Jealousy

626 93 16
                                    

Bulan malam itu terlihat malu
bersembunyi di balik gerombolan awan yang tertiup angin,
Hingga cahaya tak terlihat sempurna saat menerangi jalanan sunyi nan kering yang ku lewati.

Malam itu aku tak pernah mengerti apa yang terjadi, Matahari tau tapi ia hanya berdiri melihat.
Perlahan rasa bersalah itu memenuhi hati kecil dan kerasku, ini semua salah tak harusnya aku mendua.
Tapi itu semua terus berjalan,
Tanpa aku sadar semua sudah melewati batasnya.

sadartsy

--

Aku berjalan menuruni anak tangga dengan perasaan yang kacau, seperti ada pertengkaran yang terjadi dalam diriku sendiri. Aku tahu ini akan melewati batas pertemanan, tapi sesuatu dalam diriku yang lain menginginkan hal ini terjadi. Otakku mulai berfikir mencari alasan untuk sebuah pembenaran. Setiap langkah yang ku ambil, membawaku semakin tenggelam dalam rasa bersalah.

Aku melihat azka yang berada di depanku, ia sudah terlebih dahulu menuruni tangga. Rambutnya yang hitam dan lurus terurai indah dalam hembusan angin. Setiap suara yang terdengar dari langkahnya semakin membuatku menginginkannya juga menjauhinya di waktu yang bersamaan. Ia sesekali menoleh melihatku di tengah langkahnya menuju UKS. Menatapku dengan senyuman yang terlihat kaku, tapi begitu menggoda. Ia bagaikan anak ular yang baru saja menetas, penuh semangat dan rasa penasaran yang tinggi. Meskipun masih kecil, tapi tetap saja ular tetaplah ular.

"Dikunci ga?" Tanyaku setelah azka sudah sampai di depan pintu ruang UKS. Aku berjalan mendekat, sambil melihat sekitarku memeriksa apakah ada murid lain yang juga sedang menunggu hujan. Tapi sekolah terlihat sepi meskipun murid kelas satu dan dua masih belum pulang. Semua pintu kelas tertutup rapat untuk meredam suara hujan, agar setiap murid dapat berkonsentrasi dengan guru mereka.

*Jegrek, jegrek* azka mencoba membuka pintu ruang UKS. Tapi pintu itu tidak terbuka, ia lalu menghadap ku sambil membuka kedua tangannya seakan mengekspresikan kekesalannya.

"Yah" ucapku sambil mencoba membuka pintu ruang UKS.

"Jegrek, jegrek, jegrek" aku mencoba memainkan gagang pintu itu sambil mendorongnya ke dalam, berharap dengan itu pintu dapat terbuka.

"Ga bisa noy..." Ucap azka sambil menarik pundak ku. Dari suaranya ia terlihat takut, seakan didalam pikirannya aku dapat menghancurkan pintu itu.

Aku bergeser menuju jendela disamping pintu, mengabaikan ucapan azka. Menundukkan badan, menilik dengan kedua tanganku yang menutupi ruang antara kaca jendela dan mataku. Aku melihat ada apa di dalam sana sambil mencari cara agar dapat membuka pintu itu.

"Hentikan!, itu akan membuatmu terlihat mencurigakan noy" Azka menarik pundakku lebih kuat, tubuhku tidak dapat menahan tarikan itu.

"Az?, Apa yang kamu takutkan? Kita tidak sedang melanggar peraturan" keluh ku setelah aku membalikkan badan dan melihatnya kesal. "Kamu sakit, dan aku sebagai temanmu sudah sewajarnya mengantarmu ke UKS" tambahku lagi untuk meyakinkan azka, seakan ingin meyakinkan diriku sendiri.

"Iya aku tau, tidak perlu diperjelas" jawab azka memutarkan bola matanya disaat ia membuang wajahnya. "Ya tapi aku juga ga kenapa napa, masih bisa berdiri" gumamnya.

"Kamu emang ga pernah ngerasa sakit, kalo udah pingsan baru deh mau istirahat. Inget ga waktu kamu jadi ketua panitia pensi tahun lalu?" Ucapku sambil melangkah mendekatinya. Aku membawanya kembali mengingat apa yang terjadi tahun lalu, dimana azka pingsan dan jatuh sakit karena terlalu memaksakan dirinya sendiri.

Azka adalah murid yang cukup dibanggakan oleh guru guru, ia sering kali diminta untuk menjadi ketua panitia dalam setiap acara yang diselenggarakan di sekolah. Azka juga menjadi murid yang teladan dimana ia sering kali menjadi contoh baik bagi semua murid. Tapi dengan semua prestasi dan nama baiknya, tak sedikit pula murid murid yang membencinya. Ditambah lagi dengan sifat azka yang terlalu terus terang, perfeksionis, dan kaku.

Sesuai Peran (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang