17. Lupain aja

131 21 0
                                    

***
Hari mulai beranjak sore ketika Azura hanya duduk termenung di teras rumah. Pertemuannya dengan Rayyan terakhir kali membuatnya beberapa kali berfikir, ia menjadi tidak tenang, terlebih dengan fakta yang Angkasa katakan.

Rayyan menyadap ponselnya.

Angkasa tidak mengatakan sejauh mana Rayyan menyadap ponselnya, apakah hanya sekedar menyadap dan mendengarkan segala pembicaraan Azura selama ini, namun jika Rayyan sampai mengakses kameranya juga, ia tidak akan habis pikir.

Berapa kali Azura membawa ponsel dalam kamar mandi ketika akan buang air besar?

Atau berapa kali ponselnya dalam posisi yang bisa menjangkau area penting miliknya?

Azura merasa pening. Ia mengurut pangkal hidungnya, menutup mata dan menarik napas dalam-dalam.

Ponselnya yang sedang menelungkup itu berdenting. Setelah kejadian Rayyan hari itu, Azura selalu was-was dengan ponselnya, sehingga akhirnya selalu menelungkupkan ponselnya dan memilih case yang bisa menutup kamera.

Ia meraihnya, menemukan pesan yang ia tunggu sejak semalam.

Aku udah makan. Sory baru bisa balas pesan kamu.

Kamu lagi ngapain?

Gadis itu menarik senyum. Menyadari bahwa mungkin saja ia rindu. Padahal belum lebih satu bulan pernikahan mereka, dan Azura sepertinya sudah mulai jatuh cinta.

Lagi duduk aja di teras. Kamu lagi ngapain? Aku nggak ganggu kamu, kan?

Pesannya langsung centang dua dan berubah warna menjadi biru.

Habis dari kampus.
Nggak kok. Kamu baik-baik aja, kan?

Hm, baik kok. Gimana kabar Tante Anggi?


Baik. Tapi kok tante Anggi?
Harusnya Ibu nggak, sih!

Ibu yah? Udah biasa sih panggil Tante.


Yah makanya, sekarang di biasain juga panggil ibu.
Bintang, jangan karena kita ada kontrak, kamu nggak mau panggil Ibu, yah!

Oh masih ada kontrak? Kirain udah nggak ada.


Maksud kamu?

Untuk balasan selanjutnya, Azura sebenarnya ragu, ia memiliki felling yang tidak enak untuk hal ini.

Ciuman kemarin?

Ia harus tahu seperti apa ia akan menindak lanjuti hubungan mereka. Apakah hanya Azura saja yang merasa bahwa hubungan mereka sudah berkembang?

Azura melihat pesan itu telah di baca. Tapi ia menunggu...

Satu-dua detik, sampai satu menit.
Lalu kemudian dua menit. Pesannya tidak di balas.

Azura berniat menaruh ponselnya. Namun tulisan terakhir yang datang itu melemahkan tubuhnya.

Anggap aja nggak pernah terjadi. Kamu tahu kan, aku punya Anara?

***

Azura tahu semuanya tidak akan pernah mudah. Tentang hubungannya dengan Angkasa, tentang rasa sukanya yang mulai mengarah, dan tentang pertahanannya yang tidak akan sakit hati.

Ia fikir setelah dua kali kejadian itu, hubungannya dengan Angkasa akan berubah. Sayangnya masih tetap sama, masih Anara pemenangnya. Harusnya Azura tidak terlena, karena laki-laki memang brengsek seperti Angkasa. Ia punya pacar Anara, tapi mencium Azura. Ia punya istri Azura, tapi berpacaran dengan Anara.

This is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang