PART 14

9.1K 850 16
                                    

Guys, jangan lupa kasih vote di part 07 cerita ini ya 🙏
Soalnya waktu itu aku sempet double up, dan kayaknya kalian lupa kasih vote buat part 07 nya. Atau mungkin part 07 nya kelewat

Btw, semalem cerita ini udah mencapai 1k viewers! 🥳 terima kasih buat yang udah mau baca dan mampir ke lapak ini 🙏 meskipun viewersnya masih 1k, tapi aku berharap semoga kalian mau baca cerita ini sampe tamat^^

.
.
.

***

Ayuna terus saja menatap ke arah Melisa layaknya seekor predator yang sedang memerhatikan gerak-gerik mangsanya. Karena baru tadi siang gadis itu mengatakan kalau dirinya hanya salah paham.

Namun, lihatlah sekarang. Gadis itu terus saja digandeng oleh Pram ke mana-mana. Bahkan Pram juga sudah memperkenalkan gadis itu kepada orang tua mereka. Memang bukan sebagai pasangan, karena Pram hanya mengatakan kalau mereka sedang dekat. Tetapi, saat ibu dari pria itu bertanya kapan keduanya akan meresmikan hubungan, Pram hanya mengatakan kata secepatnya. Atau ‘doain aja’ saat ada orang lain yang juga menanyakan tentang hal yang sama.

Jadi, tidak salah kan kalau Ayuna menyimpulkan jika Melisa memanglah seorang pembual? Lalu kejadian di hotel waktu itu bukanlah sebuah kesalahpahaman semata—seperti yang sempat dikatakan oleh Melisa di kantornya Pram tadi siang.

Dan sekarang, Ayuna juga mengerti kenapa tadi siang Pram menolak ajakan dinner dari dirinya. Pasti karena ini. Karena pria itu ingin memperkenalkan Melisa kepada orang tua mereka sekaligus menunjukkan keberadaan gadis itu kepada semua orang.

“Kalau dilihat-lihat, mereka itu serasi juga ya?” Sebelah tangannya Satria yang sedang memegang segelas minuman, tampak memberi kode kalau orang yang dimaksudnya itu adalah Pram dan juga Melisa.

Ayuna lantas menolehkan kepalanya ke arah suaminya. “Siapa?”

“Itu ... si Pram.“ Satria menunjuk ke arah Pram menggunakan ujung dagunya.

Ayuna nyaris saja berdecih begitu mendengarnya. Tetapi, ia tetap tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya sebelum berkata, “Oh... iya.”

***

“Pak, Bapak sadar gak sih kalau dari tadi Bu Ayuna ngeliatin saya mulu? Serem tahu ....” Melisa semakin merapatkan tubuhnya ke arah Pram, karena sejak tadi sebelah tangannya memang terus dibiarkan merangkul tangan kiri pria itu selayaknya seorang pasangan. Meski kenyataannya ia takut kalau dirinya akan ditinggal sendirian. Karena ia benar-benar merasa asing dengan tempat ini dan hanya bisa mengandalkan sosok Pram. Untungnya, bosnya itu sama sekali tidak terlihat keberatan. Malah sebaliknya, pria itu sepertinya sengaja membawanya ke mana-mana seolah-olah mereka berdua adalah pasangan yang tak terpisahkan.

Pram lantas sedikit menundukkan kepalanya dan balas berbisik ke arah Melisa. “Gak usah kegeeran deh, itu cuma perasaan kamu aja.“

“Masa saya kegeeran sama cewek sih, Pak?” omel Melisa dengan suara pelan, dan tanpa sadar ia juga sudah melirik ke arah Pram dengan pandangan sebal. Ia tidak mungkin salah mengira, karena ia yakin kalau tatapan tajamnya Ayuna memang terus saja mengarah ke arah dirinya. Hingga ia pun merasa sedikit merinding, dan tidak nyaman. “Kalau nanti saya beneran diapa-apain sama Bu Ayuna, pokoknya Bapak harus tanggung jawab.

“Seenggaknya Bapak harus kasih kompensasi ke saya,” sambung Melisa. Tetapi, sedetik kemudian, ia pun teringat akan satu hal. “Ngomong-ngomong, nanti saya bakalan dapet bonus gak nih, Pak?“ tanyanya sembari tertawa kecil—sedikit menggoda Pram sekaligus membayangkan bonus yang akan diberikan oleh pria itu nanti. “Kan saya udah dibawa ke sini, terus dikenalin juga ke orang-orang. Udah cocok banget jadi gf rent material.”

“Enggak.” Pram menjawab dengan singkat, yang membuat raut wajah Melisa jadi berubah seketika. “Kan ini hukuman karena kamu udah ngomong yang macem-macem sama Ayuna.”

Melisa langsung mencibir pelan begitu mendengarnya. “Tahu gitu mending saya jadi gf rent aja dari awal.“

Pram hanya tersenyum mengejek ke arah Melisa.

“Salah sendiri kenapa waktu itu kamu malah nolak,” ucap Pram yang semakin membuat Melisa merasa dongkol, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Namun, kalau dipikir-pikir oleh Melisa, sepertinya ini bukan salah dirinya sepenuhnya. Tetapi, memang dasar Pram saja yang terlalu licik dan terlalu pintar memanfaatkan keadaan.

***

Meskipun malam ini Melisa tidak berhasil mendapatkan bonus apa-apa, tapi setidaknya ia bisa pulang ke kos-an dalam keadaan perut kenyang. Karena saat di acara anniversary pernikahan tantenya Pram tadi Melisa sempat ikut menikmati beberapa hidangan yang tersedia, dan harus ia akui kalau makanan di sana memang terasa enak-enak semua. Bahkan ibunya Pram dan tantenya juga bersikap sangat ramah.

Well, satu-satunya hal yang membuat dirinya merasa kurang nyaman selama berada di sana adalah keberadaannya Ayuna. Karena wanita itu terus saja menatap ke arah dirinya, hingga ia pun jadi merasa tidak enak dan terus mengalihkan pandangannya ke mana saja—asal tidak memandang ke arah wanita itu, apa lagi sampai bertatapan dengan dirinya.

Melisa lantas berjalan masuk ke dalam kamar kosnya sembari menenteng paper bag berisi pakaian kerja serta ponsel miliknya.

Begitu sudah berada di dalam, ia pun langsung men-charger ponselnya di atas meja. Karena baterai ponselnya itu sudah tersisa sebanyak 19% saja.

Setelah itu, Melisa pun mulai menuangkan air ke dalam gelas. Ia meneguk air itu sebentar, dan segera menutup gorden jendela kamarnya yang masih terbuka.

Selanjutnya, Melisa pun memilih untuk duduk di ujung ranjang dan mulai memerhatikan dress yang saat ini masih melekat di tubuhnya. Sepertinya besok pagi ia harus segera mencuci dress ini agar bisa secepatnya ia kembalikan kepada Dinda.

Namun, sebelum itu, Melisa ingin sekali mengabadikan dirinya dalam balutan dress cantik serta sisa make up yang masih menghiasi wajahnya saat ini. Sehingga ia pun beranjak lagi, kali ini ia beranjak untuk mencabut charger-an dari ponselnya tadi. Hanya saja, saat layar ponselnya sudah menyala, ia malah dikejutkan dengan sejumlah uang yang telah masuk ke rekeningnya.

Kontan saja hal itu membuat Melisa jadi terperangah, bahkan nyaris tak percaya. Karena uang yang masuk ke rekeningnya itu berjumlah 10 juta rupiah.

Selain itu, ia juga melihat ada satu bubble chat dari kontaknya Pram yang turut menghiasi notifikasi di layar ponselnya.

PAK BOSS PRAM | cek rekening kamu sekarang

Melisa kira Pram adalah bos yang pelit dan hanya ingin memanfaatkan dirinya saja, tapi ternyata pria itu tetap memberikan bonus untuk dirinya meski saat di pesta tadi pria itu sempat mengatakan kata tidak.

Senyum lebar pun langsung menghiasi wajahnya Melisa saat ia membuka ruang obrolannya dengan Pram, lalu mengetikkan balasan berupa kalimat terima kasih serta sedikit pujian.

Thanks, Pak 🙏
Bapak memang yg terbaik

Karena dengan uang itu, ia jadi bisa kembali mencicil utangnya kepada Hanifah tanpa harus menunggu sampai tanggal gajiannya tiba.

Padahal, kalau ia tidak memiliki utang, uang ini pasti hanya akan disimpannya sebagai uang tabungan.

Dan sekarang, Melisa jadi mendadak muram. Karena uang yang diberikan oleh Pram saat itu hanya mampir sebentar saja di rekeningnya. Lantaran ia langsung menghubungi Hanifah serta mentransfer uang 10 juta itu kepadanya.

*****

Senin, 30 Januari 2023

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang