29. Satu hal lagi

354 53 8
                                    


.
.
.
.
.
Azka dan Rehan memutuskan menetap di pare, tinggal di rumah Damar dan Angga. Mereka ingin memastikan jika Candra akan baik-baik saja, meskipun sebenarnya mereka sendiri tidak bisa menjamin hal itu.

Candra bertindak biasa, tidak pernah menunjukan kesakitannya pada penghuni rumah bintang. Namun berbeda jika sudah bersama Lintang atau Chaka, Candra tidak akan segan untuk mengeluh. Ya, hanya pada mereka berdua, karena Candra sudah berjanji. Bahkan pada Jojo pun Candra tidak melakukan itu, Candra masih tetap pada keputusan nya untuk berpisah dengan Jojo.

"Ndra." Candra yang sedang duduk diam di balkon dengan teleskop di hadapannya segera menoleh.

"Kenapa mas?" Jojo menghela nafas dan duduk di sebelah Candra.

"Setelah ini aku harus gimana?" Candra mengernyit bingung.

"Gimana apa nya?" Jojo mendongak dan menatap langit berbintang.

"Aku gak bisa gini terus Ndra, hati ku nolak buat ngelepas kamu." Candra mengulas senyum tipis.

"Mas, mas tau sendiri sekarang aku gimana. Aku gak mau mas kerepotan karena punya pacar orang penyakitan kayak aku." Jojo menggigit bibir bawahnya.

"Tapi gak gini Ndra, kita masih bisa berjuang. Om Azka, opa Damar sama opa Angga pasti bantu kamu buat berjuang sembuh." Candra menggeleng kecil.

"Aku capek mas." Jojo terdiam saat mendengar jawaban Candra.

"Ndra–"

"Aku capek harus ngerepotin banyak orang, aku capek bikin mereka semua nangis, aku gak suka. Aku capek tiap kali aku harus liat yanda, ibun, papa, ayah sama Lintang nangis. Aku gak suka liat kalian sedih, aku gak masalah kalau aku harus kesakitan mas, aku gak masalah kalau aku harus minum banyak obat, tapi aku gak suka kalau liat kalian sedih, itu jauh lebih bikin aku sakit." Jojo menarik tubuh Candra ke dalam pelukannya.

"Kalau gitu ayo berjuang Ndra, biarin aku terus ada di sisi kamu sekarang, biarin aku jadi salah satu yang nemenin kamu berjuang buat sembuh lagi." Candra membalas pelukan Jojo erat.

"Aku memang bakal berjuang mas, tapi janji sama aku ya. Kalau suatu saat nanti aku capek, ijinin aku berhenti. Dan kalau saat itu tiba, mas harus cari orang lain yang bisa bikin mas bahagia." Jojo meneteskan air matanya saat mendengar ucapan Candra itu.

"Gimana bisa aku bahagia kalau gak sama kamu Ndra?" Candra melepaskan pelukan Jojo dan menatap lekat wajah tampan pemuda tinggi itu.

"Mas harus janji, dengan itu aku mau biarin mas ada di sisi ku." Dengan terpaksa Jojo akhirnya mengangguk.

"Kalau nanti mas ngerasa repot sama aku, dan mau cari yang lain tolong jangan sama Sigit ya mas, dia ngeselin. Sama Verel aja." Jojo tidak menjawab apapun untuk itu.

"Jangan pikirin itu dulu, yang penting sekarang aku mau nemenin kamu berjuang."
.
.
.
.
.
Kekhawatiran Alta dan Ares kali ini bukan lagi tentang penolakan Lintang pada kehamilan Alta, tapi tentang kondisi Candra. Karena mereka tau Lintang akan menerima calon adik nya itu nanti.

"Mas, Candra pasti bisa sembuh kan?" Alta tidak tau kenapa kali ini rasanya jauh menyakitkan saat mengetahui Candra sakit.

"Aku gak bisa jamin apapun Ta, tapi kita berjuang bareng buat Candra ya?" Alta mengangguk dan memeluk tubuh Ares. Kedua nya secara tidak sengaja mendengar obrolan Candra dan Jojo di balkon tadi, hal itu berhasil membuat keduanya merasa sakit.

"Ayo kebawah Ta." Alta hanya menurut saat Ares membawanya ke lantai satu.

Di lantai satu, Alta bisa melihat adik-adiknya sedang duduk diam sambil sesekali menanyakan sesuatu pada Lintang, Chaka juga Regi.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang