23. Romeo (vs) 𝐛𝐚𝐠𝐮𝐞𝐭𝐭𝐞

146 23 3
                                    

Roma adalah kota indah yang membuat Juliet yang jelita jatuh hati. Keunikan kota dengan dekorasi romawi ciamik begitu memikat Juliet untuk singgah dan menetap sementara.

—Kemudian duduk disebuah cafee, menikmati kopi dan sarapan pagi adalah cara terbaik Juliet memulai hari di kota ini dengan Riki.

"Excusme, miss" Seorang pelayan menyodorkan sup krim yang mengepul dan juga potongan roti baguette yang dipanggang dengan mentega.

Kedua mata cantik Juliet langsung berbinar, tangannya memegangi perut yang meronta minta makan. Dengan sopan, Juliet berkata, "Of course-Thankyou!" sebelum pelayan itu tersenyum meninggalkan meja.

"Jadi, kak. Kita akan pulang ke Paris, Verona, atau tetap disini?" Laki-laki berambut klimis ini membuka tutup yogurt kesukaannya. Lalu menjilat tutup itu karena sayang jika tersisa,

"Aku sih suka tinggal di Verona atau Roma. Toh, bisnis kakak dua dikota itu, dan aku tidak mau kita LDR-an lagi."

Juliet tertawa kecil, "Anything you want, my bagguete!"

"Bagus sekali Juliet!"

Romeo seperti sulap tiba-tiba muncul di kaca jendela. Juliet tersedak,

Riki tak mau kalah, "Sedang apa dia kak!?"

Tentusaja memata-matai Juliet, melihatnya bersama laki-laki lain rupanya buat Romeo terusik.

Orang itu lalu memasuki cafe dengan muka tegang, mendengus-dengus seperti kerbau marah yang siap menyeruduk apapun yang menghalanginya, "Apa-apaan kau Juliet! siapa dia?!' Telunjuknya teracung ke muka Riki Alard.

Plak! "Enak saja main tunjuk" Riki menepis jari telunjuk Romeo dengan kasar.

"Meh. Lagipula aku tidak punya urusan denganmu" Romeo mengacuhkan Riki, "Jadi, kau mau kabur bersama laki-laki ini?" tuduh Romeo ke Juliet yang bahkan bibirnya masih penuh roti baguette.

"Ya. Kami akan menikah besok pagi" Riki berujar jahil, Romeo menggigil.

"Ughuk! RIKI!" Juliet menggebuk dadanya yang nyeri sebab cepat-cepat menelan roti.

Romeo mengatupkan rahangnya murka, mungkin bisa membalik meja. Tapi Romeo menahanya karena Sal menunggunya diluarsana, Romeo tak mau menjadi contoh buruk yang mempengaruhi tumbuh kembang anaknya. Tapi setidaknya Romeo bisa mengumpat kan, "Dasar keparat!"

Riki terkekeh, melempar senyum setan yang sukses membuat Romeo mencekal kerah kemejanya.

"Kenapa kau tertawa? Lucu?" Romeo mengirim ancaman, namun Riki semakin terpingkal.

"Hahaha—

"Hei Juliet! Dia ini sudah gila atau bagaimana?"

Juliet menggeleng, "Duduklah, kenapa harus emosi yang kau dahulukan Romeo. Aku akan jelaskan semuanya"

Romeo menatap Riki sinis, "Minggir kau!" Lalu mengibaskan tangannya ke Riki seperti mengusir lalat.

"Kau yang pergi sialan!" Riki menghempas bahunya yang tersentuh Romeo,

"Astaga kalian ini umur berapa?" Juliet bangkit dari kursi, menoleh kanan kiri lalu menggeret kursi kosong di belakangnya untuk Romeo, "Nih, duduk"

Romeo mendecih, "Jadi seleramu berondong?"

"Berondong-berondong! Berondong jagung?" Tukas Riki sewot.

"Diam kalian!" Juliet menggebrak meja,

Riki dan Romeo menciut. Juliet mendengus, lalu menunjuk Riki dengan dagunya, "Namanya Riki Alard. Adikku"

Romeo mengerutkan dahinya, "Kau mau menikahi adikmu sendiri? kalian ini incest atau apa?"

"YATUHAN ROMEO!" Juliet berteriak.

"Gunakan otakmu." Kompor Riki.

Romeo menghentak tangannya ke meja, "Diam kau Alard!" Matanya menajam kearah Riki.

"Kak, ayo pergi, aku sudah gak selera" Riki bangkit.

"Eh—Riki tunggu!" Juliet diseret.

"Ayo kak! Ayo! Ayo!!"

Romeo menggeram, 'Dasar bocah sialan!' tangan posesif Romeo langsung mencegat Juliet pergi, "Tetaplah disini, aku ingin bicara"

"Romeo aku— Juliet melihat Riki.

—Ah, maaf. Aku harus pergi"

"Damn! Juliet! kau—

Tak percaya ia ditinggal seorang diri, Romeo mencebik. Enyah dari cafè supaya orang-orang berhenti menggosip.

Yasudah kan, apa boleh buat. Romeo kembali bersama Sal ke rumah sewaannya selama di Roma. Tapi nyatanya, Romeo tak bisa menyembunyikan kekesalan diwajahnya. Rasa kesal itu mengaduk emosi dalam hatinya dan overthingking menghantam otaknya seperti tsunami.

Uhh, sepertinya Romeo harus meluluhkan Riki Alard sebelum menikahi Julietnya. Kepala Romeo jadi pusing, pertemuan serta kesan pertama mereka bahkan tidak lebih daripada kekacauan. Riki juga tampaknya membencinya sampai mati, . Ah Romeo mendesah lesu. Bagaimana cara Romeo meluluhkan Riki?

Apa-apaan ini? Kenapa jadi melo begini?

Romeo benci mengakui tapi yang jelas dia jadi galau lagi.

Cih! Si garang itu?

Well, Romeo sudah menghabiskan satu kotak tisu karena menangisi Juliet yang ternyata punya adik sialan semacam Riki Alard. Dia ini punya hati lembut dan fragile sebenarnya, cuma di cover oleh tampang garang dan kelakuan sangar.

"Papà!" Sal berlari kearahnya, "Loh? Papa kenapa?"

Romeo memajukan bibirnya, meraih body kecil Sal dan merengek, "Sal, Papà sedih" Ujarnya dengan bibir maju dua centi,

"Ugh!" Sal meraih pipi Romeo dengan tangan kecilnya, "Papà.."

"Maksudku, kalau aku bisa, aku pasti berhenti. Tapi Juliet ini memang sepertinya punya sihir yang membuat papa tidak bisa perpaling darinya."

sebutlah Romeo tampak kikuk karena curhat pada anak usia tiga tahun, siapa peduli.

"Seperti putri elsa, ya?" Sal dengan polos menanggapi. Romeo mengangguk,

"Kau benar, Sal. Papa sepertinya harus mendaki gunung, menuruni bukit, dan menerjang badai salju buat mendapatkan putri itu."

Sal menepuk pipi ayahnya, puk! puk! "Papa! Semangat! kalau papa menyerah, Sal gak dapat mama baru loh!"

Romeo sampai tersedak dan terbatuk.

Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang