PART 27

7.9K 752 5
                                    

“Aduh ...,“ Melisa tampak memejamkan matanya sekilas. “ ... kok jadi gini sih, Pak?“ tanyanya pada Pram yang sedang mengusap salah satu telinga. Karena pria itu baru saja selesai mendapat omelan serta jeweran dari ibunya.

“Saya yakin kalau Bu Ayu pasti sengaja,” ucap Melisa dengan nada menuduh yang sangat kentara.

“Memangnya tadi itu kalian lagi bahas apa?” tanya Pram pada Melisa. Karena saat ini keduanya sedang duduk berdampingan di bangku teras samping yang ada di rumahnya Tia.

“Tadi itu awalnya Bu Tia lagi ngomongin Bapak yang susah di hubungi kalau hari minggu, terus Bu Ayu bilang kalau Bapak masih sering ke club malam.” Melisa sengaja memelankan nada suaranya, supaya orang lain tidak bisa ikut mendengar. “Tapi tiba-tiba aja Bu Ayu malah nuduh saya kalau saya juga pernah ikut sama Bapak buat pergi ke sana, dan akhirnya Bu Ayu cerita kalau dia pernah mergoki kita lagi di kamar hotel berdua.”

“Tapi, ibu saya enggak nanya yang aneh-aneh, ‘kan?” tanya Pram yang hanya ingin memastikan. “Kayak ... kenapa Ayu bisa tahu? Atau kenapa Ayu bisa mergoki kita berdua di hotel waktu itu.“  

Melisa yang mendengarnya, langsung mendengkus kasar. “Kok Bapak malah khawatirin soal itu sih? Memangnya Bapak gak khawatir sama permintaannya Bu Tia yang nyuruh Bapak buat cepet-cepet nikahin saya?”

“Kenapa saya harus khawatir?“ Pram bertanya balik dengan keningnya yang sudah mengernyit. “Kan sejak di kamar hotel, saya udah bilang, kalau saya bakalan tanggung jawab.

“Pas saya nanya kamu mau nikah di mana, kamu malah marah-marah, terus ngambek dan minta pulang.”

“Ya itu karena saya enggak mau nikah sama Bapak,” ujar Melisa yang kini sudah benar-benar merasa cukup tertekan. “Lagian, kenapa sih Bu Ayu harus bilang begitu ke Bu Tia?”

“Kalau dia cemburu sama saya, karena saya udah deket-deket sama Bapak, harusnya enggak gini dong caranya.” Melisa mulai mengomel di tempat duduknya. “Gara-gara dia, Bu Tia jadi nyuruh kita buat nikah secepatnya.“

Setelah itu, Melisa pun sempat terdiam. Entah apa yang sedang dia pikirkan, tapi Pram hanya memerhatikannya saja dan sama sekali tidak memiliki niat untuk melakukan sesuatu sekarang—selain mengusap-usap sebelah telinganya yang terasa agak kebas.

Sampai saat ini Pram masih tidak menyangka kalau ibunya itu akan menjewer telinganya, seakan-akan dirinya adalah anak remaja.

“Apa nanti saya sasarin aja ya Bu Tia biar enggak perlu ketemu sama Ibu saya?“ tanya Melisa yang akhirnya bermonolog untuk menyusun sebuah rencana.

“Jangan coba-coba.“ Pram langsung memberikan peringatan kepada Melisa. Karena ibunya tadi memang sudah memiliki rencana untuk melamar Melisa secepatnya, dan ibunya juga meminta kepada perempuan itu agar segera memberikan alamat rumahnya.

Melisa lantas berdecak sekilas. “Memangnya kenapa sih, Pak? Kan yang mau ditemui sama Bu Tia itu ibu saya. Terus rumah yang mau Beliau datangi juga rumah saya. Kenapa saya enggak boleh bikin Bu Tia jadi kesasar?“

“Ya karena dia itu ibu saya,“ balas Pram dengan nada geram. Tetapi, Melisa benar-benar tidak peduli dengan ucapan pria itu barusan. Karena dia masih saja mengeyel dan berusaha untuk menyusun sebuah rencana, supaya ide lamaran serta pernikahan itu pun tidak jadi terlaksana.

“Kayaknya nanti saya mau kasih alamat palsu aja, biar saya enggak jadi dilamar.”

Pram kontan mendelik begitu mendengarnya. Tetapi, sedetik kemudian, ia pun langsung terlihat lebih santai.

“Silakan aja,“ ucap Pram kemudian. “Lagian, pihak HRD juga pasti nyimpen kan alamat lengkap orang tua kamu sekarang.”

Kini gantian Melisa yang mendelik ke arah Pram. Karena pria itu benar-benar tidak profesional, dan mulai menyalahgunakan kekuasaannya di kantor mereka.

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang