PART 26

7.7K 728 24
                                    

Met malem minggu 👀

.
.
.

“Langgeng ya ... kamu, sama Pram,” sindir Ayuna setelah ia yakin kalau tidak ada orang lain yang akan mendengar percakapan mereka berdua. Karena sosok ibu tirinya tadi sudah benar-benar masuk ke arah dapur dan tidak lagi terlihat.

Sedangkan Melisa yang sejak tadi memang sudah merasa gugup, kini tambah gugup lagi setelah mendengar kalimat bernada sindiran dari Ayuna. “Anu ... Bu ... saya—”

“Apa lagi sih, Mel?” Ayuna yang terlihat geram, langsung memotong ucapannya Melisa dengan semena-mena. “Mau ngeles apa lagi kamu?” serbunya tanpa ampun. “Lagian, udah jelas, ‘kan? Kamu memang punya hubungan sama Pram.”

Ayuna tampak mendengkus kesal saat menyebutkan nama pria itu barusan. Karena ia masih merasa tidak terima dengan apa yang telah terjadi di dalam hidupnya. Tiba-tiba saja Pram menyuruhnya untuk menjauh dan mengakhiri hubungan mereka. Padahal Ayuna merasa kalau hubungan mereka masih baik-baik saja. Ia bahkan masih bisa memaafkan kalau seandainya Pram meminta maaf dan mengatakan kalau kejadian di hotel bersama Melisa waktu itu hanyalah sebuah kesalahan—seperti yang sempat dikatakan oleh Melisa. Kalau ia hanya salah paham.

Namun, tidak. Pram malah semakin menyuruhnya untuk menjauh dan benar-benar menyudahi hubungan mereka. Hingga ia pun jadi merasa putus asa, lalu berlari ke pelukan suaminya. Ia bahkan sengaja mengajak Satria untuk pergi honeymoon secara mendadak, dengan harapan kalau ia bisa melupakan ini semua, sekaligus untuk sedikit menjernihkan pikiran. Hanya saja, saat ia pulang dan sengaja langsung mampir ke rumah ayahnya, ia malah bertemu dengan Melisa. Mood-nya jadi memburuk seketika.

“For your information, Mel. Pram enggak pernah bawa cewek ke sini. Tahu-tahu kamu malah main ke sini,” desis Ayuna yang benar-benar merasa marah dengan fakta ini. Dan Ayuna juga yakin, kalau sejak awal si pembohong satu ini memang memiliki hubungan spesial dengan Pram. Hingga pria itu pun berpaling darinya, serta membuat pria itu jadi semakin yakin untuk mengakhiri segalanya.

“Tapi, Bu, saya ke sini bukan karena Pak Pram.” Melisa berusaha untuk memberikan sedikit pembelaan. “Tapi karena saya mau balikin tupperware punya Tante Tia.”

“Halah. Kamu pikir saya enggak tahu? Sebelum saya pergi honeymoon, saya udah tahu kalau ibu tiri saya memang mau ngundang kamu buat acara makan malem.“

Sebelum Melisa sempat membantah ucapannya Ayuna saat itu, pandangan matanya sudah lebih dulu menangkap sosok Tia yang kembali muncul.

Tia kembali berjalan ke arah ruang tengah sambil membawa baki di kedua tangannya.

Ayuna lantas berdeham samar. Sedangkan Melisa sudah mengusap wajahnya yang terasa sangat kusut akibat pembicaraan mereka barusan.

Semoga saja Tia tidak menyadari ketegangan yang sempat terjadi di sana.

“Ayo, Mel. Diminum.“ Tia tampak menghidangkan es buah yang terlihat sangat segar, serta beberapa toples makanan ringan, juga beberapa potong bolu pandan dan red velvet cake yang tadi diberikan oleh Melisa. “Tadi Tante buat sendiri lho, es buahnya. Kamu harus coba.“

Setelah itu, Tia juga turut menawari Ayuna. Karena wanita itu memang menyiapkan kudapan untuk mereka bertiga.

“Oh iya, kamu juga harus cobain red velvet cake dari Melisa. Rasanya enak. Mama suka.” Tia yang sudah ikut duduk di atas sofa, tampak meraih piring datar berisi bolu pandan serta red velvet cake yang dimaksud olehnya. Lalu ia pun segera menyodorkan piring itu ke hadapannya Ayuna, yang membuat Ayuna langsung mengambil sepotong red velvet cake di sana dan mulai mencicipi rasanya.

Sementara itu, Melisa yang menyimak sembari menyantap potongan buah di dalam gelas es miliknya, tampak mengamati raut wajahnya Ayuna sebelum berhenti mengunyah saat wanita itu mengatakan kata, “Ya, lumayan enak, Ma. Tapi, menurutku, masih enakan bikinannya Tante Elea.”

Elea adalah tantenya Ayuna yang memiliki toko roti di salah satu mall terbesar yang ada di Jakarta.

“Tapi menurut Mama, ini juga udah pas kok, Yun, rasanya. Kapan-kapan Mama mau deh mampir ke tokonya,” ucap Tia sembari mengunyah red velvet cake pemberian Melisa dan menaruh kembali piring itu ke atas meja.

“Nanti kalau ada waktu, kamu mau kan, Mel? Temenin Tante,” pinta Tia sembari menyentuh lengannya Melisa. Karena saat ini keduanya memang sedang duduk bersebelahan di atas sofa panjang, sedangkan Ayuna duduk sendirian di sofa tunggal.

“Eh? Iya, Tante.” Melisa tampak mengangguk ragu sambil tersenyum kikuk.

Namun, beberapa detik setelah itu, ia pun langsung menyesali jawabannya saat itu. Karena itu artinya ... ia akan lebih sering bersinggungan dengan Tante Tia, yang kemungkinan besar akan membuat mereka jadi semakin dekat.

Melisa takut kalau Tia akan semakin berharap. Padahal ia dan Pram sama sekali tidak memiliki hubungan spesial.

“Oh iya, Mel. Kok kamu ke sininya tadi malah naik ojek sih? Kenapa enggak minta anterin Pram aja ke sini?” tanya Tia kepada Melisa. Karena ia baru teringat, kenapa bukan Pram saja mengantar Melisa.

Pertanyaan itu kontan saja membuat Melisa jadi merasa kebingungan. Karena ia tidak tahu harus menjawab apa. Apa lagi dirinya juga sangat jarang menghubungi kontaknya Pram, kecuali kalau memang ada hal penting yang perlu dibahas.

Untungnya, Tia tidak terlalu fokus pada pertanyaannya. Karena saat ini wanita itu sedang berdecak, lalu mulai mengomel dengan suara pelan. “Anak itu ... pasti susah dihubungin, ‘kan? Biasanya kalau hari minggu begini, dia memang susah banget buat dihubungin.

“Mana Tante lupa lagi, enggak sempet buat ngecek ke apartemen.“

“Biasanya malem sabtu, atau malem minggu, Pram masih sering pergi ke club, Ma.” Ayuna kembali membuka suara.

“Iya?” Tia menoleh kaget ke arah Ayuna. “Padahal katanya udah enggak.”

“Masih kok,” balas Ayuna yang sepertinya sangat tahu. “Aku sering lihat dia di IG story anak-anak kantor.”

Anak-anak kantor yang dimaksud Ayuna tentu saja sekelas GM seperti Jeandra, atau sekretaris dan beberapa manager lainnya.

“Mungkin Meli ... pernah ikut,” timpal Ayuna sembari memandang ke arah Melisa, yang kontan saja membuat Tia jadi ikut memandang ke arah gadis itu sekarang.

“Iya, Mel?” tanya Tia, yang membuat Melisa jadi semakin merasa kebingungan untuk bersuara. Malahan, seingat Melisa, ia tidak pernah ikut dengan Pram untuk pergi ke club malam. Kalaupun mereka pernah bertemu di sana, itu pun pasti karena tidak sengaja. Bukan karena dirinya yang sengaja ikut pergi bersama Pram.

“Tapi, kalau perginya sama kamu sih, Tante enggak masalah.“ Tia segera menambahkan. “Asal jangan sama cewek sembarangan, bisa bahaya.”

“Lho? Justru karena Pram pergi bareng pacarnya, Ma. Itu juga yang bikin bahaya. Habis minum sampe mabuk, mereka bisa berbuat seenaknya.” Ayuna mulai mengompori ibu tirinya. “Ah iya, aku udah pernah cerita belum ya?” tanyanya sambil menampilkan raut wajah polos pura-pura lupa.

“Cerita apa?” Tia yang merasa penasaran, langsung menimpali ucapannya Ayuna barusan dengan sangat cepat. Sedangkan Melisa, perempuan itu sudah merasa deg-degan di atas tempat duduknya sekarang. Karena perasaannya mendadak jadi tidak enak.

Saat itu Ayuna sempat mengerling sekilas ke arah Melisa. Tetapi, sepertinya tidak ada yang menyadarinya.

“Aku pernah mergoki Pram sama Meli di hotel, Ma. Malahan waktu itu mereka berdua lagi sekamar.”

Melisa langsung terkejut dan nyaris menjatuhkan gelas es di tangannya. Begitu pula dengan Tia, saking terkejutnya, wanita itu kontan memegangi bagian dadanya. “Hah?! Yang bener kamu, Yun?!”

Lalu, dengan santainya, Ayuna malah mengangguk. Untung saja Tia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Tetapi, wanita paruh baya itu segera mencari handphone, lalu menghubungi nomor teleponnya Pram yang sama sekali tidak tersambung. Karena saat ini hanya suara operator yang terus saja mengalun.

*****

Thanks for reading ✨

Sabtu, 11 Feb 2023

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang