12

1.8K 138 0
                                    

ratu masih menunggu ucapan ainsley.

sedangkan ainsley menatap ibunnya.

sedangkan ibunnya, menatap ratu heran.

ainsley kembali menatap ratu.

"hm.. tentu saja aku menyukai pangeran" ucap ainsley.

ratu sumringah mendengarnnya.

ia lalu menatap duchess.

"itu kau dengar sendiri bukan, anak mu menyukai putraku, jadi kita bisa saja jadi besan" ucap ratu.

ainsley yang mendengar itu tersedak dengan makannya.

"hok hok hok(anggap aja batuk)".

ainsley menepuk nepuk dadannya

sedangkan duchess langsung mengambil teh nya, dan memberikannya pada ainsley.

"pelan pelan sayang" ucap duchess.

setelah selesai menolong ainsley, duchess menatap ratu.

"oh ayolah ruella, pasti yang di maksud dengan anak ku itu, menyukainya menjadi temann, bukan seorang pria" jengah duchess, dan berani memanggil ratu dengan namanya.

"wah kau berani memanggil namaku tidak dengan embel embel ratu, duchess aurora?" tanya ratu.

" tentu saja, karna aku berbicara bukan sebagai duchess tapi sebagai sahabat mu" ucap duchess.

ratu mendengus lagi.

"untung saja kau sahabat ku, kalau tidak, sudah ku pukul kau menggunakan garpu ini" kesal ratu.

duchess mengangkat bahunya acuh.

sedangkan countess dan marchioness menggeleng geleng saja melihat 2 sahabat mereka ini.

***

sekarang ainsley dan duchess sudah berada di dalam kereta, acara minum teh tadi sudah selesai jadi mereka bisa pulang.

"jadi ainsley, kau akan mengikuti acara itu?" tanya duchess

"acara? acara apa?" tanya ainsley bingung.

duchess menggeplak dahinya.

"ya tuhan, acara yang akan mengumpulkan para anak anak seperti anak anak marquest, count, raja dan duke " ucap duchess.

"ohh...aku akan ikut, jika ada makanan" jawab ainsley.

"kau yakin sayang?" tanya duchess.

"iya aku yakin ibu" jawab ainsley

"ibu takut kau terjatuh seperti saat itu" ujar duchess khawatir.

ainsley yang melihat kekhawatiran duchess, ia langsung berinisiatif memegang tangan ibunnya.

"ibu, aku sudah besar aku bisa menjaga diriku sendiri" ucap ainsley meyakinkan ibunnya.

"tapi kau masih 15 tahun" lirih duchess.

"walaupun begitu, aku sudah besar, lihat otot ku ini" ainsley memamerkan otot tangannya yang tidak ada apa apannya.

"pfftt haha, mana, mana otot mu itu?" tanya duchess menahan tawannya.

"apakah ibu tak melihat otot ku yang besar ini?" tanya ainsley menepuk nepuk otot tangannya yang kempes itu dengan bangga

"hahaha itu namannya otot tulang" tawa menggelegar duchess.

ainsley menggaruk kepalannya dan terkekeh.

"ibu~" rengek ainsley menyenderkan kepalannya di bahu ibunnya.

duchess membelai rambut ainsley sayang.

"iya ibu tau, anak ibu ini kuat tapi ibu hanya khawatir ada kejadian yang tak mengenakan terjadi pada mu lagi, ibu tak ingin melihat mu terbaring lagi di tempat tidur dengan wajah yang pucat seperti saat itu, jbu tak siap ibu tak sanggub" lirih duchess.

ainsley mengelus tangan ibunnya.

"tidak apa apa ibu, itu tak akan terjadi lagi, aku berjanji" ucap ainsley.

"baiklah.."

lalu mereka sampai di mansion.

ainsley langsung berlari, saat melihat sang ayah disana.

"ayah...!!" teriaknya.

"ainsley hati hati!" peringat duchess.

"hap!" duke menangkap anak nya lalu menggendongnya.

"dari mana saja hm..??" tanya nya menoel noel hidung ainsley

ainsley terkekeh geli.

"hihi geli..." tawa ainsley.

"sudah ibu bilang, jangan berlari ainsley" duchess mencubit hidung ainsley.

"aduh aduh maaf kan aku ibu" ucap ainsley.

duke tertawa melihatnya.

"kalian dari mana?" tanya duke pada istrinya.

"ratu mengajak minum teh seperti biasa" jawab duchess.

"ohhh.. apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya duke, sembari berjalan masuk dan di ikuti duchess dan pelayan serta pengawal yang ikuti mereka tadi.

"tidak ada, nanti saja akan ku katakan saat di kamar" ucap duchess, duke mengangguk mengerti.

"putri ayah apakah sudah lapar??" tanya duke.

ainsley memegang perut yang tiba tiba berbunyi.

ia menyengir menatap duke dan duchess bergiliran.

"hehe aku lapar ayah" ucap ainsley membuat mereka berdua tertawa melihat perilaku ainsley.

sedangkan pengawal dan pelayan yang mengikuti mereka juga menahan tawa.

ainsley malu, ia menyembunyikan kepalannya di ceruk leher ayahnya.

"aku ingin makan ayah" ucap ainsley.

"baiklah ayo kita keruang makan"

lalu mereka menuju ruang makan.

saat disana mereka sudah di sungguhi makanan mewah seperti biasanya.

dan ainsley tertidur dengan perut yang kenyang dan hari yg melelahkan.


*****

AINSLEY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang