***
Saat Angkasa mengatakan akan tinggal disini selama seminggu, Azura hanya mangut-mangut kecil mengiyakan. Lelaki itu sedang tak meminta izin, hanya memberitahu rencananya pada gadis itu.
Setelah tadi pagi sarapan nasi goreng buatan Azura, kini pria itu kembali tertidur di atas karpet depan tv, tidak terganggu sama sekali dengan ributnya acara dahsyat yang sedang tampil. Sementara Azura sejak tadi duduk di sofa sembari makan camilan, menyaksikan acara musik yang dibubuhi komedi.
Gadis itu melirik pada benda bulat di atas tv, mendapati jam sudah menunjukan pukul sebelas siang, menjilat tiga jarinya sembari jalan menuju tangga. Ia ingin segera siap-siap ke kampus karena dosen pembimbingnya sudah membuat janji temu. Setelah mencuci muka dan memakai dress hijau lumutnya, perempuan itu turun dengan totebag di bahu kanannya.
"Mau ke kampus?" Angkasa datang dari tangga paling bawah. Lelaki itu menyisir rambutnya yang sedikit berantakan. "Iya, mau revisi lagi"
"Aku antar. Tunggu sebentar" Azura tidak lagi mengangkat bicara untuk keberatan, ia sangat tahu bahwa lelaki itu sedang ingin dituruti kemauannya. Sejak tadi pagi.
Angkasa terus menceramahinya sepanjang sarapan tadi. Menceritakan bagaimana khawatirnya kedua mertua mereka-Ibu Anggi dan Ayah Aidan saat tahu ia belum kembali padahal waktu sudah tengah malam sekali saat itu. Lalu kemudian bagaimana repotnya ia harus buru-buru ke bandara mengejar penerbangannya jam 11 malam yang sayangnya begitu sampai di bandara, pesawatnya delay selama satu jam. Belum cukup sampai disana, begitu sampai di malang, ia tak bisa menemukan taksi ataupun grab untuk mengantarnya sampai disini, masih untung Angkasa memiliki teman yang bisa diminta tolong untuk menjemputnya.
Azura duduk di sofa, merapikan kertas-kertas dan laptopnya yang berserakan di meja dekat dengan kopi Angkasa. "Habis ku antar, aku mau ketemu teman dulu. Nanti aku jemput lagi"
Gadis itu bangkit dari duduknya lalu mengikuti Angkasa yang kini tengah berjalan keluar.
Mendengar bunyi mobil setelah lelaki itu membuka kunci dengan menekan salah satu tombol di kunci mobil yang sedang di pegangnya. "Kamu kapan selesai?"Azura membuka mobil dan duduk di samping kemudi. "Sekitar jam 6. Nanti aku kabarin lagi".
Mobil sudah keluar perlahan dari gerbang, berjalan diatas aspal. "Nanti aku jemput bareng Eyang, habis itu kita makan malam sama-sama""Boleh" Azura mengingat tak ada siapa di rumah selain pak Budi. BibTari yang sedang sakit juga memilih kembali pulang ke rumahnya.
Arus jalan terlihat lancar seperti biasa, mobil mereka sempat berhenti karena tertahan lampu merah. Seorang anak kecil menawarkan tissue pada Azura, gadis itu mengambilnya setelah memberi selembar uang. " Kebetulan banget stok tissue di mobil lagi habis"
Angkasa memperhatikan semua itu. Tersenyum kecil ketika Azura menaruh tissue di tempatnya. "Harusnya kamu belajar naik mobil sendiri. Biar kalo ke kampus nggak kepanasan banget", lelaki itu memutar stir, membuat mereka memasuki gerbang kampus.
"Nggak deh. Takut soalnya" Angkasa terkekeh.
"Takut naik mobil tapi nggak takut naik motor"
Azura hanya membalas perkataan lelaki itu dengan bibir monyong, tak lupa dengan dahi yang mengerut dan wajah yang jelek."Oh iya..."
Angkasa menggantung kalimatnya, membuat gadis yang tadinya fokus pada pepohonan yang berlari di luar jendela kini menatap matanya. Menunggu kalimatnya. "Aku tau ini bukan urusan aku. Tapi, aku harus tau. Selain kita berdua adakah yang kamu beritau tentang kontrak kita?"Azura menelengkan kepalanya pelan namun dengan penuh keyakinan. "Teman-teman kamu?"
"Aku nggak punya teman yang betul-betul teman-"
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Hurt
RomanceCompleted!!! Ketika Eyang meminta Azura dan Angkasa menikah, tante Anggi-ibu dari lelaki itu adalah orang yang pertama menolak. *** Azura hanya mangut saja ketika Eyang berniat menikahkan dirinya dengan Angkasa-sepupu satu kalinya. Ia berfikir bahw...