11. Semakin menjadi

249 50 2
                                    


.
.
.
.
.
Sudah hampir sebulan sejak Candra mengetahui jika monster dalam tubuhnya kembali berkembang, hal itu membuat pemuda tinggi manis itu beberapa kali jatuh sakit. Seperti saat ini, Candra harus tetap berangkat ke kampus untuk sidang meskipun tubuhnya demam.

Chaka yang mengetahui itu sama sekali tidak meninggalkan Candra sedikitpun, beruntung saat ini dia tidak memiliki kelas. Teman-teman nya yang lain akan menyusul setelah kelas mereka selesai, termasuk Jojo yang sedang menyiapkan anak ukm dance untuk lomba.

"Can, ada yang sakit?" Candra menggeleng saat Chaka mengelus pundak nya.

"Kalau ada yang sakit bilang ya." Candra mengulas senyum.

"Iya mas, maaf aku jadi ngerepotin mas Chaka."

"Kamu gak pernah ngerepotin aku Can, sejak aku kenal kamu, aku udah nganggep kamu kayak adik ku sendiri. Sekarang ditambah aku pacarnya Lintang." Candra tertawa kecil, kehadiran Chaka sedikit membuat dia lupa akan rasa sakit yang sebenarnya tengah dia rasakan.

"Mas, tunggu sini sebentar ya, udah giliran ku." Chaka mengangguk dan memberi semangat untuk Candra.

"Jangan gugup, aku tau kamu pandai Can, kamu pasti bisa lulus."
.
.
.
.
.
Berita kelulusan Candra membuat banyak fans Jojo geram, karena itu semakin membuat Jojo bebas bersama dengan Candra. Mereka marah saat melihat Jojo menghampiri dan memeluk Candra si hadapan banyak orang, bahkan sepertinya tidak ada satu pun anak FMIPA yang keberatan.

Candra sebenarnya tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi bagaima lagi jika yang tengah memeluknya adalah Jojo. Mahasiswa pujaan seluruh penghuni kampus, dan yang pasti Jojo kekasihnya.

"Mas, lepasin. Kita di liatin banyak orang." Jojo akhirnya memilih melepaskan pelukannya, takut jika Candra akan merajuk nantinya.

"Habis ini tungguin mas ya, mas masih ada satu kelas lagi. Gimana?" Candra hanya diam.

"Atau kamu mau pulang sama Riga atau Fatih dulu?" Candra menggeleng.

"Mas Riga sama mas Fatih juga masih ada kelas. Aku tunggu mas Jojo di kantin aja kayak biasanya." Jojo mengangguk dan mengelus kepala Candra.

"Ya udah sana sekarang kamu ke kantin, udah santai kan gak perlu pusing sama skripsian lagi." Candra mengulas senyum.

"Iya mas, makasih udah nemenin aku."

Jojo ingin sekali menikahi Candra saat ini, hanya saja pemuda manis itu pasti menolak. Apa lagi Jojo belum lulus, masih bertahan di semester empat.

"Inget ya yang, jangan kemana-mana. Tungguin mas di kantin, nanti pulang nya mas beliin thai tea." Candra lagi-lagi mengangguk.

"Iya mas, sana mas balik ke gedung teknik, mau ada kelas kan." Jojo menyempatkan diri mengecup pipi Candra, hal itu membuat Candra merona malu.

"Mas Jojo!"
.
.
.
.
.
Brak

Cklek

Candra mengernyit kesakitan saat lengannya membentur dinding, pemuda manis itu menatap ke depan, pada segerombolan mahasiswa dan mahasiswi yang tengah menatap tajam ke arahnya.

"Kalian mau apa?" Candra mencoba mengabaikan rasa sakit di pundak dan juga punggung nya.

"Wah wah...jalang ini kayaknya gak bisa di kasih tau." Seorang pemuda berjalan mendekati Candra dan mencengkeram dagu Candra.

"Lo ngerasa tinggi ya karena udah lulus dan jadi pacarnya Joshua?!" Candra hanya diam, dia tidak ingin menggunakan kekerasan saat ini.

"Bukannya saat itu gue udah ingetin lo buat pergi dari sisi Joshua? Lo tuli atau bego?!" Candra memberanikan diri menatap datar pada pemuda di hadapannya itu.

"Memang kamu siapa nyuruh saya pergi dari sisi Joshua?" Mereka yang ada di sana terkejut mendengar suara datar dan dingin Candra, bahkan beberapa diantara mereka memilih mundur karena takut.

"G-gue calon suaminya Joshua!! Joshua bahkan sudah kenalin gue ke orang tua nya!!" Candra masih diam dan menatap datar, bahkan beberapa kali netra Candra terlihat menatap ke arah langit-langit ruangan.

"Kamu di kenalin ke orang tua Joshua?" Candra menepis tangan pemuda dihadapannya itu dari wajahnya.

"Y-ya! Joshua bahkan bawa gue ke rumah nya! Lo pasti gak pernah tau rumah Joshua kan?!" Candra tertawa sinis saat mendengar hal itu.

"Sigit Rahardian, mahasiswa teknik mesin semester tiga." Pemuda di hadapan Candra itu terkejut saat mendengar ucapan Candra, dia dan teman-teman nya terkejut saat mengetahui jika Candra tau tentang dirinya.

"Kalau kamu suka sama Joshua, silakan deketin dia! Saya tidak akan melarang kamu mendekati dia, tapi saya tidak janji jika Joshua akan melirik kamu." Sigit melangkah mundur saat Candra melangkah maju, entah kenapa saat ini mereka melihat Candra berbeda.

"Jika kamu, ah kalian ingin melakukan bullying lebih baik cari tempat yang tidak terpasang cctv." Candra mendongak, hal itu membuat Sigit dan teman-teman nya ikut mendongak.

"Sialan!" Candra menepuk pundak Sigit saat mendengar umpatan pemuda itu.

"Saya tidak suka di usik dan diganggu, maka dari itu jangan memulai hal yang mungkin akan kalian sesali. Karena saya adalah orang yang akan membalas dua kali lipat lebih kejam pada orang yang membuat saya marah." Candra menyingkirkan Sigit dari hadapannya dan melangkah maju.

"Ah satu lagi, saya diam selama ini hanya karena saya sedang sibuk menyelesaikan skripsi. Tapi sekarang saya sudah lulus, jadi jangan harap saya akan diam saja saat diganggu. Dan Sigit, kamu bilang jika Joshua pernah membawa kamu ke rumah nya dan mengenalkan kamu pada orang tua nya bukan?" Tanpa sadar Sigit mengangguk kecil.

"Dan seharusnya kamu tahu jika rumah yang kami datangi saat itu adalah rumah Joshua, saya dan Joshua tinggal dalam satu rumah, bersama adik-adik kami." Setelah mengatakan itu Candra berlalu pergi, meninggalkan Sigit dan beberapa temannya mematung.

"Sialan! Berani banget dia ngancem gue!"
.
.
.
.
.
Candra mendesis kesakitan di dalam mobil, beruntung tadi Jojo sempat memberikan kunci mobilnya. Candra tau jika benturan pada pundaknya tadi juga membuat sakit di punggung nya kembali terasa, kali ini bahkan tidak hilang meskipun Candra sudah meminum obatnya.

"Ssshhh...sa-sakit ..." Candra ingin menghubungi Jojo dan mengadu tapi Candra ingat jika kekasihnya itu sedang ada kelas.

Candra menghembuskan nafasnya beberapa kali, mencoba meneralkan rasa sakitnya. Dia masih harus menunggu Jojo selama satu jam , Candra memutuskan memejamkan matanya. Mungkin dengan dirinya tidur bisa membuat rasa sakitnya sedikit menghilang.

Tok

Tok

Tok

Candra menoleh saat jendela mobilnya di ketuk, pemuda itu menghela nafas lega saat melihat Jojo disana. Candra segera membuka kunci mobil agar Jojo bisa masuk.

"M-mas Jojo udah selesai?" Jojo yang baru saja masuk kedalam mobil mengangguk.

"Cuma nyerahin tugas aja, mau langsung pulang yang?" Jojo masih belum menoleh pada Candra dan sibuk merapikan tasnya.

"Mas Jojo."

"Hm?"

"Pulang ya mas, punggung ku sakit." Mendengar itu Jojo dengan cepat menoleh pada Candra, dan baru melihat wajah pucat Candra.

"Ya tuhan yang, sejak kapan sakitnya?" Candra mendesis saat tangan Jojo menyentuh pundaknya.

"Tadi, gak sengaja kebentur tembok." Jojo terlihat khawatir saat ini.

"Kita langsung pulang ya, nanti di rumah mas elusin punggung nya." Candra hanya bisa mengangguk dan membiarkan Jojo menurunkan sandaran kursinya.

"Yang, tahan ya. Nanti kalau mas terlalu kenceng dan buat punggung kamu sakit, kamu bilang ya?" Candra kembali mengangguk.

"Iya mas, mas gak perlu panik."

"Pokoknya dari rumah nanti kamu harus istirahat, gak usah masak. Nanti kita pesen aja!"
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang