Struggling

489 83 16
                                    

"Aku rasa aku menyukai mu" jawab azka sambil memainkan jari jari tangannya. Azka lalu melirik mataku, namun wajahnya terlalu malu untuk menghadapi ku. "Bahkan mungkin lebih dari itu, aku mencintaimu, aku tidak bisa berhenti memikirkan mu setelah kamu mencium ku" tambahnya dengan nada suara yang seakan dari lubuk hati.

Di tengah keheningan, semilir angin kembali berhembus, pasir dan debu tergerus bersama daun daun kering yang berguguran. Tanpa sadar menciptakan simfoni indah menghibur sunyi dan keheningan. Kini siapa yang tak mendengarnya?, Mengalun santun pada dua pasang telinga yang sedang saling bingung.

Aku menghembuskan nafas panjangku, memejamkan mataku sejenak memberi waktu untuk otakku dapat bekerja. Tapi hati penuh ketakutan dan kekhawatiran, membawa tanganku untuk menggenggam tangannya, menariknya pergi. Beberapa murid sudah melihat kami, menatapku curiga ketika melihat langkahku menuju perpustakaan. Aku tetap berjalan melawan tatapan mereka, tatapan yang akan selalu menilai diriku hina hanya karena apa yang mereka dengar tanpa tahu apa yang kulakukan. Tapi bagaimana dengan azka? Semua citra tentangnya adalah kesempurnaan.

"Wow wow wow, kamu bahkan menjadikan murid polos sebagai mainanmu?" Ucap kivan bersama kinan disebelahnya yang tiba tiba saja muncul dari kelas lain. Kivan lalu meletakkan matanya pada azka setelah ia melihatku malas. Kivan melihat tubuh azka dari atas hingga bawah dengan liarnya, ingin sekali aku menusuk mata itu dengan tanganku.

Aku sedikit terkejut, menghentikan langkahku dan tanpa sadar melepas genggaman tangan azka dari ku. Mataku mau tidak mau melihatnya, memutarkan bola mataku lalu mengalihkannya. Kinan ternyata masih menarik di mataku, kecantikannya masih saja bisa mengundang mataku untuk melihatnya.

Kinan mengernyitkan dahi dengan bingungnya, melihatku. Tatapannya lalu berpindah kepada azka yang berada di belakangku menunduk. Raut wajahnya lalu berubah dari bingung menjadi kecewa, ia kembali melihatku dan mengatakan "kamu benar benar melakukannya?". Sontak terdiam aku bingung dengan perkataannya, meskipun aku tidak mengerti apa yang kinan katakan tapi aku merasakan ada sebuah kesalahpahaman dalam perkataan itu. Tapi aku tidak dapat menjelaskannya, penjelasanku pada situasi ini hanya akan menjadi kesia-siaan.

Aku menoleh kebelakang, menatap mata azka. "Ikuti aku" pintaku kepada azka sambil melangkah pergi mengabaikan kivan dan kinan di sana.

--

"Ngga az, ga mungkin. Hanya karena ciuman itu?, Itu hanya perasaan sementara yang timbul karena ciuman pertama mu, sadarilah!" Ucapku menjawab pengakuan azka sebelumnya.

"Kamu pikir aku begitu polos sampai sampai kamu berfikir aku tidak bisa membedakan mana rasa cinta dan penasaran?" Jawab azka dengan kemarahannya, menggema mencuri perhatian penjaga perpus.

Penjaga perpustakaan itu lalu melihat kami dengan sinis nya, tatapannya sudah cukup untuk membuatku segera meminta maaf padanya.

Merasa bersalah, aku lalu menoleh melihat penjaga itu. "Maaf bu," ucapku sambil tersenyum canggung pada penjaga perpustakaan itu. Namun penjaga itu mengabaikan ku, ia lalu kembali sibuk dengan komputernya tanpa mengatakan apapun.

Aku lalu kembali menaruh perhatianku pada azka. Menatapnya bingung dan sedikit sedih, disaat sampul sampul buku di sekeliling kami terasa seperti menatapku, menghakimi dengan kalimat kalimat yang mereka miliki. Aku hanya dapat tersenyum miris padanya, karena aku tahu ini adalah kesalahanku. Aku yang memulainya, meskipun aku tidak berniat untuk itu. Kini tunas yang lahir karena kesalahanku sudah bertumbuh dan menjadi besar, tapi hatiku terlalu sempit, terlalu kecil untuk menjadi tempat yang dapat mewadahi tunas itu. Semakin tunas itu bertumbuh semakin melukai tunas yang lain.

"Kamu perlu memikirkannya lagi az" tegas ku dengan bijaknya, karena ku pikir ini adalah sesuatu yang penting. Seperti ketika kamu memilih untuk merokok, semakin lama kamu membiasakannya akan semakin sulit untuk berhenti. Oleh karena itu aku mengingatkannya sebelum ia terlalu dalam menyelam.

Sesuai Peran (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang