30. Pulang

649 72 34
                                    


.
.
.
.
.
Tidak ada orang tua yang tega melihat anak nya kesakitan, begitu pula Alta dan Ares. Mereka berdua ingin sekali berteriak saat melihat Candra tersenyum menenangkan mereka, meskipun sebenarnya keadaan nya tidak akan pernah membaik.

Damar sudah memberitahu mereka akan kemungkinan terburuk suatu saat nanti, dan mereka harus bisa menerima itu. Karena menurut pemeriksaan kemarin sel kanker ini berkembang lebih cepat di banding sebelumnya.

Disaat yang lain merasa sedih dan takut, Candra justru masih bisa tersenyum manis. Meskipun begitu Candra selalu menolak untuk memakai infus atau pun tidur di kamar perawatan, pemuda manis itu selalu mengatakan jika dirinya tidak apa-apa.

Candra justru sering tidur di kamar Igel dan Rion atau kamar orang tua nya, Candra justru tidak pernah lagi tidur bersama Lintang di kamar mereka. Seperti sekarang, Candra sedang memeluk erat tangan Alta yang akhirnya ikut berbaring di ranjang.

"Ibun." Alta menoleh dan menatap wajah pucat putra sulung nya itu.

"Kenapa mas?" Alta benar-benar membiarkan Candra melakukan apapun yang dia ingin kan, sama seperti pesan Azka dan Damar sebelumnya.

"Dulu, mas Jojo pernah ngajak Candra nikah kalau udah lulus bun." Alta menggigit bibir bawahnya dan mengelus lengan Candra.

"Terus kamu terima?" Candra menggeleng kecil.

"Gak, soalnya mas Jojo belum lulus. Candra juga gak berani bun, takut nanti Candra malah nyakitin mas Jojo." Alta mencoba mengulas senyum tipis.

"Tapi Candra mau kan nikah sama Jojo?" Candra terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk kecil.

"Mau bun, tapi dulu waktu Candra masih sehat. Sekarang Candra sakit, mas Jojo juga udah janji sama Candra buat cari yang lain kalau Candra capek bun." Alta benar-benar di buat hancur oleh semua ucapan Candra.

"Sekarang pun Candra bisa kok nikah sama mas Jojo? Mau? Biar ibun yang bilang ke yanda sama om Hadar." Candra kembali menggeleng.

"Gak mau bun, nanti mas Jojo makin sakit kalau Candra pergi." Alta memutuskan mendekap tubuh Candra.

"Candra gak mau bertahan buat ibun? Nanti bantu ibun buat jaga adek-adek Candra." Candra hanya mengulas senyum.

"Candra sekarang bertahan buat ibun, yanda, papa, ayah sama Lintang kok." Alta mengecup dahi Candra saat melihat senyum manis putranya itu.

"Nanti kan ada Lintang yang bantu ibun jaga Hala sama Tara." Alta kembali menggigit bibir bawahnya saat mendengar hal itu.

"Nanti kasih tau mereka ya bun, kalau Candra yang kasih nama mereka." Alta hanya mengangguk.

Usia kandungan Alta sudah memasuki bulan ketujuh, sudah beberapa bulan sejak mereka mengetahui kondisi Candra. Dan selama itu pula sudah berkali-kali mereka melihat Candra drop, namun pemuda itu masih bertahan bersama mereka.

"Bun." Alta kembali menatap ke arah Candra.

"Hm?"

"Ibun."

"Iya nak?"

"Candra capek deh, belum boleh berhenti ya?" Alta menggeleng pelan sebelum kembali mendekap erat tubuh Candra.

"Bertahan sebentar buat ibun ya nak, jangan tinggalin ibun." Kali ini Candra memberi anggukan kecil.

"Candra ngantuk bun, nanti kalau adek udah pulang bangunin Candra ya?" Alta mengangguk dan membiarkan Candra memejamkan matanya.

Tangan Alta bergegas meraih tisu yang memang dia sediakan di sisi ranjang, agar mudah saat Candra kembali mimisan seperti sekarang.

"Alta." Ares yang sedari tadi mengintip dari celah pintu memutuskan untuk mendekat saat melihat istrinya itu menangis.

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang