31. Tingginya kayak cintaku ke kamu.

7.9K 669 52
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~the famous~

Tidak terhitung berapa kali Fau sudah naik pesawat, menemani Hilmi ke luar kota, sampai saat-saat menemani bos nya itu untuk sekedar liburan.

Tapi kali ini Fau nyaris tidak bisa bergerak saat Hilmi benar-benar membawanya pergi.

Jika boleh berharap Fau ingin pergi sejauh mungkin, yang memungkinkan hanya ada dirinya dan juga Hilmi.

Dengan memejamkan mata di atas ketinggian, lengkap dengan Hilmi yang menggenggam tangannya. Fau merasakan jika Hilmi menyelipkan tangannya yang lain tepat di belakang kepalanya.

"Senderan pakai tangan saya aja Fau, saya yakin lebih empuk dari kursi pesawat." Ucap Hilmi.

Fau yang saat itu memejamkan matanya langsung membuka matanya dan menatap Hilmi.

"He em nyaman." Untuk pertama kalinya Fau mengatakan kejujuran, kejujuran untuk perasaannya sendiri.

"Saya pengen kayak gini, hidup dengan damai. Tapi apa bisa orang famous kayak saya hidup nya bakalan tenang?"

Fau menghembuskan nafasnya sesekali menimang jawaban yang tepat untuk Hilmi.

"Aku rasa kita harus mencobanya."

****

Meskipun Kana terlihat cuek bebek dan tidak mau tahu tentang Hilmi yang membatalkan  jadwal-jadwalnya. Tapi disini Kana ingin berperan sebagai kakak ipar yang ingin menjaga  pikiran adik iparnya agar tetap sehat terlepas dengan statusnya sebagai artis yang terkadang menekan keinginannya.

Menyewakan sebuah villa yang jauh dari jangkauan orang-orang dengan view yang paling disukai Hilmi.

Hilmi memang pergi tanpa rencana yang matang seperti rencana yang pernah ia susun di angan-angannya.

Seharusnya bukan planning seperti ini yang dia harapkan.

Mereka sampai di villa dengan view utamanya adalah pantai dengan hamparan pasir di sepanjang sisinya. Dan  di sebrang sana ada bukit nan hijau.

"Private liburan nih bos ceritanya?" tanya Fau sambil menyeringai. Sudah lama sejak Hilmi di sibukkan dengan jadwalnya yang padat sehingga mereka tidak mempunyai ruang untuk sekedar memberikan self reward terhadap diri mereka sendiri.

Hilmi mensejajarkan tingginya dengan Fau kemudian menepuk pundaknya.

"Self reward buat kamu lebih tepatnya," ucap Hilmi.

Fau mengangguk-anggukan kepalanya.

"Terus, ini termasuk liburan enggak terkonsep?" Fau nampak memikirkan kalimat selanjutnya, "atau liburan untuk pelarian dari masalah."

"Oke lupakan nanti sore kita daki bukit ya, kamu gak pernah kan Fau?"

***

"Bos! Naik motor bisa gak sih? Rasanya kaki aku mau patah tahu gak!" omel Fau sepanjang rute pendakian di bukit yang bersebrangan dengan villa mereka.

The FamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang