PART 46

8.7K 567 8
                                    

Nih, aku up lagi buat hari ini.

By the way, jangan lupa mampir ke cerita lama aku yang baru aku repost tadi pagi. Judulnya Because of You: Gladys 🙏

Happy reading!

.
.
.

PART 46

“Bapak sekarang jadi makin sering ya, buat telepon Ibu saya?“ tanya Melisa setelah meredupkan kembali layar ponselnya. Karena ia baru saja bertukar pesan dengan ibunya.

“Iya. Kenapa? Ibu cerita sama kamu ya?“ Pram yang sedang menyetir mobil menuju ke arah indekosnya Dahlia untuk mengantarkan Melisa pulang, tampak menolehkan kepalanya sekilas ke arah Melisa.

“He-em. Katanya, Bapak lebih sering nanyain kabar Ibu ketimbang saya,” sahut Melisa sembari meringis pelan. Padahal menurutnya ia sudah sangat sering menanyakan kabar sang ibu yang sudah beberapa bulan ini jadi tinggal sendirian di rumah. Bahkan jika dibandingkan dengan Keira, sepertinya jumlah pesan serta daftar panggilannya kepada sang ibu lebih banyak setiap harinya.

Pram tampak tersenyum geli, tapi juga meringis kecil. “Tapi, Mel, bisa gak kalau mulai sekarang kamu ubah panggilan kamu ke saya? Udah berapa kali kalimat kamu kedengeran ambigu di telinga saya. Kamu manggil Ibu kamu pake sebutan ‘Ibu’, terus kamu manggil saya pake sebutan ‘Bapak’, kadang-kadang kalau kamu lagi cerita kayak barusan, saya suka mikir ‘kok kesannya saya ini kayak pasangan Ibu kamu ya?’. Padahal kan enggak.”

Melisa langsung tertawa begitu mendengarnya, dan sesungguhnya Keira juga sudah pernah mengatakan tentang hal yang nyaris sama. Karena gadis itu heran kenapa ia malah tetap memanggil Pram dengan sebutan Bapak, bahkan saat sudah di luar kantor seperti sekarang.

“Ya, oke. Mulai sekarang bakalan saya ubah,” ucap Melisa dengan sisa tawa di bibirnya. “Meskipun saya udah nyaman banget buat manggil Bapak pake sebuatan yang lama.”

Pram langsung mencibir pelan. “Halah, alesan. Bilang aja kalau kamu memang enggak niat buat manggil saya pake sebutan ‘Mas’, kecuali kalau lagi ada maunya.“

Melisa kembali tertawa. “Bapak jangan suudzon gitu dong, ‘Bapak’ tuh panggilan sayang tahu.”

“Semua orang di kantor juga manggil saya pake sebutan Bapak, berarti panggilan sayang dari kamu enggak spesial.”

“Ya udah, ya udah,” ujar Melisa sembari memberikan tepukan di atas pahanya Pram. “Nanti saya panggil pake sebutan ‘Mas’.”

Melisa tampak sudah menjauhkan kembali telapak tangannya. “By the way, udah ada berapa orang yang manggil Bapak pake sebutan ‘Mas’?“

“Orang terdekat sih belum ada,” jawab Pram setelah berpikir sebentar. “Tapi kalau sales toko, kayaknya pernah.”

“Masa saya disamain sama sales toko sih, Pak?!“ tanya Melisa yang langsung menatap ke arah Pram dengan pandangan tidak terima.

“Enggak gitu, Mel, maksudnya.” Pram segera menarik sebelah tangan gadis itu yang saat ini sudah terlipat di depan dada, lalu menggenggamnya saat itu juga.

“Ya udah deh, terserah kamu aja mau manggil saya apa,” putus Pram pada akhirnya. “Tapi jangan ngambek sama saya.”

“Tapi saya udah ada niat mau ngambek sih sama Bapak.”

“Lho? Kenapa?” Pram langsung menoleh kaget ke arah Melisa. Kemudian mulai menghentikan laju mobilnya saat lampu merah.

Melisa tampak sudah kembali melipat kedua lengannya di depan dada sebelum mengatakan, “Udah berapa kali Bapak ketangkep basah sama Tante Tia pas lagi berbuat mesum di apartemen sebelum sama saya? Sampe-sampe Tante Tia udah hafal banget sama kebiasaannya Bapak.”

Trapped By You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang