"Waktu kencan, dunia ini serasa milik berdua." Alah-alah! Omong kosong siapa itu?
Seharusnya Romeo menikmati weekend selama di Roma cuma berdua dengan Juliet yang jelita, tapi what the hell dengan bocah kematian yang mengacaukan segalanya, sialan kau Riki Alard!
Mereka ber-empat: Juliet, Romeo, Sal, dan Riki memutuskan untuk pergi menyarap disebuah restoran, Riki membawa Sal dan menggendongnya kemana-mana. Romeo cuma bisa pasrah, cuma bisa melihat dari kejauhan anaknya itu cengengesan dengan si kutu kupret adik Juliet! lalu apa yang romeo dapatkan setelah merelakan Sal. Gak ada, tau! dia malah duduk diasingkan sementara Juliet, Riki, dan sal itu berada di meja yang sama.
Romeo mengunyah sandwich-nya murka, mendengus-dengus mungkin sebentar lagi melempar roti isi itu ke muka menyebalkan Riki Alard. Bocah kematian itu selalu saja menempel pada Juliet, manja-manja tai kucing minta disuapin segala. Dia punya tangan sendiri padahal, Ugh! Romeo akhirnya gak tahan lagi dan bangkit menghampiri.
"Heh!" Seru Romeo dengki.
Riki menjadi-jadi, "Kak Juliet, suapin aku lagi dong!"
"Kau ini tidak tau diri apa gimana!" Romeo mengepalkan tangannya, tapi Juliet dengan cekatan menahannya.
"Sudahlah, Romeo! kau ini ngapain cemburu sama adik sendiri sih?"
Justru Romeo jadi gembira, "Kau.dengar.itu.adik.ipar." senyum kemenangan mengembang dimuka tampan Romeo, tapi cuma bertahan tiga detik. Senyum itu hilang keawang-awang saat Riki menampilkan muka jijik,
"Idih! mana sudi aku punya ipar sepertimu!" Riki bergidik.
"Kau mau aku bogem hah!?' Kepalan Romeo terangkat.
"Astaga ya Tuhan!" Juliet meletakkan sendoknya tak berselera, "sudah cukup.Atau aku yang enyah dari sini kalau kalian tidak bisa diam dan akur!!"
Romeo dan Riki mendecih bersama, mereka ini benar-benar seperti bumi langit, air minyak, emas dan magnet! tak ada satu persen pun peluang buat berbaur. Juliet yang pusing. Setiap Riki dan Romeo bertemu perempuan itu cuma bisa duduk diam seperti, net. Dileraipun gak ada gunanya, terus gimana caranya Juliet mendamaikan kedua kudu yang bersiteru.
"Papa! kemarin aku bermain sama Om ke taman." Sal dengan ajaib mencairkan suasana. Tersenyum berseri-seri seperti bunga matahari, dan cess, suasana pun menghangat. Riki meraih puncak kepala Sal lalu bicara dengan gembira.
"Lain kali kita main lagi, oke?" Riki mengangkat telapak tangannya, "Tos dulu! kita kan bestie."
"Iya, tos!—Plak!"
Yah, walaupun Riki Alard memang kutu kupret dimata Romeo, tapi sebagai bapak yang baik Romeo tentu senang anaknya diperlakukan dengan layak, itung-itung dia jadi punya babysitter sukarela yang gak bikin Romeo mengeluarkan uang buat gaji bulanan.
Anyway—
***
🚫 DANGER AREA: 21+ 🚫
Brakh! dug! srahts! Dug! Dug! Dugh!
"Rom-e umh! Hah! Hah!"
"Juliet hah! hah! hah!"
"I-im com-ahhh!"
"Hm..damn. How does it look? Make it fload? "
Ini agak membagongkan— tapi Juliet menggigit bibirnya sambil terengah. "Dasar gila. Ini di toilet restoran. You dumb!"
Romeo terkekeh nakal, merapikan sweater Juliet yang melorot dari bahu sang jelita. Menurunkan rok span mengenaskan yang tersingkap sampai ke perut. "Tapi bikin tegang. Iya kan?"
"Ssht! Jangan berisik! Aku akan memeriksa keadaan diluar. Dasar nekad! Setelah aku kasih kode, kau keluarlah darisini duluan. Ja- umph! Romeo!" Juliet terkejut berjengit, bibirnya kemudian dibungkam oleh ciuman. Ciuman nakal yang bikin jantung melayang gamang.
"Aku kasih tau satu hal." Romeo melepas ciuman itu dan mengekang pinggang Juliet yang meremang. "Ayo ke hotel. Aku gak tahan."
Sial. Sial. Sial.
Merangsang, bikin geli, dan rasanya dag dig —serr! Awh! Saat Romeo berkata demikian. Padahal, mereka berdua barusaja dengan super nekad, —saling genjot barusan. Tapi Sex itu memang menyesatkan.
Memabukkan dan nagih. Bisa-bisanya mereka malah kabur berdua dari Sal dan Riki. Lalu diipersingkat saja perjalanan menuju hotelnya, Begitu pintu kamar di buka, Juliet langsung meraih rahang Romeo nyosor duluan. However, —oh please jangan salahkan dia, karena Juliet sendiri juga tidak tahan. Persetan! Masa bodoh dan persetan karena sekarang liangnya kedutan! Nafsunya menggeliat menatapi wajah vulgar sang Romeo yang sedang mengigit lidah.
Romeo bahkan lebih nafsu dua kali lipat. Seketika merenggut sweater Juliet membuangnya serampangan. Menggiring tubuh Juliet hingga mereka jatuh berdua di atas kasur.
Juliet diatas. "Romeo." Merabai perut 6 kotak bak coklat batangan. "Eat me."
"Come here." Romeo mengambil alih. Tubuh juliet diputar, hingga bokong indahnya tepat dihadapan muka Romeo. Bongkahan itu diremas sejenak, celana dalam berenda Juliet diturunkan, lalu lidah Romeo mulai bergerilya menyapu kewarasan.
Pula makin lama, Juliet berdebar-debar saat bagian bawahnya diacak-acak.Bola matanya memutar keatas sambil meremasi buah dadanya sendiri. Juliet juga memaju mundurkan pinggulnya, menggelinjang sampai puncak merenggut realita.
"Eupmhh! Inhh...ini gila..humph! Ah! Ah! Ah!"
Perempuan itu juga heran pada dirinya sendiri. Kenapa dia bisa sebinal ini sial. Mengendarai wajah Romeo yang sedang melumat liang surganya. Maju mundur, mengerang nakal karena itu luarbiasa enak. Ah! Fuck!
"Argh ah! Aaaa! Romeo tunggu! Tunggu!" Kaki Juliet tambah gemetar, tidak diberi jeda, Romeo langsung memasukakan jari tengah dan jari manisnya ke liang Juliet, mengocoknya cepat sampai muncrat dan basah.
"A-ah! A! Romeo aku ke-keluar!"
"Come on. Get up." Romeo mendorong tubuh juliet dari posisi. Kini Juliet terlentang. Sementara Romeo menaiki perut Juliet. Membuka celananya lalu mengacunglah falcon besar panjang dan berbulu tipis itu ke muka sang jelita.
"Baby i wanna fuck you . Can i? " Romeo berkata sexy.
Geraman Juliet terdengar jauh lebih sexy. Jemarinya terangkat, mengalung di kedua bahu lebar Romeo saat pinggul pria itu mulai bergerak maju mundur. Juliet mendongak menggeliat, mendesah sejadi-jadinya. Keringat banjir membuat kulitnya berkilat, lengket, erotis, saling bergesekan dengan kulit putih Ro-
To be continue mwehehehe 😈
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]
FanficWarn:23+ ‼️complete story (Follow, vote, comment). Bahasa indonesia Sinopsis:Kisah cintanya dengan Romeo seperti titik lebur yang berbahaya karena dia telah disewa untuk melenyapkannya. Perempuan itu berdiri dengan prinsip se-kokoh batu karang, t...