04. Cemburu

358 60 7
                                    


.
.
.
.
.
Jojo, Lintang dan Regi terkejut saat menemukan orang tua mereka saat membuka pintu. Mereka tidak menduga jika akan mendapat kunjungan seperti ini, terutama saat ini Candra sedang tidak baik-baik saja.

"Yanda, Ibun." Lintang langsung memeluk tubuh kedua orang tuanya sebentar, sebelum beralih memeluk Igel dan Rion.

"Papa, ayah." Rion tersenyum saat mendapat pelukan dari Lintang.

"Mas mana dek?" Lintang langsung mengepalkan tangannya, hal itu tidak luput dari perhatian Rius, Alta dan Ares.

"Mas Candra di kamar bun, mas sakit." Alden mengernyit.

"Tapi tadi waktu kalian video call sama om, Candra masih keliatan sehat." Lintang menggeleng.

"Mas Candra ngeluh punggungnya sakit lagi dari siang." mendengar itu kekhawatiran langsung terlihat di wajah penghuni rumah bintang.

"Kita lihat Candra dulu ya?" Lintang mengangguk dan membiarkan keempat orang tuanya pergi ke kamar Candra.

"Lintang, kenapa? Ada masalah?" Lintang menatap bingung pada Rius yang bertanya sambil meraih tangannya. Membuka genggaman tangannya.

"Gak ada om, Lintang cuma kesel sama temennya bang Jojo. Eh bukan, marah." Jojo dan Regi tidak memiliki niat untuk melarang Lintang marah dan membela Ratih.

"Ada apa?" Lintang menatap Jojo yang mengangguk.

"Ada temen cewe nya bang Jojo yang ngedorong mas Candra tadi." Hadar dan Alden menatap Jojo, dan Jojo mengangguk.

"Cewe yang ada di sebelah Jojo tadi Gi?" Regi mengangguk, mengiyakan.

"Iya om, yang dandan nya menor itu." Alden menghela nafas kesal.

"Iya iya nanti manda ikut Jojo ke rumah cewe itu." Alden tersenyum senang saat Jojo peka terhadap lirikannya.

"Kamu mau ngapain Den?" Alden menatap Leo, Rius dan Hadar.

"Menyelesaikan masalah ala orang kaya."
.
.
.
.
.
Alta mengelus kepala Candra begitu melihat putra sulung nya itu terlelap, namun ternyata elusan tangan Alta membuat Candra terbangun.

"Ibun?" Alta tersenyum dan mengangguk.

"Iya mas, ini ibun. Ada yang sakit?" Candra mengangguk kecil tangannya meraih tangan Alta dan mendekapnya. Sepertinya putra sulung nya itu belum sadar jika yang ada di hadapannya itu benar-benar sang bunda.

"Sakit ya punggungnya nak?" barulah setelah mendengar suara Rion, Candra kembali membuka matanya, mengerjap beberapa kali sebelum berusaha merubah posisi tidurnya.

"Mas, kalau punggung nya sakit tiduran aja." Candra menatap berkaca-kaca pada keempat orang tuanya.

"Ssttt, jangan nangis. Kenapa nangis mas?" Alta dengan cepat memeluk tubuh Candra, meskipun dirinya harus ikut berbaring. Sedangkan Rion tetap mengelus punggung Candra pelan.

"Kangen." Alta, Rion, Igel dan Ares tersenyum mendengar gumaman Candra.

"Ibun, Yanda, Papa sama Ayah juga kangen sama mas, sama adek juga." Alta berbisik sambil terus menepuk lengan Candra pelan, berharap jika Candra kembali terlelap.

"Udah tidur?" Alta menunduk dan mengangguk, Candra memang sudah kembali terlelap.

"Ayo keluar, kita ngobrol di luar. Biarin Candra istirahat dulu." Ares segera menggiring adik-adiknya keluar kamar.

"Kenapa kalian?" Ares menatap aneh pada Alden juga Rius yang terlihat emosi.

"Marah nih mas, mereka mau nyamperin cewe yang ngedorong Candra tadi." Ares mengernyit, begitu pula Alta.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang