26. Sama-sama terluka.

136 19 0
                                    

***

Seperti orang kebingungan, Angkasa meninggalkan jakarta padahal masalahnya dengan Anara belum selesai. ia juga belum meminta penjelasan pada Mas Aby, Angkasa tak tahu harus memulainya dari mana. Ia tersesat, merasa perlu waktu untuk berfikir, menyingkir sejenak, memikirkan jalan apa yang harus  ia ambil.

Fakta bahwa Anara mengkhianatinya tidak bisa ia abaikan begitu saja.

Pukul tiga subuh ia sampai di rumah besar itu, rumah yang dalam beberapa bulan ini menjadi tempatnya pulang, dimana istrinya sedang berada disini.

Angkasa mendorong pintu agar terbuka lebih lebar, melihat wanita yang beberapa hari lalu ia diamkan karena Angkasa tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia berjalan masuk, hanya melepas jaket dan kaus kakinya, lalu ikut berbaring di sisi wanita itu.

Angkasa menatap wajahnya yang teduh, tapi juga sendu. Ada sakit disana, di setiap tidurnya. Ia kemudian merengkuh Azura dalam pelukannya, lalu raut itu hilang.

Dan mungkin juga bingung Angkasa ikut menghilang.

Saat pagi datang, Angkasa tak mendapati Azura di sisinya, namun ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, lalu setelahnya terdengar suara pintu terbuka, lalu menutup.

Samar ia melihat istrinya keluar kamar mandi dengan piyama, serta rambut yang di cepol ke atas tinggi-tinggi. Angkasa tidak tahu lagi, karena setelahnya matanya kembali terpejam, ia mengantuk sekali.

Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, Angkasa merasa sebuah kecupan yang begitu ringan mendarat di ujung bibirnya.

***

Hampir tengah hari baru Angkasa terbangun, membersihkan dirinya lalu turun ke bawah, mencari keberadaan Azura. Sayangnya ia tak menemukannya. Bi Yati bilang Azura sedang ke kampus hari ini. Jadi Angkasa menghubunginya, namun panggilannya tak di jawab, jadi ia mengirim pesan.

Pulang jam berapa?
Aku jemput, yah!

Karena tak kunjung mendapat balasan, Angkasa memilih duduk di ruang tv, dimana beberapa jurnal sedang terbuka mengenaskan karena tidak ada yang baca. Angkasa tidak terlalu peduli, ia juga tidak ingin merecoki Azura, mungkin saja jika Angkasa melakukan sesuatu pada jurnal itu, Azura akan kehilangan halaman yang di tandai atau semacamnya.

Jadi Angkasa melanjut santainya, memelorotkan tubuhnya sehingga ia terlihat terbaring dengan posisi terlentang di atas sofa, dua kakinya menjulur ke depan, di mana kertas-kertas berserakan.

Dan beberapa memo pad kuning yang tercecer di lantai bersama kertas kertas itu menarik perhatiannya, Angkasa merubah duduknya, bersila di atas karpet bulu dan menarik salah satunya.

Angkasa menekuri setiap huruf yang tertulis rapih, seperti tulisan anak sd yang paling berprestasi.

Kangen banget sama kamu 😁

Entah mengapa Angkasa merasa kata kamu yang di maksudkan adalah dirinya. Jadi ia mengambil kertas yang lain lagi.

Aku rindu... ❤️

Ia merasa nyeri di ulu hatinya, apakah karena ia belum makan sejak semalam?
Lalu Angkasa mengambil kertas lain.

Angkasa, sekali... Aja, balas pesan aku.

Dan memo-memo yang lain.

Aku rindu... 🥺

Kamu udah makan, nggak yah?

Hari ini langit sedang hujan, mataku juga.

Sa, aku belajar minum kopi, loh.
Nggak se aneh yang aku bayangin rasanya, tapi abis itu aku pusing seharian, cuma baringan di kasur aja.

This is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang