediamannya Tia dan juga Hilman. Karena bagimanapun juga, ia tetap merasa sungkan.

Melisa lantas kembali meminta saran kepada Nelly dan Gita, karena ia belum yakin dengan makanan seperti apa yang harus ia kirimkan.

“Idih, enggak sopan.” Nelly mulai menggeleng-gelengkan kepalanya, tampak mendramatisir keadaan. “Kan gue udah bilang, mending lo sendiri aja yang balikin tupperware-nya ke rumahnya Bu Tia.”

Gita yang juga ikut mendengar, kini langsung menganggukkan kepala—tampak menyetujui ucapannya Nelly barusan. “Nah. Terus lo beli deh bolu kesukaan ibu-ibu. Kayak bolu pandan, atau lapis legit, brownies, segala macem.”

“Ho-oh. Paling keluar duit seratus ribu, tapi yang bikin kue itu ada maknanya ... ya, elo sendiri yang nganter.”

Melisa jadi berpikir ulang setelah mendengar masukan dari Nelly dan Gita saat itu.

“Tapi, kan, gue tuh enggak mau jadi terlalu deket sama Bu Tia.” Melisa mulai menyuarakan kegundahan hatinya. “Apa lagi sampe main ke rumahnya.”

“Yaelah,“ Nelly langsung memutar bola mata. “Emang kenapa sih, Mel? Lo tuh termasuk enak lho. Enggak punya hubungan apa-apa, tapi langsung bisa dapet restu dari calon mertua.“

“Harusnya lo tuh bersyukur, tauk,” ucap Nelly lagi. “Kapan lagi coba elo bisa dapet camer yang baik kayak Bu Tia. Konglomerat lain belum tentu lho mau se-welcome itu sama cewek yang udah disodorin sama anaknya.”

“Masalahnya, gue kan enggak suka sama Pak Pram,” balas Meli dengan suara pelan. Yang kontan saja membuat keningnya Nelly jadi berkerut dengan sangat dalam.

“Enggak suka kenapa?” Nelly langsung bertanya dengan nada heran.

“Ya... enggak suka aja.”

Jawaban itu sontak saja membuat Nelly jadi langsung berdecak. Tetapi, Nelly ingat, apa pun yang disukai oleh kebanyakan orang, memang masih memiliki kemungkinan untuk tidak disukai oleh beberapa orang lainnya.

“Kan masih bisa dicoba. Lagian ya ... menurut gue, Pak Pram itu bukan tipe orang yang susah buat disukai, Mel. Pak Pram lho ini,” tegas Nelly. “Lo pasti bakalan suka dan jatuh cinta sama dia. Yakin deh gue.“

Melisa yang mendengarnya, hanya mampu meringis kecil, lalu mulai menggigit lidah. Supaya ia tidak mengatakan tentang sesuatu yang bukan urusannya. Karena Nelly tidak tahu saja kalau celetukannya serta bercandaannya dengan Gita tentang sosok Pram dan juga Ayuna memanglah sebuah kenyataan. Karena Pram dan Ayuna memang memiliki hubungan lebih dari sekadar adik dan kakak tiri yang selama ini mereka perlihatkan.

Namun, Melisa tidak bisa membeberkan tentang fakta itu kepada Nelly dan Gita. Karena selain ia tidak memiliki bukti yang kuat, sesungguhnya ia juga merasa tidak enak.

***

Rencananya weekend ini Melisa akan mampir ke rumahnya Tia untuk mengembalikan tupperware. Karena ia juga sudah mengetahui di mana alamat rumahnya Tia berkat bantuan dari Nelly. Lantaran ia membutuhkan alamat yang pasti sebelum benar-benar beranjak pergi. Apa lagi setahu Meli, rumahnya Tia juga ada tiga di Jakarta. Pertama, rumah orang tuanya. Kedua, rumah bersama mendiang suaminya—yaitu ayah kandungnya Pram dan juga Lala. Lalu, yang terakhir, adalah rumah lamanya Hilman.

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang