Juliet hari ini tampak menyeduh teh di dapur apartemen pribadi Romeo dengan raut penuh harap, gadis itu harus bisa menghentikan amukan Romeo apapun yang terjadi. Selagi identitasnya masih aman dan tidak diketahui. Oleh karena itu, Juliet mulai beraksi dengan bicara ngotot pada Romeo, nekat menginap di tempat singgah sementara Romeo itu dengan alasan yang payah.
'Karena rumah Juliet mati lampu.' Dasar konyol.
—Baiklah. Dimana Romeo yang sedari tadi tak menunjukkan batang hidungnya itu? Juliet sesekali melihat lantai dua dengan gusar. Romeo, tidak kabur dan menyelidiki kasus pembunuhan ibu angkatnya lagi kan?
"Juliet."
Ah! Itu dia. Si tampan keluar dari kamarnya hanya dengan sehelai handuk di pinggul, berjalan tanpa beban menuju dapur di lantai satu yang besarnya nyaris se-studio bowling.
"Juliet, aku mau teh."
Mata cantik Juliet lalu bergerak salah tingkah. "Sedang aku buatkan, Romeo. Tunggu sebentar."
"Kalau begitu terimakasih, my little deer." Balas Romeo lembut tak lupa satu pelukan hangat, bonus untuk Juliet yang perhatian.
"Oh iya Romeo, boleh aku mengatakan sesuatu?" Juliet sesekali mencuri pandang, lalu diwaktu yang dirasa tepat, ia memutar tubuhnya menghadap sang Romeo.
"Maafkan aku ya jika aku menyela urusanmu. Tapi, aku ingin pernikahan kita diajukan akhir bulan ini." Lanjut Juliet gugup, dia pikir urusan pernikahan akan mengalihkan perhatian Romeo sehingga laki-laki itu melupakan kasus Ibu angkatnya.
Akan tetapi tawa Romeo malah pecah & menggema di seluruh dapur. "Hahahaha! Kenapa? Gak tahan, hm?"
"Eh? Mana ada!"
Jahilnya Romeo membuat Juliet menggeleng sampai rambut panjangnya bergoyang-goyang. "Jangan berpikir macam-macam! Aku hanya tidak mau menyia-nyiakan waktu."
Laki-laki itu tersenyum lembut mendekati sang jelita. "Oh, I will, my love. Tapi sepertinya kita harus menunggu beberapa bulan lagi. Aku sedang banyak pikiran, Juliet. Jangan desak aku seperti ini."
Juliet menghembus nafas berat. Merangkai kata untuk mengusik iba Romeo. "Kadang, aku sangat membencimu, Romeo. Kenapa kau terlalu menggebu-gebu untuk mengungkap kematian itu, apa tidak memikirkan bagaimana perasaanku?"
Juliet memutar tubuhnya membelakangi Romeo, tanpa menoleh sedikitpun ia melanjutkan kata-kata itu dengan nada sedih, "Maaf, Romeo. Saat kau melakukan kekacauan diluarsana, kau selalu membuatku merasa sendirian. Demi Tuhan apa kau bisa fokus padaku saja? Pada pernikahan kita?" rayu-nya.
Romeo melingkari pinggang sang jelita dengan tangan kekarnya, mengecup leher jenjang Juliet tanpa berkata apa-apa.
"Hentikan saja." Juliet memalingkan muka, tersadar jika physical touch Romeo membuat tengkuknya meremang. Gadis itu lalu mencoba fokus pada tehnya yang sempat ia abaikan.
Tanpa jawaban yang gadis itu sudah minta, Romeo justru diam. Pun, dia malah naik ke kamar setelah menyambar teh dalam mug. Tak berselang lama, laki-laki jangkung itu tampaknya turun lagi, berpakaian rapi, sibuk menalikan dasi di kerahnya sendiri.
"Juliet!" panggil Romeo, "Tolong ambilkan kunci mobilku di atas kulkas!"
Juliet tertegun.
"Kamu mau pergi kemana?" dia beranjak dari dapur.
"Aku akan mengambil beberapa senjata ke Kota Roma. Aku punya pemasok dari sana."
"Buat apa?" Juliet panik melepas apron masak yang ia pakai dan membuangnya serampangan.
"Memburu seseorang. Ah, bukan. Membantai satu komplotan lebih tepatnya."
"Komplotan siapa?!" Juliet semakin panik, berlari kecil mencegat Romeo yang berjalan menuju dapur untuk mengambil kunci mobilnya sendiri.
"Juliet, minggir sebentar. Aku tidak punya waktu. Ada apa denganmu, hn?"
Juliet menggeleng, Ia harus tegas. "Kau pilih aku, atau ambisi sialanmu itu Romeo?!" kata Juliet kasar.
Romeo justru tampak tenang saat di maki, laki-laki itu lalu mengulas satu set senyum ironi yang mengiris hati. "Aku harus pergi."
"Pokoknya jangan!" Juliet menghambur ke pelukan Romeo. Sebisa yang ia mampu, Juliet harus menghadang Romeo untuk pergi ke kota Roma.
Dengan satu gerakan cepat, Romeo menyambar tubuh Juliet. Mengangkatnya tubuh gemetar itu dan meletakkannya diatas bahunya, menggendongnya seperti penculik.
Kemudian langkah kaki panjang Romeo membawa Juliet yang meronta ke sebuah kamar tamu di lantai satu, lalu membantingnya ke atas ranjang.
"Diam disini sampai aku pulang."
Juliet bangkit, mencekal lengan Romeo yang nyaris meninggalkannya. "Tidak mau!"
"Jangan egois, Juliet! Dengark—Umpp!!"
Beraninya! Bibir Romeo seketika dibungkam oleh Juliet dengan satu ciuman yang intens dan lama. Gadis itu tahu jika dia menghalangi Romeo, dia akan kena marah, tapi ia tak mau menyerah, dengan gesit mendorong dada laki-laki itu sampai terduduk diatas sofa, lalu Juliet naik kepangkuannya.
"Tunggu dulu-" Romeo meremas gagang sofa karena Juliet menciumnya lagi sambil mencengkram kuat kerah kemejanya.
"Beri aku perhatian lebih, Romeo. Jangan pergi ke Roma."
"Juliet apa kau sedang nafsu?"
"Ugh! Aku rela membuang egoku demi semua ini. Sialan kau Romeo! Tidak bisakah kau melupakan kasus itu?"
"Apa kau tidak waras? Melupakan ibuku yang dibunuh? Mana bisa."
Romeo lalu melirik jam dinding disebrang sana, pukul 9 pagi lebih tiga puluh menit. Laki-laki itu langsung menghadiahi Juliet dengan satu set tatapan setajam silet.
"You little snake! Aku ketinggalan kereta."
"Oh astaga itu bagus!" dengan satu tarikan, senyum lega terpajang indah di wajah Juliet.
Romeo mencebik. "Tck! Gampang, Aku tinggal mencari jadwal di jam selanjutnya."
"Dasar doberman gila! Dasar keras kepala! Shh! Sudah diam saja disini jangan kemana-mana!"
"Kau!" Romeo menangkap pergelangan tangan Juliet, mencengkramnya. "Harusnya aku hukum karena membuatku ketinggalan kereta dan bicara sembarangan."
Alis Juliet bertaut. "I don't think that you are serious, do you?"
"Takut?" Romeo menyeringai, menenggelamkan kepalanya ke tengkuk si gadis.
Tak dinyana Juliet malah berkata, "Fuck You, Romeo! Baiklah! Asal kau tau Romeo aku ini orangnya juga kooperatif, kau boleh mendisiplinkan aku saat nakal. Tapi, kau tidak boleh pergi ke Roma dan mengambil senjata. Bagaimana?"
"Tsk! Kemari kau! Daddy here will punish you my litle rose."
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]
FanfictionWarn:23+ ‼️complete story (Follow, vote, comment). Bahasa indonesia Sinopsis:Kisah cintanya dengan Romeo seperti titik lebur yang berbahaya karena dia telah disewa untuk melenyapkannya. Perempuan itu berdiri dengan prinsip se-kokoh batu karang, t...