23. Tiba-tiba

303 56 1
                                    


.
.
.
.
.
Pagi ini penghuni rumah bintang sudah panik saat Candra pamit keluar, terutama Alta dan Ares. Tapi Candra sudah mengatakan pada Rion dan Igel jika dia hanya ingin jalan-jalan.

Alta dan Ares tau jika Candra menghindari mereka, mereka menyadari tatapan takut dari putra sulung mereka tadi.

"Semalem Candra tidur di kamar belakang." Ucapan Rion jelas membuat yang lain terkejut.

"Kamar belakang? Tapi kenapa?" Rion menghela nafas panjang.

"Candra nangis disana semalem, dia bilang dia takut dan minta maaf." Jelas saja hal itu membuat Ares merasa bersalah.

"Pasti karena aku ngebentak dia kemarin." Alta hanya bisa mengelus pundak Ares pelan.

"Mas, bli, sementara ini biarin Candra tenang dulu. Kita gak perlu tanya apapun ke dia." Alta dan Ares mengangguk.

"Iya, kita pastikan adia merasa aman dulu."
.
.
.
.
.
"Candra!" Candra langsung mengulas senyum saat menemukan orang yang dia cari tengah duduk di depan gerobak bubur ayam.

"Sini, udah sarapan?" Candra hanya menggeleng.

"Maaf aku minta ketemu om pagi-pagi gini." Candra menatap Reska dengan tatapan bersalah.

"Apaan dah, kan aku udah bilang. Kalau kamu butuh apapun langsung bilang ke aku, termasuk kalau mau ketemu aku." Candra hanya mengangguk.

"Aku pesenin bubur ayam ya?" Candra kembali menggeleng.

"Perut ku lagi gak enak om, gak usah." Reska menatap lekat pada Candra.

"Gak ada ya, sarapan dulu nanti baru aku anterin kemana pun kamu mau. Dikit aja, yang penting ke isi." Candra akhirnya mengangguk kecil.

Siapa yang menyangka jika sosok Reska yang dulu selalu mencari gara-gara dengan dia atau Lintang, justru menjadi sosok yang menyelamatkan hidupnya dan bersedia melakukan apapun untuk mereka.

Reska yang sekarang jauh lebih dewasa, rasa iri yang dulu selalu di besarkan saat ini mungkin hanya tinggal kenangan. Karena Reska tau, jika tanpa Alta dan Ares mungkin dia tidak akan tumbuh seperti sekarang.

"Nih, aku pesenin polosan." Candra menerima mangkuk bubur dari Reska.

"Makasih om." Reska mengelus kepala Candra saat mendengar Candra mengatakan itu.

"Ada masalah Can?" Reska menatap lekat pada Candra hingga dirinya mendapat anggukan.

"Banyak om." Reska kembali tersenyum tipis.

"Mau cerita sama aku?" Candra mengangguk kecil.

"Tapi anterin aku ke surabaya ya om, sekalian mau cerita sama om Rehan." Reska mengangguk tanpa berpikir, baginya saat ini asal Candra cerita lebih dulu.

"Om, Jeje masih sering ke rumah om?" Reska mengangguk.

"Kenapa?" Kali ini Candra menggeleng.

"Gak papa nanya aja."

"Can, cewek itu kayaknya gak terima waktu kamu sebar video itu." Candra mengernyit sebelum akhirnya teringat sesuatu.

"Kina? Pasti lah dia gak terima om. Dia di drop out karena ternyata bukan cuma aku korbannya, setelah video itu kesebar, mereka baru berani buka suara." Reska menatap lekat pada Candra, sebelum akhirnya mengeluarkan tisu dari dalam tasnya.

"Jangan terlalu capek, inget kesehatan kamu." Candra terkejut saat Reska tiba-tiba menempelkan tisu di hidung nya.

"Makasih om." Candra dengan cepat mengambil alih tisu dari tangan Reska.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang