The Reason

451 90 24
                                    

Pernahkah kamu berfikir di mana kita dimasa yang akan datang?,

Mungkin aku akan menjawab dengan segala ragu,

Dan harapan yang telah sirna sebelum tersampaikan.

Apa yang akan kamu katakan pada detik detik waktu yang tak pernah berhenti?,

Aku sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi,

Otakku berfikir tapi hati yang merasakan,

Tapi pernahkah kamu bertanya di mana hatiku berada dimasa yang akan datang?

Maka aku akan menjawab dengan segala keyakinan,

"Denganmu", aku melihat cinta, dia ada di tanganmu, hanya saja aku tidak mengambilnya.

sadartsy

--

-FLASHBACK-

Point Of View by Kinan Adelina.

"Ayolah sayang, sekali aja" ucap kivan yang terus saja mengganggu waktu ku membaca. Ia tetap bersikeras memintaku untuk menuruti nafsunya dengan mengambil tanganku yang tengah memegang buku.

Aku melirik wajah kivan yang tepat berada di belakang buku yang ku pegang. Aku lalu menarik tanganku, berusaha mengabaikannya dan tetap fokus pada bukuku. Mataku mulai mencari kembali kalimat yang belum selesai ku baca. Sedang aku masih dapat melihat sedikit jelas wajah kivan yang masih saja menghantuiku di depan sampul buku. Tentu saja, kivan adalah orang yang susah untuk menerima penolakan. Semua yang ia miliki membuatnya selalu bisa mendapatkan apa yang ia ingin kan.

"Babe... Look at me" panggilnya lagi, kini ia menutup buku ku dengan paksa. Kedua tangannya menghimpit sampul bukuku dengan cepatnya, melepaskan buku itu dari tanganku.

Kivan berhasil membuatku sedikit kesal, aku lalu terpaksa menaruh perhatianku kepadanya. "Apa si?" Tanya ku sambil melipat kedua tanganku, pura pura tidak mendengar apa yang selama ini ia pinta.

"Jangan marah marah gitu dong" balasnya dengan gerakan tangan yang mencoba menenangkan ku. Matanya tertuju padaku, menampilkan wajah penuh nafsunya.

"Ck..." Responku sambil mengerutkan dahi dan mengambil buku dari tangannya. "Ngga mau" tambahku lagi setelah berhasil mengambil buku itu. "Udah lah, aku mau pulang" Aku lalu mengalihkan tatapanku darinya dan berdiri dari kursi ku.

"Kenapa?, Lagian kita cuma nunggu waktu aja kan?" Ucap kivan berusaha membujukku.

"Lalu menurutmu aku akan mau melakukannya sebelum itu?" Tanyaku dengan kesal. Aku tidak pernah mengerti pola pikir kivan, kurasa ia hanya memikirkan tentang apa yang ia inginkan. Aku lalu berjalan meninggalkannya dan menuju ke rak buku untuk menyimpan buku yang ku pegang.

Dalam setiap langkahku menyusuri gelap bayang ketakutan, penyesalan mulai menggerogoti hati yang penuh kebimbangan. Derasnya hujan seakan mengerti apa yang sedang ku rasakan, menciptakan suasana yang membawaku semakin merasa tidak berdaya.

Kivan kemudian berdiri dan berjalan mengikuti ku. Suara langkah kakinya semakin cepat mengejar ku, menghantui ku dengan rasa ketakutan. Langkah kaki itu kini berada tepat di belakangku, disertai sentuhan tangannya pada bahu kananku.

"Ya harus, dari pada aku sama yang lain kan?" Cetus kivan seakan menganggap wanita hanya untuk melayani semua keinginannya.

"Yaudah sama yang lain aja, biasanya juga gitu. Kamu pikir aku ga tau?" Jawabku merasa harus mengatakan sesuatu tentang keresahan yang ku rasakan.

Sesuai Peran (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang