Kanya Kalista Derana (2)

1K 130 4
                                    

Aku langsung berlari mengejar kanya setelah aku menyadari apa yang membuatnya marah padaku. Keluar dari toilet dengan terburu buru membuat siswi yang ada disana bingung. Mereka melihatku curiga, mungkin karena mereka melihat kanya sebelum melihatku ditempat yang sama.

Aku masih dapat melihat kanya, belum terlalu jauh aku lalu berlari setelah mengetahui kemana tujuanku. Mengabaikan tatapan curiga siswi disekitarku tanpa membalas tatapan mereka.

"Kanya" aku memanggilnya sambil berlari, tapi dia tidak meresponku dan tetap melanjutkan langkahnya.

Aku berlari lagi setelah sebelumnya memperlabat langkahku. "Kanya" panggilku lagi sambil momotong jalannya.

Dia memutarkan kedua bola matanya, tidak membiarkan matanya menatapku. "Apa?" Tanyanya tanpa rasa perdulinya.

"Maaf" ucapku sambil tanganku mengarahkan wajahnya menghadapku. "Aku tau aku udah bikin janji, tapi aku ga mau melakukannya disekolah" melanjutkan permintaan maafku.

Melepaskan tanganku yang memegangi pipinya, "Karena kamu takut ketauan dan dicap lesbian menjijikkan sepertiku?" Balasnya dengan cepat seakan ia melanjutkan ucapanku.

Aku menunduk setelah mendengar ucapannya adalah sebuah kebenaran. Aku belum siap dengan kondisi yang ia ucapkan. "Bukan begitu, aku hanya belum siap untuk berdamai dengan pandangan orang lain tentangku nantinya" jawabku berharap ia mengerti apa yang ku rasakan.

dia terdiam sejenak mencoba mengerti apa yang kurasakan. Wajahnya berubah setelah mendengar apa yang kuucapkan seakan ia mengerti perasaanku.

"Baiklah, lalu dimana kita akan melakukannya?" Tanyanya setelah beberapa menit berlalu. Masih mempertahankan wajah juteknya seakan masih malu untuk memaafkanku.

Aku berfikir dengan cepat, aku tidak menyangka dia benar-benar menanyakan itu sekarang seperti tidak ingin dibodohi lagi dengan janjiku.

Aku menatapnya lagi setelah aku menatap langit untuk memudahkanku berpikir "Di rumahku" jawabku setelah berpikir ini adalah jawaban terbaik.

"Kapan?" Tanyanya lagi yang hanya membuatku berpikir lebih keras. "Mm..." Aku berpikir kapan waktu yang tepat agar tidak lagi mengingkari janjiku "besok, gimana?" Tanyaku sambil tersenyum setelah menemukan jawaban yang tepat.

"Okay" ucapnya sambil tersenyum membuat rasa hawatirku pergi.

--

Aku berjalan kembali menuju kelasku, terlihat beberapa wanita yang sebelumnya bersama kivan keluar dari kelas kami. Aku menyapa dengan senyum mereka yang sedang berjalan melewatiku, namun mereka tidak membalas senyumku. Aku melihat alya baru saja keluar dari kelas. Dia adalah mantan pacar kivan, mereka dulu seperti raja dan ratu disekolah ini tapi sekarang sudah berakhir, aku tidak terlalu perduli hubungan mereka apa lagi alasan mereka berpisah. Alya menghampiriku dan menatapku dengan muka seramnya.

"Katakan pada sahabatmu, berhentilah bertingkah seperti tuan putri yang tak bisa menahan rasa birahinya" ucap alya dengan melotot tepat didepan wajahku.

Aku bingung apa yang membuatnya sangat marah, dan sahabatku? Kinan? Apa yang dilakukan oleh kinan. Aku masih melihat alya meskipun ia langsung melewatiku dan meninggalkanku. "Hey, apa maksudmu?" Tanyaku sedikit berteriak agar ia masih dapat mendengar. Tapi dia tidak menjawabku dan pergi dari tatapanku.

Aku berjalan dengan rasa penasaran, apa yang membuat alya begitu membenci kinan. Lalu aku mendengar keramaian didalam kelas, seperti mereka sedang merayakan sesuatu. Menambah rasa penasaranku, mempercepat langkahku menuju pintu kelasku.

Dan ini lah hal yang paling kusesali, mungkin lebih baik jika aku tidak tahu apa yang terjadi.

Aku membuka pintu itu, melihat semua temanku bersorak sorai didalam kelas. Semua perhatian mengarah ke belakang kelas, melihat ke arah kinan dan kivan disana. Ketika aku membuka pintu perhatian mereka teralihkan kepadaku bahkan kivan dan kinan disana. Lalu mereka kembali memberikan perhatian mereka kepada kivan dan kinan kecuali Miko dan Radi yang terkejut akan kehadiranku.

Sesuai Peran (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang