***
Apa yang paling membahagiakan bagi seorang istri adalah ketika ia akan menjadi seorang ibu, namun juga menjadi ketakutan terbesar mereka memikirkan ketidak berhasilan tersebut. Beberapa calon ibu takut untuk menerima kenyataan, bahwa anaknya akan lahir dan dia tidak bisa lagi mendampinginya bahkan barang sebentar saja.
Itu juga di takutkan Azura. Kehamilannya benar benar tidak terduga, maksudnya resiko dari kehamilan ini. Sebelumnya dokter mengatakan bahwa kehamilan ini tidak berpengaruh pada sum-sum tulang belakangnya, tapi di umur kehamilannya yang sudah tua, yang tinggal menghitung minggu, kabar buruk itu tiba-tiba saja di dengar, salah satu faktornya karena penyakitnya yang semakin parah.
Dokter menyarankan agar ia melakukan caesar, mengangkat bayi di usia tujuh bulan dan selanjutnya akan dilakukan proses kaca. Namun Azura menolak karena operasi sum-sum tulang belakang tidak bisa di lakukan satu kaligus bersama caesar tersebut.
Azura beberapa kali mempertimbangkannya, namun melahirkan secara normal adalah impiannya, seperti ketika ia memimpikan pernikahannya.
Sinar senja baru saja melewati dedaunan, cahayanya menelisik masuk melewati jendela. Azura bisa mendapati bayangannya di dinding, dengan siluet tubuhnya yang sedikit lebih gemukan serta perutnya yang membesar.
Azura melirik pintu yang terbuka, memunculkan sosok yang sejak kemarin terus memberinya cinta. Lelaki itu duduk di sisinya setelah mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningnya. "Gimana kabarnya?"
Azura tersenyum lalu mengangguk, "Baik banget, kayaknya babynya rindu banget sama sama Ayahnya."
Angkasa terkekeh, tangannya terulur meraba perut besar itu, lalu mendapat satu gerakan kecil di sana. Ia membungkuk dan menaruh wajahnya di depan perut itu. "Kangen ayah, yah? Nih, ayah udah pulang."
Azura ikut tersenyum. Wajah lelah Angkasa yang di sembunyikan dengan antusias bertemu babynya membuat senyum itu perlahan memudar. Azura tahu semuanya tidak akan mudah lagi baginya.
"O iya, Ibu ada ngasih katalog perlengkapan baby, udah aku kirim tadi siang ke kamu. Udah di lihat?" Tanya Angkasa. Lelaki itu berdiri, membawa langkahnya ke depan lemari, mengambil satu kaos oblong disana beserta satu celana tidur.
"Udah. Aku juga udah pesan beberapa, masih ada yang aku ragu dan harus dengar pendapat kamu dulu."
Azura ikut berdiri dari duduknya dengan susah, menghampiri Angkasa yang kini tengah menghampirinya juga.
"Cium..."
Angkasa tertawa dengan permintaan itu, yang di ikuti dengan rengekan manja yang sangat tidak bisa Angkasa tolak. Ia meraih wajah istrinya dan memberinya ciuman dalam, cukup lama.
"Aku mandi dulu, setelah itu kita lihat lagi katalognya sama-sama."
Lelaki itu bergerak pergi, "Love You." Gumamnya pelan di depan wajah Azura.
Wanita hamil itu tersipu, entah Angkasa benar-benar mencintainya sekarang atau tidak, setidaknya Azura mendengar kata itu sekarang, sebelum ia pergi suatu saat nanti.
***
Azura baru saja meletakan secangkir kopi di meja, dengan sesekali menahan nafas karena sungguh ia tidak bisa mencium aroma kopi. Memiliki suami yang aktif meminum kopi membuat Azura mau tak mau harus melawan keadaannya, walau sebenarnya Angkasa tidak memberatkannya untuk membuat kopi lanhsung, namun baginya, selain membuat kopi, tidak ada lagi yang bisa di lakukan wanita itu untuk suaminya.
Azura duduk di sisi Angkasa yang masih sibuk melihat-lihat isi katalog. Ada beberapa ayunan bayi dengan kualitas masing-masing yang menjadi pertimbangannya. Ada juga beberapa beberapa kasur bayi dan perlengkapan lainnya yang harus mereka pilih dengan pertimbangan yang baik. Semua dilakukan untuk anak tercinta, tentu saja.
"Gimana kalau ambil yang ini? Otomatis dan yang paling penting bayinya nggak jatuh, soalnya pelindungnya lumayan tinggi. Gimana?" Azura menunjuk pada ayunan bewarna biru, yang otomatis dan terlihat elegan.
Angkasa terlihat berfikir, lalu berkata "Boleh, pilihannya sama kamu, aku ngikut aja."
Wanita itu tersenyum, memeluk lengan suaminya manja, mendusel-dusel bahu lelaki itu.
"Makasih banyak,"
Angkasa menatapnya, tatapan mereka bertemu. "Sama-sama." Bisiknya, lalu mendaratkan satu ciuman hangat di puncak kepala istrinya.
Angkasa meraih kopinya, menyeruputnya sedikit, lalu terdengar engah nikmat disana. Azura tahu cara membuat kopi.
"Mau?" Tawarnya ketika mendapati Azura meperhatikannya menikmati kopi. Sesaat Azura hanya terdiam, terlihat ragu, bimbang, lalu kemudian ia mengangguk. "Aku pengen coba."
Manja sekali. Angkasa mendekatkan gelasnya, menaruh bibir gelas itu pada bibir ranum istrinya. Azura menyeruput sedikit, lalu wanita itu terlihat mencecap lidahnya, dan ia menutup mata, memberi ekspresi seolah-olah ingin muntah. "Nggak enak." Gumamnya. Dan Angkasa tertawa karena itu.
Tidak lama sejak kejadian minum kopi yang sedikit itu, Azura mengeluh sakit kepala, jadi ia tidur lebih dulu tanpa menunggu makan malam selesai di hidang.
Angkasa yang sudah makan berdiri, menuju washtafel dan mencuci tangannya. Lelaki itu kemudian mengambil segelas susu dan membawanya ke kamar bawah, yang menjadi kamarnya sejak tiga bulan terakhir. Angkasa meletakan susu itu di nakas, lalu duduk di sisi ranjang dan memperhatikan punggung istrinya.
Ia memperhatikan, lalu mendapati punggung itu bergetar. Angkasa bangkit dan memutari sisi, mengambil duduk tepat di hadapan istrinya. Ia bisa melihat wajah cantik itu basah oleh air mata. Istrinya terisak.
"Hei..." Panggilnya. Azura membuka mata, lalu tangisnya semakin menjadi saat menemukan Angkasa di depannya.
"Kenapa?" Tanyanya. Lelaki itu membantu Azura untuk duduk dengan pelan, seolah istrinya adalah kaca yang bisa saja pecah jika ia tidak menjaganya dengan baik.
"Kepalaku sakit..." Wanita itu berucap sambil terisak. Angkasa seperti bisa merasakan sakitnya.
Azura menarik rambutnya kuat-kuat, dengan tangisan yang masih sama. "Rambutnya jangan di tarik sayang, kita ke rumah sakit, yah?"
Perempuan itu tidak menjawab, masih terisak, ia memeluk suaminya erat. Sementara Angkasa memijat pelan kepala wanita itu dengan satu tangannya, karena tangan yang satunya sibuk dengan ponsel setelah menemukan ponsel itu di atas kasur.
***
Hulo hulo...
Lama banget yah? Iya. Soalnya kumpulin mood nulis itu susah banget, kayak ngumpulin rasa malas dalam diri buat di buang sejauh-jauhnya.
Semoga pembaca setiaku masih menunggu, dan jangan lupa tekan bintangnya. Luv Myyoursss
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Hurt
RomanceCompleted!!! Ketika Eyang meminta Azura dan Angkasa menikah, tante Anggi-ibu dari lelaki itu adalah orang yang pertama menolak. *** Azura hanya mangut saja ketika Eyang berniat menikahkan dirinya dengan Angkasa-sepupu satu kalinya. Ia berfikir bahw...