20. Queen of spades

99 22 0
                                    

"Apa kau tidak berselera?" kata Daniel melirik Juliet tidak menyentuh makanan sashimi. Malah mengangkat piring, beranjak dari meja makan dan berjalan ke arah wastafel.

Daniel berdiri dengan tergesa, menyusul Juliet lalu memeluk perempuan itu dari belakang, "Kalau begitu, bagaimana jika kita melakukannya?"

"Melakukan apa? Sex? Maaf. Aku masih punya harga diri." Juliet dingin.

"Berapa? Aku beli. " Daniel menyeringai.

"Harga diriku tidak bisa kau beli dengan harga berapapun! Kau bahkan sedang kere saat ini. Jangan sombong, Daniel. Lepaskan aku."

Juliet melepas pelukan memuakkan itu nyaris menampar pipi Daniel namun tangannya masih penuh dengan gelas dan piring.

Pun bibir Daniel melengkung pahit. "Jangan sok suci Juliet, bukanya harga dirimu sudah dijebol laki-laki itu?"

Juliet menatapnya nyalang sebab tak terima. "Karena aku terpaksa agar dia tidak berangkat ke Roma, membeli senjata dan membantai kita berdua!" Jelas Juliet kesal.

"Tapi kau menyukainya kan?"

Juliet memejam mata. Menggigit bibirnya kuat-kuat karena tiba-tiba lumpuh tak bisa bicara.

Dan Daniel membenci reaksi itu. Dia meraih lengan sang Juliet dengan amarah, menatap kedua mata cantik itu dengan kengerian tak terkira, "Mana bagianku?"—Dua kata mengerikan itu melesak seperti peluru panas yang menembus kepala Juliet.

Set—Bugh! Brakh!

Juliet sudah melesatkan beberapa pukulan, namun Daniel dengan cepat menangkisnya. Keduanya bergulat, berguling di lantai dingin dengan kerumitan dan ego yang terbakar.

"LEPASKAN!" tak butuh waktu lama Juliet menjerit karena kalah. Tubuhnya ditindih, di kunci dengan kekuatan yang jauh diluar ekspetasinya.

Tanpa foreplay, tanpa pemanasan apapun, Daniel dengan beringas memasukan kedua jarinya kedalam liang surga.

Juliet kesakitan tentunya, namun Daniel tak peduli. Tangan satunya merambat ke buah dada, meremasnya dan merasakan kelembutan yang ia idamkan.

Juliet menggigit bibirnya, air mata mengalir deras di ujung mata, berontakpun akan percuma. Daniel sudah tau titik lemah Juliet dan mampu mengatasinya dengan cepat.

Apakah ini konsekuensinya? Konsekuensi karena telah terjun ke dunia mafia yang serba berbahaya. Dimana nyawa dan harga diri, seperangkat hak asasi sama sekali tak ada harganya.

Juliet mau minta tolong ke siapa? Minta bantuan pada siapa? Apa pahlawan itu nyata? Lalu dimana? Begitu banyak alasan yang membuat Juliet lagi-lagi bungkam dan mendapat dominasi dari laki-laki.

Juliet memejamkan matanya yang pedih, menggigit bibirnya kuat takut jika desahan keluar dari sana dan membuat hargadirinya semakin terluka. Juliet muak dengan segalanya! Benar-benar muak dan ingin, lenyap saja

"TIDAK. TIDAK BISA."

—Bukankah dia adalah seorang femme fatale? Mulai sekarang juga sebut Juliet anti-fragile. Semakin dihancurkan, semakin diremukkan, maka akan semakin kuat dan terus bertambah kuat. Enak saja tunduk pada takdir yang melulu melankolis begini.

Setelah melewati satu ronde panas, Daniel akhirnya melepaskan Juliet, setidaknya untuk memberi gadis itu waktu untuk menghela nafas sebelum ronde ke dua dimulai.

Juliet bangkit, melirik Daniel yang berjalan ke balkon untuk merokok ganja, Juliet meremas baju ditangannya lalu memakainya dengan serampangan, dan ia menghapus air matanya dengan penuh harapan. Ini kesempatan bagus untuk balas dendam.

Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang