(3 bulan kemudian)"Saya mengambil engkau sebagai istri atau suami...."
"Saya berjanji untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya...."
"Untuk saling mengasihi dan menghargai sampai maut memisahkan kita...."
"Pada waktu susah maupun senang, kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit..."
"Saya nyatakan dengan ini, kalian resmi menjadi suami istri."Semesta seperti bergerak slomotion ketika Romeo membuka veil (tudung kepala) Juliet. Meraih rahang sang istri menggunakan jemari panjangnya lalu mengecup bibir itu. Keduanya bangkit dari posisi, memutar tubuh kearah kursi-kursi jema'at dan tamu. Disanalah Sal dan Riki menunggu. Melambaikan tangan dengan senyum sumringah.
"Now let see." Romeo menunduk, menaruh telinganya ke perut sang istri. "My daughter seems happy right there."
Juliet mengelus perutnya. "Dia happy karena aku juga happy."
"Come." Badan Romeo tegak kembali. Menjulurkan tangannya bak menyambut yang mulia Ratu. Menuntun Juliet untuk berjalan bersama-sama meninggalkan lajur karpet merah. Diteriaki sorak sorai bahagia yang melelehkan air mata.
"We going home, my little rose."
Memiliki Juliet sepenuhnya membuat Romeo semakin cinta. Sebutlah bucin, kronis sampai menggerogoti jiwa raga. Kehidupan rumah tangga mereka tampak sempurna. Hari demi hari yang terlewati adalah momen terbaik dalam hidup. Setiap Juliet bekerja pun, Romeo selalu ada disampingnya. Mendampinginya, lengket bak perangko dan kap surat kemana-mana.
Saat Juliet lelah dan tumbang karena calon bayi mereka agak tantrum dan manja, Romeo tetap jadi suami yang siaga. Tangannya cekatan menuntun tubuh Juliet menuju kursi pijat. Berlutut dan mengelusi puncak kepala sang istri.
"Kau mau ngidam apa?"
Juliet tersipu. Biasanya, istrilah yang minta duluan. Namun baru kali ini ada suami yang perhatiannya kelewatan. Perempuan itu menaruh telunjukknya ke dagu dan berpikir. "Eum. I think, not yet. Tapi, aku mau tidur seharian dikasur. Sementara itu, kau bisa lanjutkan pekerjaanmu. Honey, sungguh. Jangan repot-repot, aku bisa sendiri."
Romeo terhenyak. "Sendiri apa? Aku ada." Romeo bangkit, telaten membantu sang istri bangun. Meraup betis mulus Juliet lalu menggendongnya ke kasur. "Tunggu sebentar." Laki-laki itu menyelimuti tubuh sang istri lalu beranjak.
Beralih ke dapur, menyiapkan bahan-bahan terbaik dengan kualitas bintang lima. Beras 'kinmemai premium', abalon liar, garam himalaya, dan beberapa rempah impor dari indonesia. Romeo memakai apronnya.
Menyiapkan panci bergagang, mencuci beras dan menaruhnya diatas kompor. Kakinya sibuk berjalan kesana-kemari, mengambil bahan lalu memasukkannya kedalam kuali. Membuat kaldu, lalu mengaduk beras yang didihkan.
"Papa!"
"Sal? Mau bubur abalone?" Romeo menyempatkan diri untuk menoleh. Mengusap tangannya di apron masak lalu berjongkok dihadapan Sal.
"Papa kenapa tidak minta tolong kakak chef? Makanan papa rasanya hancur tau."
Sial, anak kecil memang jujurnya kelewatan. Romeo menggaruk belakang kepalanya kikuk. "A-ah iya. Papa kan juga belajar, Sal. Ini pasti enak kok."
"Buat mama ya?" Sal berujar kepo. Memanjangkan lehernya ingin melihat.
Romeo mengangakat anaknya, menggendongnya. "Ini. Bubur abalone dan kira-kira papa masak apa lagi ya sal?"
Sal menyipitkan mata. Menoleh. "Gak usah masak pa! Itu bukan bubur abalone tapi lihat warnanya, itu apa? Lumut kolam kah? Papa buat apa sih?!"
Romeo menelan ludahnya gugup. Selama 26 tahun hidup, baru kali di kritik oleh bocah dibawah umur 5 tahun. Kata-katanya menohok pula. Konyol. Akhirnya Romeo hanya tertawa, khas seperti bapak-bapak. "Hahahahah, iya-iya. Nanti papa minta tolong chef aja. Mau lihat mama tidur? Tapi jangan diganggu ya."
"Tidak-tidak. Biar mama Sal tidur, papa." Sal bergelayut ke bahu Romeo.
"Sal, boleh papa tanya sesuatu?" Romeo berjalan menepuk-nepuk bokong gembul sang anak.
"Apa, papa?" Bocah kecil itu mendongak begitu imut.
"Apa sal suka? Apa sal bahagia sama papa dan mama?" Romeo mengusap kepala Sal.
Sal terdiam. "Papa. Jangan banyak omong ayo cepat telepon kakak chef, sebentar lagi makan siang. Ayo! Ayo! Nanti sal mau suapi mama ya, pa!"
Ya Tuhan. Memang anak kecil itu ceplas-ceplosnya bikin gamang. Romeo menepuk dahinya sendiri. Lalu mengacak gemas rambut sal. "Dasar."
-TAMAT-
Epilog.
Ibarat bara dan bensin. Dua hal yang mempunyai hubungan klausal yang mencelakai. Namun pada akhirnya, jika salah satunya berusaha merendahkan diri, tidak terpaku pada egoisme dan gengsi, maka hal paling membakar sekalipun bisa dipadami.
Perempuan itu mekar dan harum, tidak bisa dipangkas sembarangan. Tetap kuat, rela berkorban dan berdedikasi.
Sementara laki-laki itu memilih tobat. Menyerahkan segalanya pada karma berbentuk perempuan jelita.
Menyatukan diri.
Menggelari festival takdir dan menari dalam renjana.
Tidak bisa dipisahkan sepanjang masa nyawa. Bahagia. Bertemu di bahtera dinahkodai suka cita.
Author notes:
Halo, ini Sky.
Aku seneng poll selesai menulis cerita ini sampai selesai.
Sebelumnya aku gak pernah bikin cerita panjang. Walau cuma 28 bab, ini rekor juga buat aku. Apalagi cerita ini udah lama banget berdebu di draf huhu.
Lalu aku bersyukur banget, pas kalian suka spam komen dan vote bahkan follow akun. Aku merasa didukung dan dihargai diantara karyaku yang bisa dinikmati secara gratis 🥹
Aku adalah 2hwang garis keras. Tapi, aku suka cerita komplikasi yang spicy. Aku harap, tidak ada pikiran kalian kalau aku menjatuhkan Hyunjin atau Yeji dengan deskripsi tokoh yang melenceng/redflag. Taste setiap orang tentu bakal berbeda. Aku sendiri lebih 'greget' kalau menulis cerita dark dan fantasi.
Sekali lagi dukungan kalian itu sangat berharga. Walaupun masih jauh dari kata sempurna. Aku harap kalian suka dengan cita rasa ceritaku.
Terimakasih banyak. Yok boleh kasih kesan pesan di kolom komentar biar makin akrab. 😁😁🫠
Terimakasih dan see you next story!
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]
أدب الهواةWarn:23+ ‼️complete story (Follow, vote, comment). Bahasa indonesia Sinopsis:Kisah cintanya dengan Romeo seperti titik lebur yang berbahaya karena dia telah disewa untuk melenyapkannya. Perempuan itu berdiri dengan prinsip se-kokoh batu karang, t...