PART 07

11.4K 829 14
                                    

PART 07

Seharusnya pagi ini Melisa sudah berada di terminal—atau setidaknya sudah on the way ke sana—untuk pulang ke rumah ibunya sekaligus mengantarkan Keira kembali ke rumah mereka. Hanya saja, hal itu harus ditunda karena Keira tiba-tiba saja menghilang dan entah kabur ke mana. Padahal Melisa hanya membiarkan anak itu untuk pamit pergi membeli sarapan, serta menyetujui ucapannya Keira yang katanya nanti akan menunggu dirinya di depan. Tetapi, begitu Melisa sudah selesai bersiap-siap sekaligus mengunci pintu kamarnya, sosok Keira tak kunjung muncul di depan indekos milik Dahlia. Bahkan nomor ponsel gadis itu pun kembali tidak aktif dan Melisa tidak tahu harus mencari adiknya ke mana.

“Mungkin dia beli sarapan di warung buburnya Pak Jajang. Kalau jalan kaki ke sana kan emang lumayan lama,” ucap Dahlia yang sesungguhnya membuat Melisa merasa ragu. Karena ia tahu kalau Keira sama sekali tidak suka makan bubur.

Namun, pada akhirnya Melisa tetap pergi menyusul adiknya ke warung bubur yang dimaksud. Karena ia berpikir kalau tidak ada salahnya untuk mencoba terlebih dahulu. Siapa tahu memang benar kalau adiknya ada di tempat itu. Dan ternyata nihil. Sosok Keira tidak ada di sana. Bahkan mampir pun tidak. Karena Melisa sempat menunjukkan foto adiknya kepada si pemilik warung serta kepada kedua pegawai di warung itu, dan tidak ada satu pun dari mereka yang melihat batang hidungnya Keira.

Lalu, saat Melisa sudah akan pergi dari tempat itu, ia malah mendapatkan sebuah panggilan masuk dari Dahlia—si ibu kos.

Melisa lantas mengangkat panggilan itu, siapa tahu kalau sosok Keira sudah kembali lagi ke indekos.

“Kamu di mana, Mel?”

“Masih di warung Pak Jajang, Tan. Kenapa? Apa Keira udah balik ke kos-an?” tanya Melisa dengan penuh harap.

“Enggak, tapi barusan Silvi bilang kalau dia tadi sempet liat Keira buru-buru naik ojek di deket halte depan.”

Silvi adalah salah satu penghuni indekosnya Dahlia, dan sudah pasti kalau Silvi tidak mungkin salah melihat. Karena Silvi juga sudah sempat berkenalan dengan Keira saat anak itu bisa keluar-masuk dengan bebas dari area indekos tempat tinggal mereka.

Jadi, sekarang Melisa sudah bisa menyimpulkan kalau Keira memang sengaja kabur dan tidak ingin diajak pulang. Bukan karena diculik orang seperti apa yang sempat ia takutkan saat dirinya berjalan menuju ke arah warung buburnya Pak Jajang.

Melisa lantas kembali masuk ke warung buburnya Pak Jajang dan memesan satu porsi bubur untuk dimakan di sana.

Selanjutnya, Melisa mulai mengambil tempat duduk sekaligus men-dial nomor ponsel ibunya. Karena ia harus mengabari ibunya terlebih dahulu untuk memberitahu tentang Keira yang sengaja kabur.

***

Walaupun Melisa tidak jadi mengantarkan adiknya untuk pulang ke rumah, tapi ia tetap berangkat ke sana begitu selesai mengisi perutnya dengan semangkuk bubur ayam Pak Jajang.

Untungnya ia tidak ketinggalan kereta, karena ia memang sengaja mengambil jam keberangkatan yang agak siangan. Supaya dirinya bisa pergi dengan santai dan tidak perlu terburu-buru yang akan menyebabkan dirinya jadi kehabisan tenaga.

Menurut Melisa, lebih baik menunggu agak lama di terminal ketimbang harus berlari terburu-buru demi mengejar kereta yang sudah siap untuk berangkat.

Dan berhubung tadi ia sempat membuang-buang waktu di sekitaran indekosnya hanya demi mencari sosok Keira, jadi Melisa pun sampai di terminal sekitar lima menit sebelum keretanya berangkat.

Melisa lantas duduk dan mulai merogoh earphone dari dalam tasnya. Karena ia ingin menikmati perjalanan ini dengan tenang sambil memutar playlist kesukaannya.

Butuh waktu beberapa jam sebelum kereta yang ditumpanginya benar-benar sampai di tempat tujuan. Hingga akhirnya Melisa pun turun dan segera mencari ojek untuk mengangarnya pulang.

Begitu sampai di rumah ibunya, ibunya pun langsung menyambut dirinya. Memeluk tubuhnya serta menyuruhnya untuk segera duduk di balik meja makan. Dan Melisa benar-benar merindukan masakan rumahan yang sering dimasak oleh ibunya. Meski menu yang terhidang di atas meja saat ini hanyalah berupa menu makanan sederhana—khas ibu-ibu rumah tangga.

Lupakan dulu tentang Keira beserta utang anak itu yang jumlahnya cukup di luar nalar. Bukan karena Melisa tidak peduli kepada adiknya, tapi masalah yang satu itu memang harus dibahas saat dirinya sudah jauh lebih santai. Apa lagi ia juga baru sampai setelah duduk di dalam kereta selama beberapa jam. Selain itu, Melisa juga ingin melepas rindu terlebih dahulu bersama ibunya yang ternyata sudah semakin menua. Lantaran kerutan di wajah ibunya sudah mulai bertambah, bahkan rambut putihnya pun terlihat semakin banyak dari terakhir kali Melisa pulang ke rumah. Meski begitu, tubuh ibunya itu masih terlihat gagah dan sehat bugar.

Melisa dan ibunya sempat saling bertukar kabar sebentar, tapi Melisa sama sekali tidak menyinggung tentang dirinya yang sempat terjebak di dalam sebuah kamar hotel bersama bosnya. Lagi pula tidak terjadi apa-apa di antara mereka, dan Melisa tidak ingin menambah beban pikiran untuk ibunya. Cukup Keira saja yang berbuat demikian, dan tidak perlu diperparah dengan masalahnya yang tidak seberapa. Meski ia masih merasa khawatir kalau Ayuna akan berbuat sesuatu yang dapat mencemarkan nama baiknya di kantor tempat ia bekerja, seperti menyebar fitnah kalau dirinya adalah simpanannya Pram ataupun semacamnya sebagai bentuk balas dendam yang sesungguhnya hanya berawal dari sebuah kesalahpahaman semata.

“Aku kangen banget sama sambel bawang buatan Ibu,” ucap Melisa dengan sedikit mendayu sambil menerima sepiring nasi dari tangan ibunya.

Syahila lantas tersenyum sembari mengamati Melisa yang mulai sibuk mengambil lauk di atas meja. “Makanya kamu tuh belajar masak, kan udah sering Ibu ajarin gimana cara bikin sambelnya.”

“Gak ah, males. Nanti aja kapan-kapan, kalau aku ada waktu.” Melisa tampak menyengir sebelum membaca doa makan ala kadarnya dan langsung menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Well, sesungguhnya Melisa sudah pernah mencoba membuat sambal bawang persis seperti yang sering dilakukan oleh ibunya di rumah. Tetapi, percobaannya itu selalu saja gagal. Sehingga ia pun jadi malas untuk kembali mencoba, lalu membiarkan Dahlia yang memperbaiki rasa sambal bawang yang dibuat olehnya di indekos mereka.

Namun, Melisa tidak pernah menceritakan tentang hal itu kepada ibunya. Karena ia tahu kalau ibunya itu pasti sibuk mengurusi Keira yang sering membuat masalah. Lagi pula dari pada ia menelepon ibunya untuk menceritakan tentang hal sepele seperti dirinya yang sedang gagal membuat sambal, Melisa lebih senang menelepon ataupun mengirim pesan supaya ibunya itu tidak lupa untuk beristirahat serta memastikan kalau keadaannya ibunya itu baik-baik saja. Karena Melisa yakin kalau bukan dirinya yang cukup rewel tentang kesehatan ibunya, maka tidak ada orang lain yang akan bersikap demikian.

Jangan berharap banyak kepada Keira. Karena meskipun gadis itu tinggal serumah dengan ibu mereka, tapi Melisa tahu kalau adiknya itu sangat jarang berada di rumah. Bahkan Keira juga cukup sering menginap di rumah temannya. Entah temannya yang mana, hingga Melisa sendiri pun sering merasa ikut khawatir—takut anak itu sampai kenapa-napa, lalu kembali membuat susah ibu mereka.

*****

Jangan lupa vote, komen, & share ya! Makasiiii^^

Minggu, 22 Januari 2022

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang