***
Abyasa tidak tahu apa yang difikirkan oleh sepupunya itu.
Sejak satu jam yang lalu, Abyasa duduk di ujung taman Kota Malang sembari memperhatikan Azura. Abyasa tidak tahu pasti, tapi lelaki itu melihat sepupunya memasuki Ruang Dokter Tulang ketika lelaki itu mengantar temannya periksa rutin. Abyasa tidak ingin bertanya, biarkan Azura yang mengatakan semuanya.Lelaki itu beranjak begitu melihat sepupunya juga mulai beranjak dan mengikuti setiap gerak Azura yang tidak terlihat aneh sedikitpun. Ketika Abyasa melihat sebuah mobil putih menghampiri Azura dan gadis itu masuk Ke Dalamnta dengan sukarela, barulah Abyasa merasa sedikit lega.
Sesampainya Di Rumah, Abyasa melihat lampu kamar Azura sudah padam. Wanita itu mungkin sudah tidur, Abyasa tidak ingin mengganggunya walau rasa penasaran dalam dirinya sangat menggebu-gebu. Ketika hendak Ke Dapur untuk membasahi tenggorokannya, lelaki itu mendapati Angkasa terduduk Di Kursi meja makan.
"Mas Aby, dari mana?" Tanya Angkasa begitu menyadari ada orang lain disana selain dirinya."Habis ketemu teman" Abyasa menegak minumnya, lalu membawa gelas bekasnya ke cucian piring.
"Kamu minum susu?" Tanyanya ketika mendapati gelas bekas susu di cucian piring.
"Hm? Nggak" Angkasa hanya acuh, kembali menatap ponselnya setelah menjawab pertanyaan Abyasa.
"Aaa, itu Bintang yang minum susu. Waktu aku datang kesini aku melihatnya minum susu. Aku rasa itu gelas bekasnya" Angkasa kembali menjawab rasa penasaran Masnya.
"Sejak kapan Azura suka susu?"
Angkasa menatap Masnya, Selanjutnya keduanya saling menatap tanya."Mungkin sekarang dia suka susu?" Angkasa menjawab namun dengan pertanyaan.
Abyasa mengangguk paham, kemudian meninggalkan Angkasa Di Dapur sendirian. "Mas duluan, yah"
Angkasa kembali menatap layar ponselnya. Pesan dari Anara membuatnya linglung setengah mati.
Kekasihnya itu sudah mengetahui rencana perjodohannya oleh Eyang. Bukan salah Azhila yang memberitahu Anara. Meski Anara dan Azhila baru beberapa kali bertemu, tetapi keduanya memang sudah terlihat akrab. Ternyata Anara adalah senior Azhila di SMA dulu.Angkasa menghubungi Anara, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Angkasa yakin panggilannya tidak akan diangkat.
Angkasa membuang nafas, selanjutnya beranjak dari kursi untuk ke kamarnya.
Ketika melewati pintu kamar Azura yang belum tertutup, lelaki itu berinisiatif untuk melihat apakah Azura bisa di ajak bicara atau gadis itu sudah tertidur.Angkasa melihat Azura meringis, gadis itu bersusah payah menopang dirinya dengan bantuan kursi. "Kenapa?" Angkasa langsung masuk begitu saja. Meraih tubuh ringan Azura dan membawanya bersandar pada tubuhnya.
"Kakiku keram" Azura hanya tersenyum dan berusaha melepaskan diri. Namun Angkasa segera menggendongnya dan membawa tubuh ringan itu kepada ranjangnya.
"Sebentar, biarkan aku duduk sebentar"
Azura menolak ketika Angkasa membaringkannya.
Bisa Angkasa lihat wajah kesakitan itu.Angkasa memperhatikan wajah Azura yang menahan sakit dengan mata tertutup. Ketika mata itu terbuka, setetes air mata mengalir turun ke pipinya.
Azura tersenyum. Berusaha mengangkat tangannya untuk menyeka butiran kelemahan itu, namun sakit di belakangnya tidak bisa tertahan.
Air matanya kembali mengalir ketika Angkasa berusaha menghapusnya."Kita ke dokter?" Tanyanya.
Azura menggeleng berkata tidak."Kakiku keram, hanya itu. Serius!" Katanya meyakinkan Angkasa.
"Kenapa Lo nangis?"
"Kamu lupa? Aku memang cengeng sejak kecil"
Angkasa menggeleng tak percaya.
Dengan segala sisa tenaganya, Azura meraih tangan Angkasa. "Aku nggak apa-apa. Percayalah"
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Hurt
RomanceCompleted!!! Ketika Eyang meminta Azura dan Angkasa menikah, tante Anggi-ibu dari lelaki itu adalah orang yang pertama menolak. *** Azura hanya mangut saja ketika Eyang berniat menikahkan dirinya dengan Angkasa-sepupu satu kalinya. Ia berfikir bahw...