6 : Hubungan Mati Rasa

22.9K 1.5K 10
                                    

"Nggak usah ditungguin, kamu tidur aja duluan," tegur Gianna pada sang suami yang tengah duduk di teras rumah, "kasihan Zein tidur sendirian."

Sudah empat hari bekerja, nyatanya Izhar masih saja seperti ini, menunggunya pulang ke rumah. Padahal, tak perlu seperti itu, sebab itu tidak akan membuat Gianna luluh sedikit pun.

"Gimana ketemu dokternya?" tanyanya pada sang suami.

Izhar membuka pintu rumah. "Kata dokter nggak ada masalah."

Alis Gianna terangkat. "Yakin? Atau akal-akalan kamu aja?" cemoohnya.

Bibir pria itu menjadi segaris lurus. "Yakin, aku punya hasil tes kesehatan, ada cap rumah sakit dan tanda tangan dokter. Kamu masih nggak percaya meskipun lihat hasilnya?"

Gianna mengedikkan bahu, kemudian masuk ke dalam rumah. Jujur, malam ini ia sedang malas berdebat, sebab sangat ingin menuju alam mimpi. Namun, sebelum itu akan dipikirkannya langkah selanjutnya.

"Ngomong-ngomong, pacarmu udah hubungi kamu?" Gianna berbalik dan menatap suaminya yang baru selesai mengunci pintu.

Izhar membuang pandangan. "Mas nggak mau bertengkar," ucapnya, penuh penekanan.

"Sama, aku juga nggak mau. Cuma nanya doang, Har. Aelah, gitu doang marah. Lihat aku, dua bulan dibodohi, nggak pernah buang muka kek kamu sekarang." Gianna mengejek.

Sebenarnya ia tak ingin melakukan itu, tetapi entah kenapa Gianna malah keceplosan, mulutnya tak bisa ditahan untuk tidak menjatuhkan Izhar. Berada di depan pria itu malah membuatnya semakin berdosa. Namun, sekali lagi, mulutnya ini tidak ingin berhenti.

"Temui dia, kasih tahu kejelasan hubungan kalian. Jangan sampai dia merasa digantung, dan akhirnya gantung diri." Gianna merinding saat mengatakan itu. "Anak zaman sekarang suka gitu, kan. Pikirannya pendek, gengsinya gede."

Izhar tak mampu membalas setiap kata yang dikeluarkan sang istri. Memang benar ia menggantung hubungannya dengan Devira, sampai saat ini belum ada niat untuk menemui dan mengakui kesalahan, sebab tak ingin hubungannya dengan Gianna semakin memburuk.

"Tapi kayaknya, kalau kamu ketemu dia, malah kamu yang bakal mati aku gantung," imbuh Gianna dengan mata yang menatap tajam ke arah sang suami, "jadi, dia atau aku?"

"Kamu, sejak awal emang cuma kamu, Gi." Izhar membalas tanpa beban.

"Terus, kenapa bisa kamu berpaling? Mencoba itu cukup sehari atau dua hari, kalau dua bulan, namanya doyan."

"Kamu kelihatan capek," Izhar mendekat ke istrinya, "istirahat dulu." Membelai rambut itu.

Harus ia akui, meskipun sudah seharian berada di tempat kerja, wajah istrinya itu masih terlihat sangat cantik tanpa cela. Izhar tak tahu, setan apa yang merasukinya saat bermain-main di luar sana dengan perempuan lain.

"Kalau udah bosan, bilang. Aku bisa ninggalin semuanya ke kamu, kecuali Zein," ketus Gianna, kemudian menurunkan tangan Izhar yang masih setia membelai rambutnya.

Izhar menghela napas berat. "Mau nunggu Mas bosan?" ia tertawa miris, "kamu bakalan nunggu seumur hidup."

**

Bullshit

Itulah kata yang terucap lantang kala mendengarkan kata-kata manis yang keluar dari mulut Izhar. Baru kali ini Gianna benar-benar mati rasa, apapun yang pria itu lakukan padanya, hanya ia jadikan hal tak berarti.

Anehnya, sudah tahu bahwa Gianna datar terhadap perlakuan Izhar, suaminya malah tetap memilih untuk bertahan. Apakah karena tak sanggup bayar cicilan rumah dan mobil?

Balas Dendam Istri Sah (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang