2. Karena Ini

234 25 0
                                    

***

Aila dan Aika terlihat sedang menguping pembicaraan orang dewasa. Para tetua sedang berada dalam ruang kerja Almarhum suami Eyang. Entah apa yang dibicarakan, tapi hal tersebut mampu membuat kedua kembar itu menutup mulut tak menyangka.

Sementara di dalam sana, Om Aihan, Aidan, Aiman, dan Aibar sedang menghadap Eyang Ainun. Disisi lain ada Angkasa dan Abyasa, sementara di sisi lainnya ada Azura dalam dekapan tante Sarah, lalu ada tante Anggi, tante Biba, istri om Aiman alias ayah si Kembar. Dan terakhir ada tante Ratna, Ibu dari Aizat.
Aizat tidak hadir, lelaki itu sedang keluar bertemu teman lamanya. Pertemuan mendadak ini sebelumnya belum di bicarakan, sehingga ketika Eyang meminta diri untuk berkumpul, tanpa persiapan mereka berkumpul.

"Kenapa harus Angkasa Bu? Ada Aizat dan Abyasa juga, mereka sepupu Azura juga kan?" Tante Anggi bersuara tidak menerima, sebelumnya ia sudah tau Eyang akan membahas ini. Sehari setelah mereka datang, Tante Anggi, Om Aidan dan Angkasa di panggil Eyang untuk diberitahu rencana Eyang ini.

"Cuma Angkasa yang paling cock untuk Azura" Eyang berkata dengan tenang. Namun tante Anggi tetap tidak bisa menerima.

"Ibu nggak berubah fikiran bahkan setelah Angkasa membawa Anara kemari untuk memperkenalkannya pada Ibu, kan?" Tante Anggi mulai tidak bisa mengontrol emosi. Suaranya naik satu oktaf di depan Eyang.

Tante Ratna menenangkan wanita itu.

"Kalaupun Abyasa yang Ibu pilih, Aku nggak akan menolak bu" Om Aihan menyahut.

Rencana perjodohan antara Azura dan Angkasa belum terdengar sebelumnya. Baru hari ini lelaki paru baya itu mengetahuinya.

Abyasa yang disebut namanya, menatap pada sang ayah, lalu tatapannya teralih pada Azura yang berada dalam dekapan ibunya. Perempuan itu tidak bereaksi apa-apa. Hanya diam dan tidak bisa di tebak.

"Mas Aihan bersedia jika Abyasa yang menjadi suami Azura. Kenapa Ibu tetap kekeuh ingin Angkasa? Angkasa sudah punya kekasih, Bu. Biarkan Angkasa memilih wanitanya sendiri" tante Anggi kembali bersuara. Kali ini memohon pada Eyang agar mengubah rencananya tentang Angkasa.

"Ibu hanya mau Azura menikah dengan Angkasa. Lagipula Ibu tidak setuju dengan Anara, wanita itu terlihat tidak tulus sama sekali" Eyang tetap pada pendiriannya.

"Aku tidak perlu persetujuan Ibu untuk masa depan Anakku, pokoknya Aku nggak mau Angkasa menikah dengan Azura"

Mendengar penolakan seperti itu, Eyang menjadi sedih. "Kenapa? Kamu takut Anakmu akan memeliharaku seumur hidupku? Atau karena Azura adalah anak yatim piatu? Atau karena Azura pernah membongkar kebusukan kamu?"

"Ibu, sudah cukup!" Om Aidan akhirnya bersuara. Eyang semakin sedih.

"Kalian pulang sekarang, biarkan aku dengan cucuku sendiri" Eyang menghapus airmatanya. Memutar kursi rodanya untuk membelakangi anak menantu dan cucunya. Di umurnya yang setua ini, ia masih saja cengeng di hadapan orang terkasihnya.

Azura bangkit dari dekapan tante Sarah menuju arah Eyang. Gadis itu mengambil tangan Eyang, menciumnya lembut dan menaruhnya di pipi.
"Kenapa harus Angkasa? Tante Anggi benar, ada Mas Abyasa, ada Aizat juga. Atau gimana kalau Azura punya pacar? Bisa pacar Azura juga kan?"
Azura bertanya lembut. Tangan yang lainnya menghapus air mata Eyang yang semakin banyak.

Eyang tidak menjawab, wanita tua itu semakin sedih menatap cucunya. Tangisnya ditahan, hingga dadanya terasa penuh sesak.

Azura segera memeluk Eyang. "Azura akan menuruti permintaan nenek. Apapun itu"

Melihat itu, tante Anggi semakin murka namun juga bersedih. Ia kemudian masuk kedalam pelukan Ratna.

Pagi itu, segala hal dalam liburan kali ini tidak lagi sama. Semuanya terasa canggung dan tidak terkondisikan.

This is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang