.
.
.
.
.
Alta hanya bisa mengelus punggung Candra pelan, putra sulung nya itu sudah terlelap namun beberapa kali masih terdengar rintihan pelan dari bibir Candra. Alta tidak akan pernah tega sampai kapan pun jika melihat putra nya kesakitan seperti ini."Ta, istirahat ya, biar aku yang elusin punggung Candra." Alta menatap Ares dengan mata berkaca-kaca.
"Besok bujuk Candra buat ke rumah sakit mas, aku gak tega kalau lihat dia gini." Ares hanya mengangguk. Beruntung Candra ada di kamar mereka saat ini, lebih tepatnya karena Alta yang meminta.
"Kamu tiduran aja Ta, Candra udah gak papa kan. Papa sama ayah ada di bawah, ada Rion sama Igel juga." Alta mengangguk mengiyakan.
"Aku takut mas." Ares memeluk tubuh Alta.
"Kita berdoa semoga semua baik-baik aja ya Ta." Alta balas memeluk Ares, menyandarkan kepalanya pada dada Ares.
"Eungh.." Alta dan Ares sontak menoleh dan segera mengelus tangan Candra.
"Acan." Alta memanggil Candra pelan saat melihat mata sang putra terbuka perlahan.
"I-ibun." Alta mengulas senyum saat Candra memanggilnya.
"Iya nak?" Candra tidak menjawab dan hanya menggenggam tangan Alta.
"Masih sakit nak?" Candra mengangguk kecil saat Ares bertanya.
"Candra gak apa bun, nda. Udah gak sesakit tadi pagi." Keduanya mengangguk.
"Iya, ibun tau nak. Makan ya? Biar ibun ambilin?" Candra justru menggeleng.
"Gak mau, nanti aja. Belum laper." Alta dan Ares menghela nafas panjang.
"Kamu dari pagi belum makan loh mas, masa gak laper sih?" Candra menggeleng.
"Makan ya mas, mau makan apa deh, biar ibun sama yanda beliin?" Candra mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Apa aja?" Alta dan Ares langsung mengangguk tanpa berfikir.
"Candra pingin sup sebenernya bun, boleh?" Alta dan Ares mengulas senyum dan mengangguk.
"Boleh, ibun masakin sebentar ya." Candra mengangguk, memang hanya Alta yang tau sup seperti apa yang diinginkan Candra saat ini.
"Yanda." Ares beralih menatap Candra.
"Hm?"
"Mau peluk, boleh?" Ares langsung ikut merebahkan dirinya dan memeluk tubuh Candra.
"Kangen sama yanda." Ares mengulas senyum.
"Yanda juga kangen sama mas, maafin yanda ya mas. Bukannya yanda sengaja gak kasih tau mas, tapi waktu yanda telpon Lintang buat kasih kabar, kata Lintang kamu tidur di mobil capek habis jalan-jalan sama Lintang, sama Chaka juga." Candra terdiam, seingatnya hanya satu kali dia tertidur di mobil saat bersama Chaka, itu saat hasil pemeriksaannya keluar.
"Tapi kenapa gak kasih tau Candra setelahnya? Candra kesel tau nda, tau kabar itu dari eyang, mana Candra di bilang ngerepotin ibun sama yanda." Ares terdiam, sebenarnya tidak susah memancing Candra untuk bercerita, hanya perlu sabar.
"Eyang Rumi?" Candra menggelengkan kepalanya.
"Candra gak tau, beliau cuma bilang kalau pergi nya Jeje itu semua salah Candra. Mana waktu Candra telpon om Leo, Candra di bentak!" Ares mengerjap, Leo membentak Candra? Mungkinkah?
"Om Leo bentak kamu?" Candra mengangguk sebelum kembali menyembunyikan wajah di lengan Ares.
"Salah Candra sih nda, Candra telpon jam dua pagi. Om Leo pasti udah tidur, tapi Candra kaget." Ares hanya bisa tertawa pelan, sudah dia duga pasti ada alasan yang membuat Leo membentak Candra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Bulan
أدب الهواةCandra yang baru mengenal lingkungan kampusnya, dengan Jojo yang selalu berada di sekitarnya. Hubungan manis keduanya membuat banyak sekali fans Jojo iri. Candra memang terlihat tidak peduli dengan segala hal yang mulai mencoba mendorongnya menjauh...