Romeo merasa aneh. Menatap cafè Juliet yang tutup sepi dengan buncahan rasa kecewa yang tak bisa ia ekspresikan dengan kata-kata. Pasalnya gadis itu hilang entah kemana, (sedang healing di markasnya tanpa diketahui Romeo) cafenya tutup bahkan saat weekend. Dia juga menolak ajakan Romeo untuk melihat-lihat gedung resepsi pernikahan.
Laki-laki berjas hitam itu tampak kecewa, berjalan ke arah otomotif kesayangannya. Kembali pulang. Namun sebelum sampai di tempat parkir itu, ponselnya berdering dan menggila. Romeo ditelfon seseorang.
Tak dinyana pula, si penelfon adalah bawahannya yang bernama Alain. Romeo terdengar mendesah dan meletakkan earphone dengan jengah ke telinga, "Ada apa?"
"Capo. Tolong saya!" (Capo adalah sebuatan bos kecil/kedudukan dibawah Benjamin yang merupakan bos besar/godfathernya mont Ave).
Romeo terkesiap. "Kau dimana?"
"Saya tidak tahu tepatnya, tapi saya bisa mengatakan ciri-ciri tempatnya! Tolong saya capo! Saya di culik paksa."
"Jelaskan pelan-pela-" kata Romeo gelisah. Lalu terkejut saat mendengar suara orang lain mengambil alih telepon Alain.
"Datanglah ke Motelku. Aku tunggu."
Romeo mengenali suara itu. "Son of a bitch! Rupanya kau? Kenapa menculik Alain seg—tut...tut....tut...Fuck! Diputus sepihak."
Romeo langsung melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalan raya tanpa peduli. Laki-laki dengan mata tajam itu membuka dasbor mobilnya dan mengeluarkan sebuah pistol revolver kecil, kemudian memasukkannya kedalam sarung pistol di pahanya yang bernama holster.
Walaupun Alain hanyalah bawahannya, seorang pecundang cupu yang mungkin jika di sekolah adalah satu-satunya target bully, Romeo masih punya hati untuk menyelamatkan laki-laki yang berumur 3 tahun lebih muda darinya itu.
Romeo merasa iba. Selain Alain adalah satu-satunya "hardisk-hidup" alias orang yang mengetahui seluk beluk informasi Mont Ave, dia juga seorang bastard (anak haram) dari salah satu keluarga Ave yang keberadaannya dianggap seperti aib & berstatus rendah. Simpati dan kasihan, Romeo akhirnya melindungi Alain sebisa yang ia mampu seolah Alain adalah adik kandungnya sendiri.
Mata Romeo kemudian menyipit, menandai sebuah gedung kuno familiar di sebrang pertokoan terbengkalai. Romeo memarkir mobilnya dan berjalan mengendap menuju gedung tersebut dengan lihai bak pasukan elit.
Kriett! (pintu dibuka, Romeo menyelinap) memasuki motel murahan, menelusuri lorong remang-remang hingga menghampiri salah satu kamar riuh yang mencurigakan.
Betapa menjijikkan.
"Selamat datang Hahahahahaha!" Seorang pria gendut bertepuk tangan seolah menyambut kedatangan Romeo.
Romeo meludah. Pemandangan menjijikkan mengotori kedua matanya. Pria gendut itu berpesta 'harem' dengan lusinan wanita striptease ( penari telanjang) tanpa mengenakan sehelai pakaian apapun, Romeo terkekeh.
"Kau bukan sultan Dario, bangunlah dari mimpi. Gadis-gadis itu jijik padamu." Kata Romeo mencibir, meraup pistol di pahanya dan mengacungkan benda berbahaya itu ke udara.
"Sok suci kau anjing Doberman!" Dario langsung meradang. Ia menarik sebuah kain dan menutupi tubuhnya, seketika mengambil senjata api laras panjang dan membuat para wanita gaduh berjerit-jerit.
"Dimana Alain?!" Romeo maju perlahan, membidik kepala Dario.
"Kudengar, Nyonya Lyly dan Don Benjamin sudah merestui seorang istri untukmu, Romeo?"
"Jangan alihkan pembicaran, Bangsat!"
Dario menaruh telunjuknya di pelatuk senjata. "Kenapa kau tidak mengambil salah satu pelacurku lagi saja? Bukankah sebelumnya juga begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]
FanficWarn:23+ ‼️complete story (Follow, vote, comment). Bahasa indonesia Sinopsis:Kisah cintanya dengan Romeo seperti titik lebur yang berbahaya karena dia telah disewa untuk melenyapkannya. Perempuan itu berdiri dengan prinsip se-kokoh batu karang, t...