36. MELINDUNGI WANITA

801 13 0
                                    


Malam itu mobil Bara berangkat ditemani beberapa anak buah nya. Dia lalu menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya dengan nikmat. Senyum tipis tersungging di bibir nya seraya menghembuskan asap rokok. Jalanan yang di lalui malam itu cukup lancar sehingga mereka pun tidak ada hambatan di perjalanan.

"Hm, aset ku tetap terselamatkan juga kan?... Gara gara wanita brengsek itu tuan Chen mengancam mengambil alih semua Pub milik ku. Enak saja memang itu milik moyang nya dia?" gumam Bara dalam hatinya seraya menghirup rokok bermerk kuda jantan itu.

Dirinya begitu yakin faktor keberuntungan akan selalu menyertai hidup nya. Selera birahi akan wanita paruh baya akan selalu dia dapatkan. Namun dari semua yang telah dia cicipi, tetap sosok Leni Pertiwi lah yang jadi primadona nya. Hati kecilnya merasa sayang wanita cantik nan putih menggoda itu bila harus jadi milik sang bos penyokong dana dan juga investor utama beberapa Pub terlenal di ibu kota. Tapi harus bagaimana lagi, uang tetap mengalahkan segalanya.

"Tapi bila aku pikir pikir lagi, nanti saat aku dapatkan lagi Leni, Sebelum aku serahkan lagi kepada tuan Chen.... Aku ingin menikmati lagi tubuh indah mu sayang. Pasti kamu sudah kangen dengan senjata andalan ku ini. Akn ku buat dirimu menjerit jerit lagi seperti dulu," Bara senyum senyum sendiri sambil menatap jalanan malam yang sedang ramai.

"Masih jauh Toro?"

"Sekitar satu jam lagu bos. Kebetulan jalanan yang dilewati cukup lancar," Del Toro berujar sambil tetap fokus kedepan.

Deerrt.....derrrt... Vibra handphone di dasboard mobil bergetar.

"Siapa lagi nih berani menganggu ku!" gerutu Bara seraya mengambil iPhone miliknya.

Tubuh nya kembali bersandar di kursi mobilnya yang empuk. Matanya seketika membulat melihat nama yang muncul di screen Hp nya. Segera Bara mengangkat dengan waja was was.

"Ha, halo tuan Chen... Bagaimana khabarnya?" ujar Bara berbasa basi.

"Aku tunggu hasil usahamu Bara, jangan sampai gagal kali ini...mengerti!"

"Si, siap tuan. Akan aku kirim paket nya segera..," Bara nampak kelabakan menjawab nya.

Telepon pun di tutup sepihak. Bara lalu menatap Hp yang dipegang nya. Kembali dia tersenyum.

"Tidak semudah itu tua bangka. Sekarang dia masih milikku. Kau dengar itu!" ujar nya dengan gigi gemeretak.

Malam sudah semakin larut. Tidak berapa lama ketiga mobil itupun sudah mencapai gerbang perkampungan. Area sekitar tujuan masih banyak lahan terbuka juga perkebunan yang terhampar luas.

"Mana Toro?" Bara mengamati jalan di sekitar nya yang masih berupa perkebunan.

"Itu diatas bukit sana bos.," Del Toro menunjukkan jarinya ke depan.

"Jadi posisi rumah yang kita incar itu diatas sana?" Del Toro mengangguk tanpa menoleh.

Mobil pun mulai melaju menanjak mengikuti jalan kecil yang sesekali berkelok tajam.  Ketiga mobil melaju lancar tanpa hambatan karena akses jalan yang sudah halus beraspal. Meski jalanan gelap tapi lampu mobil bisa memandu jalan. Terlihat di depan mereka bukit yang terhampar luas.

"Rumah yang ada lampu merah itu bos tujuan kita. Wanita yang bos cari ada di sana," ucap Toro lagi.

Mobil terus melaju mengikuti jalur. Bara masih memikirkan telpon tuan Chen tadi. Ini pasti anak buah nya yang harus melapor segala pikir nya.

Jalan yang mereka lewati rupanya dihadang oleh dua orang tidak di kenal yang memakai jaket sweater bertudung. Keduanya juga memakai masker medis tertutup sehingga wajah mereka berdua tidak terlihat. Spontan mobil yang bergerak paling depan berhenti di ikuti kedua mobil di belakang nya.

SINS. Dosa Mamahku. ( ADULT STORY ) TAMAT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang