PART 44

9.4K 701 17
                                    

Selamat pagi menjelang siang, jangan lupa follow akunku di KaryaKarsa ya! Makasih sebelumnya 😇

PART 44

Pagi itu Melisa sudah terlihat segar dengan baju kaus kebesaran serta celana pendeknya yang memang sudah ada di dalam lemarinya Pram. Karena ia sudah sempat menyimpan beberapa baju gantinya di dalam lemari pakaian milik pria itu semenjak dirinya mulai cukup sering menginap. Namun, pagi ini ia sengaja memakai baju kaus milik pria itu karena kaus itu terasa sangat nyaman.

Melisa lantas menghampiri Pram yang sedang membuatkan menu sarapan untuk mereka berdua. Pria itu memang cukup pandai dalam hal memasak, tidak seperti dirinya yang kalau gagal membuat sesuatu pasti akan langsung merasa malas untuk mengulanginya. Apa lagi ia adalah anak kos, sayang rasanya kalau memasak dan berakhir gagal. Karena hal itu hanya akan membuat bahan makanannya menjadi sia-sia. Meski biasanya kalau ia mencoba memasak di kos-an, lalu masakan itu terasa aneh atau kurang sesuatu, ia akan langsung meminta tolong kepada Dahlia.

Well, intinya Pram bisa memasak, sedangkan Melisa tidak. Sekarang Melisa mengerti kenapa dulu Pram sempat berkata kalau dirinya pasti akan beruntung jika mendapatkan pria itu. Karena Pram benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik, dan tidak pernah memaksanya untuk melakukan apa pun. Walau di beberapa kesempatan ia akan sangat mudah terpengaruh oleh segala bujuk rayu ataupun kalimat persuasif yang pernah dikatakan oleh pria itu.

Pram yang saat itu menyadari keberadaan Melisa di dapur apartemennya, tampak menoleh dan tersenyum sebelum menyapa. “Hai, kok udah bangun?“

“Soalnya saya tahu kalau Bapak pasti udah sibuk di dapur,” balas Melisa yang kini sudah duduk di salah satu kursi tinggi yang ada di hadapan kitchen island.

Terdengar suara tawa dari Pram yang saat itu sudah kembali sibuk mengaduk nasi gorengnya, dan sedang memunggungi tempatnya Melisa.

“Udah hafal banget kayaknya, sama kebiasaan saya.” Pram terlihat menyerongkan tubuhnya, menatap ke arah Melisa yang sedang duduk bersama setengah gelas air putih di hadapan perempuan itu. “Jadi, kapan, Mel? Kamu siap saya nikahi, hmm?”

“Bapak bahasnya nikah mulu.“ Melisa tampak tertawa garing, dan mulai memutar otak agar segera bisa mencari topik lain selain topik pernikahan yang baru saja disinggung oleh Pram saat itu.

“Lho? Kan saya serius sama kamu,” ucap Pram sembari mengangkat wajan bergagang berisi nasi gorengnya dari atas kompor, sedangkan tangannya yang satu lagi tampak meraih sebuah kain. Karena ia akan menaruh wajan panas itu ke atas kitchen island, dan menjadikan kain itu sebagai alasnya.

Melisa hanya diam saja, lalu kembali meminum air putihnya yang masih tersisa di dalam gelas.

“Orang pacaran tuh enggak mungkin stuck di tempat mulu, pasti ada kemajuan kalau memang serius.“ Pram tampak meraih 2 buah piring dari dalam kabinet yang ada di bawah kitchen island, dan turut meletakkan ke atas—di dekat wajan berisi nasi gorengnya yang masih terlihat panas. “Atau jangan-jangan ....“

“Apa?“ Melisa langsung menyambar dengan cepat. “Bapak mau nuduh saya yang enggak serius?” tanyanya dengan tawa kecil yang ikut meluncur.

“Ya, siapa tahu.”

“Tapi saya serius kok,” balas Melisa yang kini sudah terlihat agak panik. Karena dia takut kalau Pram merasa jika dirinya tidak serius dengan hubungan yang sedang mereka jalani. “Bapak jangan mikir yang aneh-aneh deh.“

“Gimana gak mikir aneh kalau kamu bilangnya belum siap terus?“ tanya Pram yang hampir saja mendengkus, tapi ia tahan agar dirinya tidak melakukan hal itu. “Padahal kamu tahu kalau saya beneran serius, dan udah siap buat melangkah ke arah situ, tapi saya maunya cuma sama kamu.“

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang