Aku memiliki hati tapi bukan untuk mu
Aku memiliki cinta tapi tak pernah sebanding dengan cinta muMeskipun kamu pernah berkata padaku,
Rasa akan hilang jika aku mati rasa atau menemukan rasa baruSekarang kau mencoba memberiku rasa
Tapi yang kamu lupa, rasa adalah perihal seleraBiarkan saja tinta ini memilih pola nya sendiri,
Menari melukis indah di atas kertas tanpa air mata yang menghujaniPercayalah bukan aku yang pantas mendapatkan cinta mu,
Aku tidak bisa menjadi mentari yang sanggup menerangi harimuBiarlah sinar itu kamu dapatkan dari mentari yang lain,
Hingga nanti jika takdir berkata lain.Pagi ini begitu terik, sinarnya masuk melalui sela sela jendela. Seakan mengajak untuk segera beranjak agar diri segera bergerak. Sinar mentari pagi itu menyilaukan mata, menjadi pemantik rasa semangat ku. Secangkir teh menjadi teman hangat, disaat kehidupan kota yang bergerak cepat. Ku teguk teh hangat dengan cepat seakan aku juga harus bergerak cepat sebelum terlambat.
Hangatnya sinar mentari bercampur debu dan asap polusi memeluk seluruh tubuhku, menemani setiap meter perjalananku. Beberapa macam ekspresi bisa ku temui di wajah pengendara bermotor. Ada beberapa yang cemberut seperti ada sesuatu yang mengganggu tidur nya, ada juga yang senyum penuh semangat seakan ingin segera bertemu orang yang mereka rindukan. Sedang aku sendiri tidak begitu bersemangat setelah melihat kinan yang keluar dari grup whatsapp KERAMIK.
Di tengah perjalananku menuju sekolah aku mengingat apa yang ku lakukan pada malam minggu lalu. Disaat aku membuang semua kenangan ku bersamanya, gelang persahabatan kami, dan apa pun yang bisa mengingatkan ku kepada kinan. Aku pikir ini adalah keputusan yang sudah kami ambil, meskipun harus mengorbankan persahabatan diantara kami.
-FLASHBACK-
"Apa yang akan kamu lakukan dengan semua barang itu?" Tanya kanya yang sedang terduduk di kasurku, sambil melihatku bingung.
"Aku akan membuangnya" jawab ku selagi aku mengumpulkan semua fotoku bersama kinan. Aku dapat merasakan senyuman mirisnya ketika kanya melihatku sedang memasukkan foto fotoku ke dalam kerdus. Aku tahu dalam hatinya, kanya menginginkan ku untuk dapat melupakan kinan tapi ia tidak bisa mengatakan itu karena kinan adalah sahabatku.
"Kamu yakin dengan itu?" Tanya kanya untuk meyakinkan ku. "Kamu bahkan tidak memperbolehkan ku menyentuh nya" tambahnya. Meskipun dia senang akhirnya aku akan melupakan kinan, tpi kanya tetap mengkhawatirkan ku karena ia tahu aku begitu mencintai kinan.
Aku menghentikan kegiatanku lalu melihat matanya "tentu saja, tidak kah kamu senang aku akan melupakan nya?" Tanyaku sambil terus melihatnya.
"Aku tidak tahu harus senang atau sedih, aku tidak ingin kamu terus mencintainya tapi aku juga tidak ingin persahabatan kalian hancur" jawab kanya disaat ia mengalihkan tatapan nya ke bantal yang sedang ia pangku.
Aku menghembuskan nafasku "Memang itu lah resiko yang harus ku hadapi, seharusnya aku tidak menyukai sahabatku sendiri" jawabku setelah aku sambil melanjutkan memasukan bingkai foto aku dan kinan yang tersisa.
Kanya lalu memeluk ku dari belakang setelah ia mendengar perkataanku. Aku tersenyum menerima hangat tubuhnya yang menempel di punggungku. Kanya hanya terdiam di belakangku, aku dapat merasakan senyuman yg terbentuk di wajahnya meskipun aku tidak bisa melihatnya.
--
"Dah" ucapku setelah memasukan patung unicorn yang diberikan oleh kinan sebagai hadiah ulang tahunku tahun lalu. Aku memasukan nya kedalam kardus dengan melipat boneka itu supaya muat dalam kardus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuai Peran (GirlxGirl)
Poesía18+ (GirlxGirl) [On Going] First publish (14-12-2022) Original story by @sadartsy. Deskripsi: Sudah 2 tahun lebih aku menyimpan rasa pada kinan sahabatku, kini aku ingin mencoba mengungkapkan perasaanku kepada kinan. Tapi sebelum aku bisa mengungkap...