17. Tidak bisa

252 50 12
                                    


.
.
.
.
.
Vandi mengumpat saat dirinya terpaksa harus berbohong pada sahabat-sahabatnya dengan mengatakan jika studio tarinya sedang di sewa oleh orang. Nyatanya sejak kemarin yang ada di studio itu hanya dirinya, Candra dan juga Verel.

Vandi dan Verel sendiri terkejut saat mengetahui jika Candra cukup berbakat dalam hal menari, ekspresi dan gerakan yang dilakukan Candra sangat sempurna, bahkan membuat Verel menganga saat pertama kali melihatnya.

"Can, Jojo nanyain terus." Candra merengut, dia masih kesal pada Jojo. Terutama karena lagi-lagi Jojo membatalkan acara jalan-jalan mereka.

"Biarin aja mas, awas kalau sampai mas Vandi kasih tau." Vandi menggeleng.

"Gak akan Can, tenang aja. Tapi kayaknya kalian berdua bakal bikin semua orang kaget." Candra tertawa kecil, berbeda dengan Verel yang masih fokus pada tugasnya. Pemuda itu sedang mengerjakan tugas yang secara tiba-tiba datang di saat dia sedang malas berpikir.

"Kaget kenapa?"

"Ya kaget lah, kamu gak pernah keliatan aktif Can, tiba-tiba bakal tampil berdua sama Verel. Di tambah kalian mau ngecover dance dari boy grup korea Ateez, gue aja nyerah ngecover dance mereka." Kali ini Candra tertawa. Memang dirinya dan Verel akan mengcover dance The Real, salah satu lagu Ateez, yang bisa dibilang lagu kesukaan Jojo.

"Kalau itu sih karena mas Vandi udah tua." Vandi menatap Candra tidak percaya.

"Heh gemoy, siapa yang ngajarin lo ngomong gitu?!" Vandi terkejut mendengar ucapan Candra yang sedikit frontal.

"Aku gak sepolos itu mas, kita cuma beda setahun."
.
.
.
.
.
Lintang mengelus punggung Candra pelan, saat ini Candra tengah meringkuk di ranjang nya. Punggung nya kembali sakit setelah dipaksa untuk berlatih dance bersama Verel tadi, dan hanya Lintang yang mengetahui hal itu saat ini.

"Mas, udahan ya. Jangan ngedance lagi." Candra hanya bergumam pelan, hal itu membuat Lintang menghela nafas panjang.

"Mas, gak bisa dek. Mas yang minta Verel buat ganti dance dia, masa mas berhenti." Lintang menggenggam tangan Candra erat.

"Tapi aku gak suka liat mas kesakitan gini, lagian kenapa harus ngedance lagi sih mas?" Candra tersenyum sendu.

"Mas lagi kesel sama mas Jojo." Lintang menghela nafas panjang. Lintang sudah tau tentang Jojo yang memilih latihan dari pada menepati janjinya pada Candra.

"Dek, kangen ibun." Lintang langsung menatap lekat pada Candra.

"Ya telpon aja mas." Candra mendadak murung sebelum akhirnya menggeleng.

"Kenapa?" Bukannya menjawab Candra justru memejamkan matanya, hal itu sukses membuat Lintang bingung.

"Mas? Mau Lintang telponin?" Lagi-lagi Candra menggeleng.

"Gak usah dek, nanti ibun sama yanda khawatir kalau tau mas sakit." Mendengar itu Lintang hanya bisa kembali mengelus punggung Candra.

"Istirahat mas, nanti Lintang bangunin kalau waktunya makan."
.
.
.
.
.
Jojo uring-uringan saat Candra menolak untuk menjawab semua ucapannya, kekasihnya itu hanya meringkuk di dalam selimut sejak Jojo masuk ke kamar nya.

"Ndra, yang. Maafin mas ya." Entah sudah kesekian kalinya Jojo mengatakan itu pada Candra, namun pemuda manis itu masih tidak bergeming.

"Bang Jojo, biarin dulu mas Candra nya." Jojo hanya bisa menghela nafas panjang saat Lintang mengatakan itu.

"Ya udah gue keluar ya Lin, kalau ada apa-apa langsung hubungin gue." Lintang hanya mengangguk .

Setelah memastikan Jojo keluar dari kamar Candra, Lintang segera menghampiri Candra dan mengelus punggung kakak nya itu.

"Mas, sakit lagi?" Candra menggeleng kecil.

"Gak sesakit siang tadi, tapi tetap aja masih sakit kalau gerak." Lintang kembali mengelus punggung Candra.

"Mas, kita kasih tau yanda sama ibun ya?" Candra menggeleng.

"Jangan dek, nanti dulu, mas masih nyiapin hati. Mereka pasti sedih kalau tau soal itu." Lintang hanya diam dan menatap Candra yang mencoba bangun.

"Mas jangan banyak pikiran, jangan mikir macem-macem." Candra hanya mengangguk.

"Besok kamu kuliah dek?" Lintang memberi gelengan.

"Libur mas, kenapa? Mau Lintang temenin?" Candra mengangguk kecil.

"Ya udah besok Lintang temenin, sekarang mas istirahat aja."
.
.
.
.
.
"Mas kenapa?" Alta yang tengah duduk di halaman belakan rumah nya langsung menoleh saat mendengar suara lembut Rion.

"Gak papa Yon." Rion mendudukan dirinya di samping Alta.

"Mas lagi mikirin apa sih? Keliatannya suntuk banget?" Alta menghela nafas panjang.

"Aku kepikiran Candra terus Yon, ada apa ya?" Rion mengernyit bingung.

"Candra? Memang Candra kenapa?" Alta menggeleng.

"Aku gak tau, Candra susah di hubungi akhir-akhir ini." Rion ikut menghela nafas panjang. Memang benar, Candra sangat susah di hubungi akhir-akhir ini. Bahkan meskipun panggilan mereka terhubung tapi Candra tidak pernah mengangkatnya.

"Jangan mikirin yang berat-berat mas, kandungan mas Alta yang kali ini cukup rawan. Nanti kita tanyain ke Lintang kenapa Candra susah di hubungi ya, tapi jangan di bawa stres." Alta mengangguk paham, karena memang di kehamilan ketiganya ini, kondisinya jauh dari kata baik. Bahkan saat ini mereka masih harus tinggal di jogja karena Alta belum bisa menempuh perjalanan jauh.

"Masuk yuk mas, udah terlalu malem. Udara dingin gak bagus buat mas." Alta kembali mengangguk.

"Nanti telponin Lintang ya Yon?" Kali ini Rion yang mengangguk.

"Iya nanti kita telpon Lintang mas."
.
.
.
.
.
Jojo terlihat kesal saat Candra mengatakan bahwa hari ini dia ada janji dengan Verel untuk jalan-jalan, bahkan mengatakan itu di hadapan Lintang.

"Ndra, jalan-jalan sama aku aja ya? Jangan sama Verel." Candra menggeleng, ya mana mungkin dia jalan-jalan dengan Jojo sekarang, paling nanti Jojo juga akan ingkar.

"Gak mau, mas latihan aja kayak biasanya." Jojo menghela nafas kasar.

"Ndra." Candra tetap menggeleng.

"Gak mau mas, hari ini aku gak mau ketemu mas selain sarapan." Lintang dan Regi yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum.

"Ya ampun yang." Candra memalingkan wajahnya saat mendengar suara melas Jojo.

"Mas Candra, Regi ikut ya?" Candra melihat pada Regi lekat sebelum mengangguk.

"Iya." Jojo akhirnya hanya bisa menghela nafas, paling tidak ada Regi yang akan menemani Candra.

"Udah mas, katanya mau mandi." Candra mengangguk dan bergegas kembali ke kamarnya.

"Lin, kenapa Candra lebih milih jalan sama  Verel dari pada gue temenin?" Lintang tersenyum.

"Cemburu ya bang?" Jojo mengangguk.

"Ya itu yang di rasain mas Candra kalau abang lebih milih latihan sama Sigit sigit itu." Jawaban santai Lintang membuat Jojo terdiam.

"Jadi selama ini Candra cemburu sama gue?" Baik Lintang maupun Regi mengangguk serempak.

"Ya tuhan."

"Makanya jadi orang itu yang peka dong bang!" Jojo mendengus kesal.

"Gak usah khawatir bang, mas Candra jalan gak cuma berdua, Regi, aku sama mas Chaka juga bakalan ikut kok." Jojo mengangguk lesu.

"Udah abang latihan aja, besok udah pensi nya kan?" Jojo kembali mengangguk.

"Oh iya bang, alasan mas Candra ngelarang abang tampil itu karena temen dance abang Sigit, cowo yang pernah secara langsung melabrak dan ngancam mas Candra ke rumah."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang