14. Demam

280 51 2
                                    


.
.
.
.
.
Jojo mengepalkan tangannya erat, dirinya merasa bersalah saat mendengar dari Chaka jika beberapa fans nya sempat merundung Candra. Bukan hanya Jojo yang kesal, namun Lintang juga kesal. Jika saja tidak ingat kondisi Candra yang sedang tidak baik saat ini, Lintang pasti sudah mencari orang-orang itu dan menghajarnya.

"Candra ngelarang aku buat bilang ke kalian." Baik Jojo atau pun Lintang dan Regi hanya bisa menghela nafas.

"Cewe ya yang ngebully mas?" Chaka mengangguk.

"Pantesan, lo tau siapa mereka Chak?" Lintang mengepalkan tangannya saat Chaka mengangguk.

"Kina?" Chaka dan Jojo langsung menatap Lintang terkejut, terutama saat Lintang menyebut nama Kina.

"Kamu tau Tang?" Lintang justru berdecak kesal.

"Tang, Kina Kina itu yang selama ini selalu ngejailin kamu kan?" Jojo mengernyit mendengar pertanyaan Regi, terutama saat Lintang mengangguk.

"Maksud kalian apa?"

"Beberapa bulan ini ada yang selalu ngejahilin Lintang bang, mulai dari ngacak-ngacak loker sampai coret-coret mobil yang di bawa Lintang." Jojo dan Chaka langsung menatap Lintang dan di balas anggukan oleh pemuda itu.

"Awalnya aku kira cuma iseng karena aku anak baru bang, tapi makin lama makin jadi, bahkan sampai beberapa kali. Seminggu ini aku, Regi sama Alan nyari pelakunya, karena capek juga tiap pulang kuliah harus ke tempat cuci mobil. Dan ya dari cctv kampus, kita nemuin satu orang yang ngakunya di bayar sama cewe namanya Kina dari kampus B." Jojo mengepalkan tangannya kesal, terutama saat mengetahui ternyata bukan hanya Candra yang di ganggu tapi Lintang juga.

"Cewe sialan, lepas dari Ratih sekarang Kina!" Regi langsung memberi tanda agar tidak berteriak pada Jojo, karena bagaimana pun mereka masih berada di kamar Candra.

"Sabar bang, kita pikirin masalah cewe itu nanti. Sekarang kita fokus ke mas Candra aja dulu, ini pertama kalinya mas Candra pingsan setelah di nyatakan sembuh. Aku takut." Lintang langsung menepuk pundak Regi.

"Sebenarnya bukan yang pertama kali, Candra pernah pingsan di kampus sebelumnya. Sehabis acara seminar di FMIPA, tapi kata dokter Candra cuma kecapekan."

"Tapi apapun itu, aku tetep takut bang. Inget kan kata dokter Rifki, kalau mas Candra harus bener-bener jaga kesehatan karena masih dalam pantauan dokter sampai tahun depan. Tapi akhir-akhir ini mas Candra sering banget sakit."

"Kita cuma bisa berharap semua baik-baik aja Gi, jangan mikirin yang aneh-aneh." Lintang menatap Chaka lekat sebelum memilih keluar dari kamar Candra.

"Mau kemana Tang?" Lintang menunjukan ponselnya pada Jojo.

"Telpon yanda bang, sebentar aja."
.
.
.
.
.
Candra menolak menemui Jojo, bahkan pemuda itu mengunci pintu kamarnya setelah meminta Jojo keluar.

Sedangkan diluar, Jojo sudah uring-uringan. Pemuda tinggi itu hampir saja menggebrak pintu kamarnya jika dia tidak ingat bahwa Candra takut gebrakan.

"Biarin mas Candra sendiri dulu bang, mas Candra pasti perlu waktu buat balikin mood nya." Jojo menghela nafas saat Lintang mengatakan itu.

"Tapi gue khawatir Lin, Candra gak pernah kayak gini sebelumnya kan?" Lintang mengulas senyum tipis.

"Bukan gak pernah bang, tapi abang yang belum pernah ngelihat mas Candra kayak gini." Jojo mengernyit.

"Mas Candra bakal ngurung diri kalau dia bener-bener badmood bang, soalnya mas Candra takut bakal nyakitin orang lain kalau dia buka suara." Jojo kembali menghela nafas.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang