Confession

442 63 26
                                    

Jangan lupa follow sadartsy ya guys, biar dapet notifikasi update chapter terbaru.

Selamat membaca...

**

Bulir air menetes sendiri sendiri
Daun kering berjalan bersama hembusan angin
Dalam tenda sederhana yang membelakangi pantai
Aku berfikir
Bagaimana menjelaskanya, aku ingin mencintaimu seperti garis sejajar,
Begini saja, seperti ini aku senang tak perlu lebih dekat. Nanti hanya semakin rumit saja.

sadartsy

--

"Bukan urusanmu, lebih baik kamu mengurusi semua boneka sex mu" tambahnya lagi setelah keheningan mulai menguasai mobil kinan dalam beberapa detik yang lalu. "Aku tidak membutuhkan nasihat dari orang yang membohongi pasangannya".

"Kamu membenci kivan karena ia mempermainkan wanita. Lalu bagaimana denganmu?, Sama saja" ujar kinan menamparku dengan ucapannya. Wajah kinan mulai memerah di tengah jalan sepi. Ku menundukkan kepalaku, memikirkan fakta yang dikatakannya padaku. Aku mencoba menyangkal fakta itu, tapi hatiku berkata lain.

"Aku hanya ingin mengantar azka pulang kin, tapi..." Jawabku yang masih tidak mengakui kesalahanku.

"Tapi apa?, Tapi kamu harus memuaskannya terlebih dahulu sebelum kamu mengantarnya pulang?" Timpalnya dengan nada yang menyinggungku. Aku mencoba melihatnya setelah ia mengatakan kalimat itu, kinan mengedipkan matanya hingga meneteskan air mata jatuh membasahi pipinya.

Laju mobil kinan mulai melambat seiring air matanya yang mengalir. Beberapa kendaraan di belakang kami mulai mendahului mobi kinan. Kinan lalu menepikan mobilnya pada suatu toko perbelanjaan. Aku hanya bisa menikmati rasa sakit dalam hati, sembari melihatnya meneteskan air mata.

"Iya, aku melakukannya. Aku sungguh melakukannya hanya untuk melupakan semua tentangmu. Bukan aku membenarkan perbuatanku, yang ku lakukan jelas sebuah kesalahan. Tapi aku tetap tidak berhasil melupakanmu, bahkan dengan semua perlakuanmu padaku".

"Kinan, aku mencintaimu"

"Aku tidak tau apa yang membutakan mu, hingga kau tidak bisa melihat perasaanku. Kini aku harus mengungkapkannya, meskipun kita takkan pernah menjadi satu".

Ucapku disaat mobil kinan benar benar berhenti di pinggir jalan. Kinan lalu menundukkan kepalanya, menjadikan setir mobil sebagai penyanggah dahi. Kini air mata yang mengalir di pipinya menetes jatuh pergi dari matanya.

Setelah mematikan mobilnya, kinan lalu melepas seatbelt yang melingkar pada tubuhnya. "Kamu..." Tangisnya semakin menjadi, ia bahkan tidak mampu untuk menjawab ucapanku. Ia menatapku, dengan semua kesedihan yang tergambarkan pada wajahnya. Wajah itu, takan mungkin ku lupa, hanya dengan melihatnya entah kenapa hatiku terasa hancur.

Menyadari ia tak mampu menahan tangisannya, kinan lalu membuka pintu mobilnya dan pergi meninggalkan mobilnya. Aku lalu segera melepaskan seatbelt ku untuk mengikuti langkahnya. Aku dengan terburu buru turun dari mobilnya dan berlari mengejarnya.

"Tunggu kin," panggilku disaat aku berlari mengejarnya. Aku hanya dapat melihat punggung dan rambut indahnya yang terurai mengkilap terkena sinar matahari. Awan tidak terlihat satupun saat itu, hari terlalu cerah untuk moment yang sesedih ini. Air matanya yang tertinggal saat ia berlari membiaskan cahaya sehingga aku dapat melihatnya seperti bergerak pelan.

Kinan lalu melambatkan langkah kakinya pada trotoar jalan. Kulitnya yang putih bening kini terpapar langsung sinar matahari. Kini aku mulai bisa mendekatinya, perlahan mulai terdengar suara tangisnya. Aku lalu berjalan disampingnya dan mencoba merangkulnya. Kinan menggerakkan tangannya lalu menghapus air mata di wajahnya.

Sesuai Peran (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang