PART 34

8K 749 10
                                    

“Eh, ada Meli.”

Melisa yang sedang berdiri di depan mesin foto copy, tampak tersenyum formal dan mengangguk. Ia lantas mulai memencet beberapa tombol yang ada di mesin itu. Tetapi, ia tidak menduga kalau pria yang baru saja menyapanya itu malah ikut berdiri di dekat sana dan memerhatikan dirinya dengan pandangan yang berbeda.

Jujur saja, Melisa jadi merasa kurang nyaman dan ingin cepat-cepat mengambil hasil foto copy-annya yang saat ini masih diproses dan belum selesai.

“Mau dong pake jasa gf rent dari lo,” ucap pria itu dengan santai, tapi mampu membuat Melisa jadi menoleh terkejut ke arahnya.

“Kira-kira kalau gue berani bayar lima juta, service-nya bakalan semantep apa?”

Kedua bola matanya Melisa langsung membesar. Entah kenapa, ia merasa dilecehkan hanya karena kalimat dari pria itu barusan. Tetapi, ia mencoba untuk tetap tenang. “Saya enggak buka jasa begituan, Mas. Mas-nya salah orang.”

Melisa segera meraih hasil foto copy-an miliknya, bahkan tidak memeriksanya lagi. Karena ia ingin cepat-cepat pergi.

Namun, ternyata pria itu tetap mengikuti langkah kakinya yang mulai menjauh dari mesin foto copy.

“Masa sih, Mel? Tapi, dari yang saya denger, kamu emang buka jasa gf rent kok.“

Kali ini Melisa tidak memberikan tanggapan apa pun. Lagi pula, dari mana pria itu bisa mengetahui tentang jasa gf rent yang baru saja dia singgung?

Seingat Melisa, ia tidak pernah mempromosikan apa pun. Tetapi, kenapa pria itu bisa tahu? Lalu tiba-tiba merendahkan dirinya dengan seperti itu.

“Atau ... jangan-jangan target kamu memang bukan orang-orang kayak saya? Tapi, yang sekelas Pak Pram aja, makanya kamu nolak.”

Melisa tetap berjalan dan sama sekali tidak mencoba untuk menggubrisnya. Meski saat ini hatinya sudah teramat sangat panas, dan ia ingin sekali memberi pria itu pelajaran. Seperti ... sebuah tamparan keras, atau ... tendangan di daerah selangkangan.

“Emangnya berapa sih bayaran dari dia?” tanya pria itu dengan nada mencemoohnya. Sedangkan Melisa tetap diam, dan terus berjalan.

”Terus seenak apa permainannya sampe-sampe kamu berani buat nolak saya? Saya juga jago lho ... di ranjang.”

Melisa langsung bergidik begitu mendengarnya.

“Saya yakin nanti kamu juga bakal langsung ketagihan. Kalau soal bayaran ... itu mah gampang. Tinggal kamunya aj—”

Melisa yang tadinya berjalan terburu-buru dengan gelagat takut, serta hampir menangis karena mendengar semua kalimat secabul itu, tampak segera menoleh begitu ia mendengar bunyi pukulan dari arah punggung.

“Kurang ajar! Berani kamu ngomong kayak begitu?!“

Melisa melihat Pram yang sedang mencengkeram kerah kemeja karyawan pria yang sejak tadi merendahkan dirinya. Sedangkan pria yang kemejanya sedang dicengkeram oleh Pram sekarang, tampak memegangi pipi kirinya dengan sudut bibir yang sudah sedikit berdarah.

“Maaf, Pak. Saya—”

“Saya enggak butuh permintaan maaf dari kamu!”

Melisa kontan terpekik saat Pram menghajar pria itu lagi. Ia lantas berlari dengan tubuh yang sedikit bergetar untuk mendekati kedua pria itu. Tetapi, ia bingung untuk melakukan sesuatu. Sehingga yang keluar dari bibirnya pun hanya kalimat tidak berguna, berupa, “Pak! Bapak ....”

Melisa benar-benar kebingungan, sedangkan Pram malah mulai menggila. Untung saja ada karyawan lain yang mendengar keributan mereka dan muncul di sekitar sana. Awalnya pria itu tidak berani untuk memisahkan mereka berdua, karena pria itu langsung mengenali sosok Pram. Tetapi, Melisa segera meninggikan nada suaranya, dan menyuruh pria itu untuk segera memisahkan mereka, atau pria yang sedang dipukul itu akan mati di tangannya Pram.

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang