Kinan masuk ke rumahku dengan pipi yang sudah penuh air mata. Wangi parfum dan bau alkohol bercampur di badannya ketika ia melewati ku untuk masuk kedalam rumah. Belum ada sepatah kata pun yang terucap darinya, aku hanya membiarkannya untuk menenangkan dirinya sendiri.
Kinan terduduk di sofa ku memeluk kakinya. Dress pendek tanpa lengan membuat tubuhnya dapat merasakan dinginnya angin malam. Aku memberikannya sebuah jaket ketika badannya mulai gemetar kedinginan, meskipun itu membuat kanya cemberut. Aku beranjak membuatkan kopi kami dan aku meminta kanya untuk ramah kepadanya.
Tapi kanya hanya terdiam menatapi kinan dengan wajah cemberutnya. Sedang kinan masih termenung melihat kakinya seolah dia masih shock dengan apa yang ia alami. Aku yakin kanya sangat terganggu atas kehadiran kinan saat ini, tapi aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada kinan saat ini.
Kini hanya rasa bersalah yang memenuhi pikiranku, aku merasa menjauhinya adalah hal yang paling jahat yang kulakukan pada kinan.
"Kinan... Apa yang terjadi?" Tanyaku dengan sangat berhati-hati. Tanganku membawa nampan yang diatasnya terdapat 3 cangkir kopi.
Kinan berusaha menghapus air mata di pipinya seolah dengan itu ia bisa menghapus kesedihannya. "Terima kasih" ucapnya sambil menerima secangkir kopi yang kuberikan.
"Tidak ada yang terjadi, aku baru saja pulang dari rumah kivan" ucapnya sambil menatapku setelah ia menatap kanya dengan wajah bingungnya. Seolah menyembunyikan sesuatu dengan suara yang belum bisa ia kendalikan.
Suasana menjadi canggung dengan kanya dan kinan yang saling bertatapan.
"Oh iya kin... Kenalin ini kanya adek kelas kita. dan kanya, kenalin ini kinan sahabatku" ucapku mengenalkan mereka berdua berusaha keluar dari situasi canggung ini.
"Hai kanya" ucap kinan sambil menawarkan tangannya untuk bersalaman.
Kanya menatapku sebelum menatap ke kinan lagi "hai kak aku pacarnya kak noya" ucapnya dengan senyuman liciknya.
Kinan menatapku setelah ia menarik tangannya.
Aku memutarkan bola mataku mendengar ucapan kanya lalu kembali melihat kinan, "mmm... Iya kami baru saja berpacaran" jelas ku dengan senyuman.
Kanya menarik ku untuk duduk disampingnya lalu merangkul kan tangannya di lenganku. Aku hanya pasrah atas perlakuan kanya terhadapku. Sedang kinan membuang tatapannya kearah kopinya.
"Jadi apa yang membuatmu menangis?" Tanyaku kepada kinan meskipun aku tau jawabannya pasti akan membuat hatiku terluka.
Aku mencoba melepaskan tangan kanya dari ku, tapi justru ia malah memelukku seperti ingin mengatakan kepada kinan "pergilah pengganggu".
"Lain kali aku akan menceritakannya hanya padamu" ucapnya sambil berdiri dari sofaku. "Sepertinya aku sudah mengganggu waktu kalian, aku pulang saja" sambungnya.
"Kinan..." Aku menahan tangannya, menghentikan langkahnya. "Kamu tidak menggangguku" ucapku masih menahan tangannya.
"Tapi tidak dengan pacarmu" ucapnya sambil memberi senyuman kepada kanya.
Kinan melepas tanganku, lalu berjalan menuju mobilnya setelah menutup pintu rumahku.
"Apa yang kamu lakukan!?" Tanyaku kepada kanya sambil berjalan menuju tangga setelah aku mengunci pintu rumahku.
"Apa yang aku lakukan?, Tentu saja bersikap seperti pacarmu" kanya berdiri dari sofanya lalu nengikutiku.
"Kamu tidak harusnya seperti itu didepan sahabatku yang sedang menangis" jelasku dengan rasa kecewa tanpa menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/306817684-288-k620819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuai Peran (GirlxGirl)
Thơ ca18+ (GirlxGirl) [On Going] First publish (14-12-2022) Original story by @sadartsy. Deskripsi: Sudah 2 tahun lebih aku menyimpan rasa pada kinan sahabatku, kini aku ingin mencoba mengungkapkan perasaanku kepada kinan. Tapi sebelum aku bisa mengungkap...