12 : Murka

16.5K 1.1K 10
                                    

"Mau berhenti atau nggak?" Napas Gianna tak teratur karena emosi yang sudah meluap. "Mau berhenti atau nggak?!"

Pasalnya Izhar baru saja keluar kamar mandi dan istrinya langsung mengeluarkan pertanyaan tersebut dengan nada yang membentak. Ia sedikit heran, pintu kamar tertutup rapat, Zein tak berada di dalam kamar, itu berarti anaknya sendirian di luar.

"Apa maksud kamu?"

"Mau berhenti selingkuh atau nggak?" ulang Gianna, penuh penekanan.

"Udah berhenti, Gi, Mas udah nggak ada hubungannya sama Devira. Itu juga udah Mas sampaikan ke ayahnya," jelas Izhar, "udah, dong, Mas capek berantem. Dan hal itu-itu aja yang diributin."

Gianna menarik kerah baju Izhar, setan di kepalanya terus berteriak untuk segera memusnahkan pria itu. Sebelumnya ia bisa berperilaku santai, bahkan setelah melihat suaminya memeluk perempuan lain, responsnya masih bisa diatur oleh hati dan otak.

Akan tetapi, saat mendengar Izhar berani membawa perempuan lain ke rumah mertua, meskipun tak sampai bertemu dengan ibu mertuanya, emosi Gianna menjadi tak tertahankan. Baru sampai di depan rumah, bagaimana jika tidak ketahuan, mungkin sekarang Izhar dengan tanpa perasaan mengenalkan Devira kepada Susanti.

"Gi, kenapa harus kasar kayak gini?" Izhar mencoba melepaskan jeratan sang istri, "kita bisa omongin semuanya baik-baik."

"Percuma!" Gianna menyentakkan tangannya sangat kuat, hingga Izhar hampir tersungkur. "Kasih tahu aku sekarang, kenapa bisa kamu mendua?"

Izhar menyentuh kedua bahu istrinya, berusaha menenangkan. "Sayang, tolong jangan marah-marah gi-"

"JAWAB!"

Seketika Izhar merasakan tubuhnya menegang seketika, mata Gianna benar-benar mengintimidasi, seakan jika terus diam, Izhar akan dikubur hidup-hidup.

"Jangan kayak gini, Gi. Mas beneran udah tobat," pelasnya.

"Jawab," tekannya, "ada yang kurang di aku? Jujur, Mas. Kalau bisa diperbaiki, aku bisa perbaiki. Tapi kalau beneran nggak bisa, aku lepasin kamu, silakan balikan dengan Devira."

Untuk pertama kalinya selama masalah ini datang dalam pernikahan mereka, akhirnya Izhar melihat istrinya menitihkan air mata. Ia ingin meraih wajah itu dan membawa ke pelukan, tetapi tangannya ditepis dengan kasar.

"Jawab..., " lirih Gianna.

Izhar menghela napas frustrasi, sejujurnya ia sama sekali tak ingin memperpanjang masalah ini, tetapi melihat Gianna benar-benar terluka, membuatnya mau tak mau harus buka mulut dan memberikan kejujuran.

"Mas capek, setiap terima gaji kamu pasti minta semuanya. Kalau nggak dikasih, kamu pasti bakal ungkit kalau pekerjaan itu didapat dari abang kamu, Bang Gavin," jelas Izhar, "biar bagaimanapun Mas punya batas kesabaran."

Gianna menghapus air matanya. "Kenapa nggak ngomong langsung ke aku? Kenapa harus selingkuh?"

Izhar menelan ludah susah payah. "Mas cuma butuh hiburan," ungkapnya, "Mas akui hanya ingin dipuji, dan Devira selalu lihat Mas seakan di atas segalanya, bisa melakukan apapun, nggak punya kekurangan dan cela."

"Itu karena dia nggak tahu kalau kamu pelit, banyak cicilan," ketus Gianna.

"Iya, Mas akui semua itu. Tapi apa pernah, Mas nggak turuti apa mau kamu?"

Gianna menatap tajam. "Banyak. Salah satunya yang kamu lakukan sekarang, aku pernah bilang jangan pernah bikin aku nangis. Tapi sekarang...."

Izhar akui dirinya benar-benar salah, itu mengapa ketika melihat Gianna kembali meneteskan air mata, tangannya segera terangkat dan ingin memeluk. Namun, lagi-lagi mendapatkan penolakan. Wanita itu malah menatap jijik padanya.

"Jadi, dari semua ceritamu, kamu bilang salahku sampai kamu bisa selingkuh?" Gianna mundur selangkah ketika Izhar mencoba mendekatinya. "Jawab, Har."

"Bukan itu maksud Mas, Gi."

Gianna menggeleng cepat. "Itu tersirat jelas, kamu lebih nyaman sama Devira. Gitu, kan, Har?" Meskipun sekuat tenaga bertahan menghadapi kenyataan, nyatanya emosinya meluap juga.

Izhar hanya bisa diam, tak berkata-kata. Gianna melangkah mendekati pria itu, sedetik pun tak berkedip hanya untuk menatap lamat-lamat dan menyimpan dengan jelas di kepala, bagaimana Izhar yang sekarang tak berkutik.

"Kalau aku salah, menyinggung perasaan, harusnya kamu tegur," ujarnya.

"Mas pikir, kamu udah cukup dewasa buat renungi sendiri apa salah kamu," Izhar sadar, tak seharusnya membela diri. Di sini dirinya terdakwa dan korban adalah sang istri. Namun, egonya berkata sendiri, tak ingin terus disalahkan, "nggak perlu Mas tegur, kamu harusnya sadar diri."

Detik itu pula Gianna tahu bahwa bukan hanya dirinya yang memiliki harga diri tinggi, tetapi suaminya pun sama. "Oke, aku yang salah!" raungnya, "sekarang semua udah jelas, aku juga cukup sadar diri. Posisi aku udah terganti, atau memang sejak awal nggak pernah ada aku di hati kamu."

"Nggak gitu, Gi," Izhar hendak mendekati istrinya, tetapi Gianna lebih dulu keluar kamar.

Saat pintu terbuka, Izhar melihat ibunya berdiri mematung di sana dengan wajah kecewa. Detik kemudian wanita yang melahirkannya itu meneteskan air mata. Ya, malam ini Izhar telah menyakiti dua perempuan sekaligus.

**

Pikiran Gianna benar-benar kacau, setelah pertengkaran kemarin malam dengan Izhar, dirinya memilih tidur di kamar tamu bersama ibu mertua. Ya, bukannya membela anak sendiri, rupanya Susanti lebih perhatian pada Gianna.

Ini berkat cerita masa lalu, di mana Susanti pun pernah berada di posisi yang sama dengan Gianna. Bahkan katanya, hingga ayah dari Izhar meninggal dunia, Susanti benar-benar mati rasa dan malah tersenyum senang melihat pria itu terbujur kaku di atas ranjang.

Gianna pernah tanya, berapa lama bertahan dengan tukang selingkuh, jawabannya adalah dua puluh tahun. Selama itu pula Susanti menjalani hidup hanya untuk anak, tak pernah mencoba memperbaiki hubungan rumah tangga bersama suami, sebab benar-benar mati rasa karena telah ketahuan untuk yang kesekian kalinya.

Dering notifikasi dari ponsel menyita perhatian Gianna. Ia meletakkan secangkir kopi di atas meja kerjanya, kemudian beralih pada gawai.

Pak Emir : Aku putuskan buat nikahin anakku dengan laki-laki lain, siapa tahu dia bisa sembuh.

Gianna tersedak ludahnya sendiri, saat membaca pesan yang baru saja dikirimkan tersebut. Ini adalah berita panas, akan berekspresi apa Izhar saat mengetahui hal ini? Gianna sangat penasaran.

"Lakinya baik, kan, Mas? Jangan salah pilih," balas Gianna.

Pak Emir : Baik, anaknya temanku, udah lama suka sama Devira.

Gianna membulatkan bibir, mulai mengetikkan balasan. Namun, pesan yang baru saja masuk membuatnya tercengang, tetapi beberapa detik kemudian tertawa senang.

Flora : Heboh woi, ibu-ibu komplek tadi pagi gosipin Devira di gerobak sayur. Katanya digrebek sama istri sah pacarnya. Hahahaha....

Tentu saja Gianna senang mendengarkan kabar tersebut. Pantas saja wacana menikahkan terkesan sangat tiba-tiba, apakah karena menghindari omongan tetangga, atau memang untuk membuat Devira lupa pada masalah?

"Hmm... menarik untuk diikuti," Gianna tersenyum senang, "ini baru permulaan, salah lo bikin gue nangis semalam."

**

Hellooo

Guys, aku dataaaang

Balas Dendam Istri Sah (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang