6

1.5K 123 5
                                    

"Unnie, kamu baik-baik saja?" Rosé bertanya dengan prihatin, melihat saudara perempuannya dalam keheningan total selama perjalanan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Unnie, kamu baik-baik saja?" Rosé bertanya dengan prihatin, melihat saudara perempuannya dalam keheningan total selama perjalanan pulang.

Jennie hanya tersenyum samar menjawab pertanyaan Rosé, dia berjalan ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah mereka sampai di rumah.

"Sesuatu terjadi? Apakah kamu ingin bercerita padaku?" Rosé bertanya kembali sambil mengikuti Jennie ke kamarnya, dia duduk di tepi tempat tidur mengamati saudara perempuannya.

Biasanya, selalu Jennie yang membuatnya merasa lebih baik ketika ada sesuatu yang tidak beres. Sekarang, gilirannya untuk memberitahu saudara perempuannya bahwa dia tidak sendirian.
"Sejak kita tiba, kamu banyak diam, bahkan Unnie mengabaikan panggilan Tita di ruang makan"

"Aku baik-baik saja dan aku tidak lapar"

"Beri aku alasan yang lebih masuk akal" gadis berambut pirang itu menjawab ketika dia melihat keadaan enggan kakaknya. "Apakah itu ada hubungannya dengan Limario?"

"Aku tidak ingin membicarakannya" Jennie mengaku, menggosok wajahnya frustasi. "Aku hanya bingung, kepalaku berantakan sekarang, aku tidak tahu harus berbuat apa"

"Apa? Kenapa? Kalian baik-baik saja saat aku meninggalkan kalian berdua"

"Aku tidak suka laki-laki, kamu tahu itu, kan" Rosé mengangguk. "Dan Limario laki-laki"

"Jadi?"

"Aku pikir, aku tertarik padanya" Jennie mengaku dengan pipi memerah. "Tapi itu seharusnya tidak terjadi, aku telah berulangkali mengatakan pada diriku sendiri bahwa pria itu mengerikan, mungkin tidak semua, tapi kebanyakan dari mereka"

"Okee...?"

"Dan lagi Limario itu gay" Jennie berbisik berusaha menahan tangisannya. "Ya Tuhan, bertapa menyedihkannya aku"

"Apakah kamu menangis karena Limario gay atau karena kamu menyukainya?"

Jennie tidak menjawab, dia hanya menangis dengan wajah terkubur di bantal.

"Oh, Unnie..." Rosé mengusap bahu kakaknya dengan prihatin.

"Aku bersumpah aku tidak tahu apa yang salah denganku. Maksudku, aku baru bertemu dengannya hari ini tidak mungkin aku langsung menyukainya, bukan"

"Hanya saja, aku tidak bisa menahan detak jantungku yang begitu cepat setiap kali aku berada di dekatnya. Aku merasa jatungku akan melompat keluar dari dadaku" tambah Jennie menggeliat dengan frustasi di tempat tidurnya.

"Aku pikir Unnie hanya sekedar tertarik padanya. Perasaan itu akan segera hilang dengan sendirinya"

"Apa menurutmu begitu?" Jennie merasa sedikit lega. "Aku merasa mengkhianati diriku sendiri karena menyukai laki-laki"

"Sudah kubilang cepat atau lambat itu akan terjadi, aku tahu bahwa suatu hari nanti laki-laki yang sempurna untukmu akan datang ke dalam hidupmu" kata Rosé membelai punggung saudara perempuannya.
"Aku akan memberimu beberapa nasehat. Jika Limario adalah pria yang kamu sukai, maka perjuangkan dia, perjuangkan cintanya"

You Are Not a Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang