18. Di tolak

292 54 8
                                    


.
.
.
.
.
Bagi Jojo tidak ada hal yang bisa benar-benar membuat dia muak kecuali dipaksa menerima perhatian dari orang yang sudah membuat Candra marah padanya. Sigit terus berusaha mendekatinya, menawarkan berbagai macam hal selama mereka latihan, bahkan membawakan Jojo bekal yang pada akhirnya akan Jojo berikan pada Septian. Jojo tidak ingin membuat Candra semakin marah jika dirinya memakan bekal dari Sigit.

"Besok udah pensi, gue yakin kita pasti jadi pusat perhatian bang." Jojo menatap datar pada Sigit yang tengah tersenyum padanya.

"Usaha aja yang bener, jangan lupa kalau di kategori duo bukan cuma kita yang maju, tapi Verel juga." Sigit merengut saat mendengar ucapan ketus Jojo.

"Gue penasaran deh, Verel ikut duo sama siapa? Tapi katanya sih bukan anak ukm dance." Riga mengutarakan pikirannya yang langsung di balas anggukan oleh yang lain.

"Nah itu, kita semua tau kalau Verel itu berbakat banget, ditambah dia calon ketua ukm. Gue jadi penasaran." Jojo ikut mengangguk saat mendengar gumaman Billa.

"Agak kaget sih, karena sebelumnya kan Verel selalu ikut solo, ini juga tiba-tiba aja dia berubah haluan ke duo. Mana seminggu doang persiapannya." Vandi yang mendengar obrolan teman-temannya hanya bisa menahan tawa, terutama saat melihat ekspresi wajah Sigit yang kesal.

"Gue jamin kalian pasti melongo waktu tau temen duo nya Verel, gue aja kaget waktu pertama kali mereka dateng ke tempat gue. Gak nyangka kalau dia bisa ngimbangin dance nya Verel." Semua mata serempak menatap penasaran ke arah Vandi.

"Tempat lo? Jadi yang selama ini nyewa studio tari lo itu Verel?" Vandi hanya mengangguk.

"Siapa partnernya Van?" Vandi hanya tersenyum tipis.

"Besok lihat sendiri."
.
.
.
.
.
Lintang yang semula hanya ingin menemani Candra dan melihat bagaimana latihan Candra dan Verel, sekarang justru ikut heboh melakukan dance bersama keduanya. Lintang tidak bisa berbohong jika sebenarnya dia dan Candra mempunyai minat yang sama pada dunia dance, hanya saja keduanya sama-sama terlalu malas bergerak.

Prok

Prok

Prok

"Wah kalian keren!!" Verel berdecak heboh setelah selesai menyelesaikan satu lagu. Dia sebelumnya sudah cukup terkejut dengan bakat Candra sekarang di tambah Lintang pun memiliki bakat yang sama.

"Mas Verel bisa aja." Verel tertawa dan merangkul pundak Lintang.

"Tang, ikut komunitas dance yok, sama gue." Lintang menatap Chaka yang sejak tadi hanya merekam aktivitas mereka, sebelum akhirnya menggeleng.

"Gak ada waktu mas, lagi pula aku terlalu mager buat latihan kayak gini." Verel merengut kesal.

"Kak Chaka, pacar lo nih!" Chaka mengedikan bahunya acuh dan memilih menghampiri Candra.

"Sakit gak?" Candra yang merasa di tanya hanya menggeleng.

"Gak sakit kok mas, tenang aja. Hari terakhir, besok udah tampil." Chaka mengangguk dan memberikan sebotol air mineral.

"Makasih mas." Chaka tersenyum dan mengusak rambut Candra.

"Sekarang aku masih bisa anggep kamu adek Can, tapi nanti kalau aku nikah sama Lintang aku bakal manggil kamu mas." Candra tertawa pelan.

"Kalau nanti mas nikah sama Lintang, aku titip Lintang ya mas. Meskipun dia keliatan dewasa tapi dia masih kecil." Chaka mengernyit mendengar ucapan Candra.

"Can, kalau pun aku nikah sama Lintang nanti, kita bakal tinggal bareng." Candra tidak menjawab dan hanya tersenyum.

"Can, besok ketemu di kampus aja ya? Udahan dulu latihan hari ini." Candra mengangguk saat mendengar suara Verel.

"Makasih ya Rel." Verel mengulas senyum manis.

"Sama-sama Can."
.
.
.
.
.
Verel menatap lekat pada Sigit yang masih berusaha mendekati Jojo, bahkan pemuda itu tampak tidak masalah saat Jojo berucap ketus padanya.

Verel sebenarnya ingin sekali mendekat dan menjambak Sigit agar menjauh dari Jojo, namun Verel mengingat ucapan Candra padanya beberapa waktu lalu, jika Candra sendiri yang akan menjauhkan Sigit dari Verel.

Verel tidak tau apa yang akan di lakukan Candra, hanya saja dia cukup khawatir jika hal itu justru akan menyakiti Candra. Verel boleh baru mengenal Candra sebulan, namun pemuda itu sudah menyayangi Candra. Dan Verel tidak bodoh jika selama seminggu latihan kemarin, beberapa kali Verel melihat wajah kesakitan Candra, meskipun pemuda manis itu langsung menyembunyikan nya.

"Biasa aja ngeliatin Jojo nya." Verel langsung melirik ke sebelahnya, menatap Riga yang baru saja duduk disana.

"Gue gak ngeliatin bang Jojo, tapi ulat bulu di sebelahnya." Riga ikut menatap ke arah Jojo yang sedang berbicara dengan Billa, dengan Sigit yang setia menempeli nya.

"Itu bocah gak ada kapoknya, heran gue." Riga menggeleng heran.

"Berharap aja Candra gak dateng kesini bang, gue sih gak bisa bayangin perasaan Candra kalau liat bang Joshua gini." Riga mengangguk, sebelum akhirnya memilih fokus pada ponselnya.

"JO, SAMPERIN CANDRA. DI LUAR HUJAN!" tanpa Verel duga, Riga berteriak memanggil Jojo dan menggunakan nama Candra.

"Hah?"

Plak

"Lo mau biarin calon suami manis lo itu pulang sendirian?!" Mendengar itu Jojo langsung berlari keluar ruang ukm, meninggalkan Sigit yang memasang wajah kesal.

"Wah ternyata Candra masih jadi satu-satunya buat bang Joshua ya bang Riga, meskipun ada orang menye-menye di depannya pun bang Joshua gak tertarik." Riga mengangguk setuju, keduanya terlihat kompak menatap ke arah Sigit.

"Gue aja dulu suka sama bang Joshua gak sampai bertingkah murah, maaf gaya hidup gue mahal."
.
.
.
.
.
Jojo menghela nafas saat melihat Candra sedang berdiri di samping mobil dengan payung di tangannya. Kekasih nya itu tampak asik memainkan air hujan yang jatuh ditangannya.

"Ndra." Candra menoleh dan mengulas senyum pada Jojo. Senyum yang mungkin seminggu ini hampir tidak pernah terlukis untuknya.

"Kenapa main air hujan yang?" Candra hanya menggeleng.

"Mas mau anterin aku pulang?" Jojo memberi anggukan.

"Mas gak latihan sampai malam?" Kali ini Jojo menggeleng dan itu membuat Candra tersenyum.

"Temenin jalan-jalan ya?" Jojo mengernyit namun tetap mengangguk.

"Iya, mau jalan-jalan kemana?"

"Beli thai tea." Jojo menghela nafas namun tetap mengangguk.

"Ya udah ayo, lagian kamu ngapain sore-sore gini ke kampus yang?" Candra hanya menurut saat Jojo membukakan pintu mobil untuknya.

"Ada janji sama mas Chaka, jadi tadi sekalian nganterin kesini." Candra tersenyum saat Jojo mengelus kepalanya.

"Mas Jojo, aku kangen sama ibun. Aku mau ke pare boleh gak mas? Sambil nunggu wisuda." Jojo terdiam sejenak, bingung harus menjawab apa pada Candra.

"Kangen banget?" Candra mengangguk.

"Gak ada yang nemenin kamu loh yang." Candra menghela nafas.

"Aku bukan anak kecil loh mas, aku bisa pulang sendiri. Lagian cuma ke pare." Jojo menggeleng.

"Jangan sekarang ya yang, nanti aja tunggu mas selesai ujian. Mas anterin kamu kesana." Candra merengut kesal.

"Ujian mas Jojo itu masih dua bulan lagi ma, lama!" Jojo menghentikan mobilnya dan menatap ke arah Candra.

"Cuma dua bulan loh Ndra, tunggu sebentar. Nanti kita kesana bareng." Candra justru menggeleng.

"Waktunya gak sempat mas!" Jojo menghela nafas kasar.

"Gak yang, kamu gak boleh pulang ke pare sendirian."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang